ENAM

8K 1.7K 57
                                    

Sebenarnya, Ivory tidak bisa belajar jika bukan di kamarnya--dalam bentuk kegiatan apa pun. Ivory juga tidak suka melakukan satu hal dan hal lainnya secara bersamaan, seperti mendengarkan musik sambil membaca, menonton televisi sambil bermain handphone atau makan sambil belajar. Fokusnya mudah terpecah. Energinya gampang terserap habis bila melakukan banyak hal sekaligus. Namun, karena papa tidak ada di rumah, Ivory mau tak mau harus melakukannya: berpura-pura menghafal jenis dan fungsi enzim yang terdapat di organ pencernaan dari flash card yang dibuatnya sendiri itu ketika sedang sarapan berdua-hanya berdua--bersama mama!

Tangan kiri Ivory sibuk memegang flash card, membaliknya tiap selesai membaca satu jenis enzim--yang sebenarnya sudah Ivory hafal. Tangan kanannya sibuk menyuap makanan ke dalam mulut. Kakinya mengetuk-ngetuk lantai berirama. Matanya sibuk melihat piring dan flash card secara bergantian. Mulutnya sibuk mengunyah sambil bergumam. Semua itu dilakukan agar mama tidak memiliki kesempatan bertanya atau pun berbicara. Tentang apa pun. Atau, Ivory akan kehilangan mood­-nya pagi ini.

Namun, dibandingkan terlihat sibuk, Ivory terlihat jelas seperti sedang panik. Wajahnya pucat. Ketakutan. Keengganannya duduk sarapan berdua, hanya bersama mama itu, nampak jelas. Bahkan terlalu jelas. Di mata mama.

"Ivo-"

Belum selesai mama menyebut namanya secara lengkap, Ivory sudah lebih dulu tersentak. Memejam. Mengulangi nama-nama enzim yang sudah dihafalnya dengan cepat seperti sedang merapal mantra.

"Lactase, laktosa menjadi glukosa. Eripsin, pepton menjadi asam amino. Maltase, maltosa menjadi glukosa dan galaktosa. Disakarase, disakarida menjadi monosakarida. Peptidase, polipeptida menjadi asam amino ...."

Sejenak, mama terpaku. Berpikir bahwa Ivory memang sedang menghapal apa yang ia gumamkan. Mungkin nanti akan ada ujian. Jadi, mama tidak melanjutkan. Membiarkan Ivory begitu saja.

Namun, lama kelamaan gumaman itu makin cepat, dan tidak jelas. Seolah-olah mulutnya kepayahan mengikuti informasi yang disampaikan otaknya. Seakan-akan ada suara bising yang berjejalan masuk ke pendengarannya saat Ivory sudah menekan telinga dengan kedua tangan.

Akhirnya mama bangkit. Menghampiri Ivory.

"Ivo ... Ivo ...."

Semakin banyak mama menyebut nama Ivory, semakin cepat pula perempuan itu merapal nama-nama enzim dan fungsinya yang sudah tidak terdengar jelas sama sekali. "Ptialin amilum maltosa, pepsin protein pepton, renin protein kasein, amilase amilum maltosa glukosa, tripsin pepton asam amino ...."

Mama yang tidak tahan langsung menarik tangan yang menutupi telinga anaknya dengan kasar. Menyadarkan Ivory yang seketika terdiam--seperti baru saja disiram air dingin.

"Ivory liat mama!" Mama sedikit membentak. Menganggap anaknya itu belum sadar sepenuhnya meskipun ia sudah membuka mata. Yang kemudian sedetik setelahnya, langsung mama sesali begitu mereka beradu pandang.

Untuk pertama kalinya setelah bertahun-tahun, mama bisa melihat dengan jelas, bagaimana cara Ivory menatapnya selama ini.

"Ivo ... mama ...." Suara mama melunak.

Namun, Ivory lebih dulu bangkit. Menyingkirkan tangan mama. Mengambil ponsel dan ranselnya. Berjalan secepat kilat keluar rumah. Menghampiri Silver yang kebetulan baru saja datang. Pergi ke sekolah.

***

Begitu turun dari motor Silver, Ivory memeriksa kembali isi tasnya-hal yang tak bisa ia lakukan tadi karena langsung pergi menghindari mama. Yang sebenarnya, Ivory sadar, tanpa diperiksa kembali pun, tidak akan ada satu pun yang tertinggal. Namun, tetap saja ia lakukan. Buku pelajaran, catatan, alat tulis ... semuanya lengkap. Kecuali susu kotak, yang biasanya papa masukkan secara diam-diam.

IVORY (SELESAI)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang