Pendekatan awal

35 14 3
                                    

"Biar saja waktu terlewat, akan ku teriakkan seisi dunia dengan seruan tanpa henti. Biar saja dunia marah, akan ku siram mereka dengan ribuan karya di atas lelah. Biar saja lelah menyiksa, akan kulawan mereka dengan keyakinan penuh hasrat. Biar saja hasrat membara, akan ku barakan dengan mimpi tak berujung. Sekarang kan kubiarkan semuanya terlewat,biarkan mereka lari. Nanti kan kukejar mereka tanpa henti, karna sekarang aku masih terlalu letih.Terimakasih."tutupnya dengan senyum mengembang.

"wahhhhhhh, bagus! "seru Rara ketika Arum selesai membaca puisi singkatnya"itu bagus banget Rum, aku suka."imbuhnya dengan sangat antusias.

Arum tersenyum seraya mengaitkan rambut panjangnya ke belakang telinganya"masak sih? Itu kayaknya biasa aja deh! "

Rara menggeleng keras " NO, NO, NO,itu bagus banget.kamu punya bakat untuk jadi sastrawan.bayangin kalau semua orang tahu karya kamu, pasti mereka bakal langsung fallin in love. Oh ya kenapa nggak kepikiran ya, daripada kamu nulis di buku dan cuma bisa dinikmatin sendiri, kenapa nggak kamu coba share ke medsos, blog, pokoknya media tulis lainnya. "usul rara.

Arum meringis ditempatnya "aku nggak pede ra, nanti kalau banyak yang nggak suka gimana? "

Rara memutar bola matanya malas"Apa sih yang buat kamu nggak pede rum, tulisan kamu bagus banget. Dan di buku ini.. "menunjuk buku diary yang cukup tebal di tangan Arum"aku yakin isinya udah lebih dari setengah buku karna waktu itu kamu pernah bilangkan kalau kamu mulai nulis disitu sejak masuk SMA, jadi pasti banyak banget kalimat-kalimat mutiara didalamya. Percaya sama aku, kamu punya bakat. Sayang tau kalau dibiarin gitu aja, sama aja kamu menyia-nyiakan karunia tuhan tau. "

"tapi ra..! "

"Aku bakal bantuin kamu buat akunnya nanti, calm down ok? "mengedipkan sebelah matanya dengan jempol yang mengacung tegak didepan wajah Arum, sedang Arum hanya mampu menghela nafasnya pelan.

"Udah yuk ke kantin, Niah barusan chat dan bilang dia udah disana. "ajak rara.

"aku mau naruh ini di loker dulu ya, nanti aku nyusul. "

"nggak mau ditemenin? "

Arum menggeleng"aku cuma sebentar kok! "

Rara mengangguk seraya beranjak dari duduknya"sampai ketemu dikantin ya"katanya sebelum pergi meninggalkan Arum yang terdiam menatap buku coklat susu bertuliskan
Puisi arum diatasnya.

Jujur ada rasa bangga dalam hatinya saat tahu rara menyukai tulisannya, ini pertama kalinya ada orang yang memujinya akan tulisannya selain sang ayah. Bahkan disekolahnya yang dulu arum tidak pernah mau menunjukkan isi dari buku yang selalu dibawanya ini pada siapapun,karna rasa malu dan takut yang ada dalam dirinya.

Arum memang sosok introvert,yang sangat sulit untuk beradaptasi dengan orang baru. Seorang pencinta ketenangan, yang lebih memilih sunyi dibanding ramai  karna saat itulah arum merasakam sebuah kedamaian, tak pelak hal itu juga yang membuatnya tak terlalu memiliki banyak teman. Tetap ada, tapi tak begitu banyak. Itupun hanya teman biasa,yang bersinggungan hanya untuk sekedar urusan sekolah. Selebihnya Arum memiliki dunianya sendiri,bersama sebuah pena juga buku diary yang seolah menjadi sahabat terbaiknya. Tapi dengan rara entah kenapa arum merasa nyaman, gadis itu dengan segala ketulusannya membuat arum mengerti rasanya memiliki teman atau lebih tepatnya sahabat.rara juga niah, mereka tidak pernah bertanya akan latar belakang, kondisi keluarga, maupun masalalu Arum. Mereka seolah menerima arum dengan segala kekurangannya, memberi Arum semangat baru yang dulu tak pernah ia dapatkan dari siapapun termasuk oramg tuanya.

Sekali lagi arum tersenyum ketika rasa hangat itu melingkupinya"Ibuk Arum nggak sendirian lagi, Arum udah punya sahabat sekarang. Mereka selalu ada untuk Arum, Arum sayang mereka."gumamnya pelan seraya menatap lembar pertama di buku tersebut, dimana foto seorang wanita cantik terpampang disana dengan tulisan NINDIYA ARINI dibawahnya.

HEARTBREAKING (On Going)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang