Ivory tidak tahu apa yang sedang Diko lakukan. Jika laki-laki itu berpikir dengan memberi hadiah, Ivory akan senang, dan membuat mereka dapat kembali berinteraksi seperti seorang teman, Diko salah. Ivory sama sekali tidak tertarik untuk kembali berteman dengannya—meskipun Ivory juga tidak yakin apakah mereka sebelumnya adalah teman. Ivory terlalu malas untuk mengingat kembali bagaimana laki-laki itu dengan seenaknya berbicara seolah mereka sudah saling mengenal sejak lama.
Kamera polaroid, hadiah yang Diko berikan untuknya itu sudah Ivory masukkan kembali ke dalam paper bag. Tanpa perlu berpikir dua kali, Ivory beranjak. Hendak mengembalikan kamera tersebut, ketika majalah yang baru disadari keberadaannya itu mengurungkan niat Ivory untuk sementara.
Pandangannya langsung tertuju pada salah satu cover line di sudut kanan bawah. Spotlight Pemenang Kontes Foto. Yang entah mengapa, tidak bisa Ivory abaikan.
Sorotan pemenang yang memenuhi empat halaman itu berada tepat di bagian tengah. Foto Ivory dan Silver, yang Diko ikutkan dalam kompetisi, yang salinannya masih Ivory simpan, memenuhi hampir setengah halaman dengan sebuah judul besar di bawahnya dan diikuti artikel singkat yang Ivory lewati begitu saja tanpa minat. Namun, begitu halaman selanjutnya terbuka, Ivory bisa merasakan seluruh tubuhnya hilang tenaga.
Empat foto lain, sebagai karya terbaik milik Diko itu juga dimuat.
Dan salah satunya, adalah foto Ivory yang sedang tertawa bersama teman-temannya, diambil tanpa sadar, dan Ivory tidak ingat kapan, atau di mana.
Ivory mulai menekan-nekan ruas jari telunjuk sambil mencoba menenangkan jantung yang bertalu-talu. Kening dan tengkuknya berpeluh. Napasnya perlahan memburu. Kali ini, sepertinya Diko sungguh-sungguh sedang mencari masalah dengannya!
Namun, begitu Ivory menatap fotonya pada majalah itu sekali lagi, kesal dan marah yang sudah mencapai puncak kepala itu menguap. Digantikan dengan rasa tidak nyaman, khawatir, dan cemas. Beriringan dengan pikiran-pikiran buruk yang mulai berkelebat.
Bagaimana jika teman-temannya dan Silver tahu? Mereka pasti berpikir Ivory dan Diko memiliki hubungan, kan? Bagaimana jika ada orang yang mengerti soal fotografi dan justru menganggap gambar dirinya itu tidak seharusnya berada di sana? Bagaimana jika murid-murid di sekolah ada yang melihat majalah tersebut dan mengenali Ivory kemudian mengolok-oloknya? Bagaimana jika setelah ini, mereka menatap Ivory dengan cara yang berbeda? Bagaimana jika ....
Ivory tenang!
Ivory memejam. Mencoba tidak panik karena pikirannyaa sendiri. Setelah menarik napas cukup panjang, dan mengembuskannya perlahan, Ivory kembali membuka mata dan menutup majalah tersebut dengan cekatan. Detik setelahnya, perempuan itu mengedarkan pandang ke penjuru kelas. Termasuk dirinya, baru delapan orang yang sudah datang. Kemudian, ia memeriksa jam di ponsel, paling tidak teman-teman dekatnya akan datang paling cepat lima menit lagi.
Ivo ... tenang. Jangan panik. Zaman sekarang, anak-anak udah nggak beli majalah lagi. Selama Diko nggak nunjukin majalah ini ke temen-temen yang lain, nggak akan ada yang tau. Anak-anak di sekolah, nggak akan ada yang tau. Dan Silver pun nggak akan pernah tau.
Ivory mengangguk-angguk samar. Menghibur diri sendiri. Memasukkan majalah tersebut ke dalam tas. Dia akan mengembalikan hadiah itu dan berbicara dengan Diko nanti!
Jadi, Ivory bersikap seolah tidak terjadi apa pun. Memeriksa catatan di ponsel seperti biasa. Meletakkan alat perekam ke dalam laci. Dan tersentak kaget karena seseorang meneriaki namanya dari pintu kelas.
"Vo! Vo! Vo! Vo! Vo!"
Ivory menoleh, itu adalah Janeta yang sudah melesat ke arahnya dengan cepat. Wajahnya semringah begitu ia meletakkan sebuah majalah yang terbuka di depan Ivory.
KAMU SEDANG MEMBACA
IVORY (SELESAI)
Teen FictionKetika Ivory kembali berurusan dengan Silver, mantan pacarnya, tanpa sadar perempuan itu harus siap menerima kemungkinan terburuk untuk diganggu kembali oleh Mint, adik sang mantan pacar penyebab mereka putus. Belum lagi Ivory yang hanya tahu cara...