pandawa

98 22 17
                                    

....

"Sekiranya mencintai itu abadi, tak akan ada yang namanya sakit hati.
Sekenanya hati mencintai, disitulah tumbuhnya luka hati  .
Jika memang tak mampu mencintai  maka jangan pernah singgah di hati,
itu hanya akan melukai tanpa disadari,
karna luka akibat mencintai adalah luka yang paling sulit terobati. "

NASTITI ARUM P. W.

______________________________________


"Kamu anak baru itu? "

Arum mengangguk pelan seraya terus menatap ke arah bawah tepatnya menatap sepasang sepatu putih miliknya.

"menatap mata orang yang sedang berbicara hukumnya wajib disini. "seketika Arum mendongakkan kepalanya, mata hitam bening itu bertubrukan dengan mata lebar dibalik kacamata minus didepannya. Barulah ia bisa melihat dengan jelas bagaimana wajah dari kepala sekolah BHS tersebut .

Wanita yang memakai baju batik biru bermotifkan mega mendung tersebut nampak sangat elegan dengan rambut yang digulung di bawah dan sedikit volume dibagian atasnya,ditambah anting mutiara dan riasan natural yang membuatnya terlihat flawless namun tak berarti menghilangkan kesan tegasnya. Bicara pawakannya,  jika bisa arum katakan normal ketika seorang wanita yang sudah menikah memiliki berat badan yang lebih banyak dibanding sebelum menikah bukan? Lagipula menurutnya tidak ada perbedaan antara gemuk maupun kurus, keduanya sama cantiknya. Tergantung bagaimana setiap orang menilainya bukan? Garis besarnya, keduanya cantik,true ??

"Kamu harus bersyukur karna nggak semua anak seberuntung kamu, bisa dapat beasiswa sekolah gratis di sekolah berbasis internasional seperti ini. Jadi jangan buat masalah dan pertahankan nilai kamu."ketegasan itu begitu tergambar dari cara bicaranya yang tajam dan to the point tersebut.

"iya Bu. "sahut Arum seraya mengangguk.

"Bu Nina antar anak ini ke kelasnya."

wanita yang dipangil Bu Nina itu hanya mengangguk patuh seraya menarik tangan Arum keluar ruang yang bertuliskan ruang kepala sekolah tersebut.

"Jangan dimasukin hati ya, bu erika memang gitu orangnya tapi sebenarnya dia baik kok. "nada bicara wanita ini jauh lebih lembut dibanding Bu Erika yang Arum taksir umurnya sekitar kepala lima tersebut.

"Iya Bu. "jawab Arum seraya tersenyum manis supaya tidak kalah manis dengan senyum wanita didepannya.

Berbeda dengan Bu Erika, Bu Nina terlihat masih sangat muda dengan tampilannya sekarang yang lebih terlihat seperti seorang model papan atas dibanding seorang pengajar . Dengan rambut hitam lurus sepinggang yang ditata rapi ,baju kemeja biru langit dan rok pensil hitam selutut yang di padukan dengan tubuh semampainya benar-benar tampak sempurna.tak berbeda jauh dengan dua tahun lalu, saat terakhir kali ia melihat wanita ini di hari pemakaman ibunya.

"Gimana jakarta Rum? "

"Rame Bu. "

Bu Nina terkekeh mendengar jawaban jujur dari Arum "Maaf ya kemarin ibu nggak bisa jemput kamu sama ayah kamu ,tiba-tiba ibu ada tugas workshop di surabaya. "

"Ngak papa kok bu, Arum malah berterimakasih sama Bu Nina karna udah bantuin arum dapet beasiswa di sini. "

"Kamu memang pantes untuk itu Rum, kamu anak yang Cerdas. "

"Ah ya, ibu dapet titipan salam dari ayah"Seketika dapat arum lihat dengan jelas, semburat pink di pipi kiri wanita cantik itu.

"oh ya,sampaikan salam ibu juga untuk ayah kamu ya. "Arum mengangguk mendengarnya, meski dalam hati sangat gemas dengan tingkah malu-malu Bu  Nina. Sungguh Arum tidak masalah, jika wanita ini yang menjadi pendamping ayahnya. Arum dapat merasakan ketulusan dari setiap hal yang dilakukannya pada dirinya juga ayahnya,satu hal lagi yang membuatnya semakin yakin, Bu Nina itu sangatlah mirip dengan Alm. Ibunya.

HEARTBREAKING (On Going)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang