'Semuanya tentang hati. Karna, hati lah yang menentukan kita selera dia atau bukan.'
_Maya Fereloite_
UNBROKEN
.
.
.
.Maya tidak bisa diam saja dengan kondisi perekonomiannya. Maya tidak bisa mengandalkan papanya karna pasti Farhan punya kepentingan sendiri.
Maya sadar keberadaannya disini adalah sebagai beban keluarga. Jelas Maya sadar dengan baik. Oleh karena itu, apa yang harus Maya lakukan agar setidaknya Farhan tidak terlalu terbebani dengan keberadaannya.
Maya menatap bayangan wajahnya dari dalam cermin. Menatap kedua matanya lekat dan dalam. Otaknya berpikir keras, apa yang harus dia lakukan?.
"Kerja May, kamu harus kerja. Jangan cuma ngandelin papa kamu, kasihan dia. "
Seakan ada dua malaikat disamping kanan dan kiri Maya. Mereka saling membisiki Maya, menyarankan apa yang harus dia lakukan.
"Tapi, kalau kerja pasti papa marah. Pasti papa akan berpikir kalau aku nggak bisa bersyukur dengan apa yang aku punya. " tebak Maya kepada dirinya sendiri.
Maya menghembuskan napasnya pelan, reaksi apapun yang Maya dapat dari Farhan, Maya mantap akan menerimanya baik baik.
"Iya, kamu harus punya penghasilan sendiri May. Pokoknya, kamu nggak boleh jadi beban orang tua. "
***
Fasya menatap orang tuanya tidak percaya. Apa yang mereka katakan baru san? Fasya tidak berguna?."Segitu entengnya kalian ngucapin Maya sebagai anak yang nggak berguna? "
Devina terdiam. Dia menghembuskan napas pelan karna sudah salah dalam berbicara. Emosinya sangat menumpuk tadi. Melihat nilai ulangan Fasya, Devina berhasil mengucapkan kata kata kasar kepada putrinya.
Plak..
Devano yang masih tidak percaya dengan nilai Fasya, dia langsung menampar pipi putrinya dengan kasar.
"Memang tidak tahu diri ya kamu! Sekarang papa tanya sama kamu, selama ini apa pernah papa tolak permintaan kamu? "
Fasya menundukkan kepala dengan air mata yang bercucuran. Saat itu juga, Ari datang. Dia terkejut melihat adiknya yang tengah habis habisan dimarahi orang tuanya.
Sudah Ari duga, ternyata masalah nilai ulangan Fasya yang membuat papa dan mamanya marah.
Ari terus menatap Fasya. Sekuat apapun Fasya sekarang, dia masih sama dimata Ari. Adik kecilnya, yang selalu membutuhkan kakaknya.
"Sya-"
"Diam kamu Ari! " potong Devano menatap tajam kedua mata anak pertamanya.Fasya masih terisak, hatinya sakit selalu menjadi sasaran amarah orang tua.
"Kamu beda sama kakak kamu! Dia pintar, berprestasi. Dan kamu? Selalu saja mengecewakan papa. " amarah Devano masih berlanjut.
Tidak hanya bermodalkan ucapan pedas, kali ini Devano mencengkeram sedikit kasar dagu Fasya. Dia punya cara sendiri untuk menghajar anak anaknya agar menjadi pribadi yang lebih baik lagi.

KAMU SEDANG MEMBACA
UNBROKEN [END]√
Teen Fiction'Orang baik tidak akan mengaku baik. Dan orang jahat, tidak akan mengaku jahat'. -MAYA FERELOITE Banyak cobaan yang aku jalani. Tanpa mengeluh, apa itu mengeluh? Aku tidak tahu. Jangan pernah merasa sendiri. Kamu nggak sendiri, dari sekian banyakny...