UNBROKEN
...
..
.Maya menatap sendu nisan bertuliskan Asih binti Suripto. Ini lagi duka, plis jangan ada yang ketawa:).
Maya sangat berhutang budi dengan bi Asih. Dia adalah orang yang baik. Sebenarnya Maya sudah sepakat dengan Fatma akan menjadikan Asih sebagai asisten rumah tangganya.
Tapi tadi pagi beliau dikabarkan meninggal karena bunuh diri. Mengenaskan, Maya terisak mengingat kala dia memberi dua bungkus nasi untuk sang empu dan anaknya.
Ari juga menatap sendu makam bu Asih. Beliau sangat baik, Ari tidak akan tahu apa jadinya nanti kalau dia tidak dipertemukan oleh sang empu.
"Bu Asih udah tenang, sekarang tenangin diri kamu May. " ujar Ari mengelus punggung Maya pelan.
Masih dengan tatapan sendu, Maya langsung mengangguk. Ia menatap Ari, menggenggam tangan sang empu lalu pergi meninggalkan makam Asih.
***
Dibelakang rumah sakit, Maya mengerutkan dahi ketika melihat seorang gadis yang terduduk dikursi roda.Dia Fasya, gadis itu kini masih sakit. Wajahnya sangat pucat. Rambutnya mulai rontok dan menipis.
"Fasya? "
Merasa namanya dipanggil, Fasya langsung menoleh menatap Maya dengan senyuman lebar.
"Kak Maya? " tebak Maya yang belum sepenuhnya melihat Maya.
"Kalian?" Ari menatap keduanya bingung. Pasalnya ia pikir Maya dan Fasya belum saling kenal, dan Ari berinisiatif untuk mengenalkannya.
Ternyata dugaannya salah. Dari logatnya saja Fasya dan Maya sudah seperti orang yang saling kenal.
"Ja-jadi, kak Maya pacarnya kak Ari ya?" tanya Fasya kepada Maya yang berjongkok didepan Fasya.
Dengan senyuman kecil Maya mengangguk mengiyakan pertanyaan gadis itu.
Dan Ari? Dia masih mematung berusaha memahami semuanya dengan baik.
"Kak Ari, ini kak Maya yang sering aku ceritain ke kakak. " ucap Fasya terlihat sangat bahagia ketika mengetahui teman hidup Ari adalah Maya.
Fasya tersenyum lebar. Dia yakin, pilihan Ari tidak akan salah. Maya adalah orang yang baik. Tentu saja Fasya akan menyetujui hubungan mereka.
Melihat kebahagiaan Fasya, Maya berhasil dibuat tersenyum lebar. Senyuman yang sangat manis dan tulus itu berhasil diterbitkan langsung oleh sang empu.
Bukan tentang Fasya adik Ari, atau Maya pacar Ari. Maya terfokus hanya dengan kondisi Fasya saat ini. Benar-benar mengagetkan. Tanpa Maya sadari, air matanya tiba-tiba terjun bebas membasahi pipinya.
"Kakak kenapa? " tanya Fasya mengusap air mata Maya. Jelas saja Maya langsung tersenyum dan menggelengkan kepala.
"Nggak, aku nggak papa kok. " sahut Maya mencium punggung tangan Fasya dengan hangat.
Maya kembali memperhatikan Fasya, sungguh gadis itu kini berhasil membuat Maya sadar akan pentingnya hidup.
Pentingnya kesehatan, dan pentingnya kasih sayang.
Banyak orang diluar sana yang lebih mementingkan kesenangan hidup. Bahkan ada yang suka menghambur-hamburkan uang untuk berfoya-foya dan pesta miras.
Mereka sadar kalau minuman sejenis itu akan menimbulkan sebuah penyakit. Tapi apa? Mereka tidak peduli. Mereka tidak tahu kalau ada orang lain yang menderita sakit dan berharap bisa sembuh.
Kaya bukan semua tentang uang, harta dan tahta yang kamu miliki. Memiliki tubuh yang sehat dan sempurna itu lebih dari kata 'kaya' yang tidak semua orang bisa dapatkan.
"Harusnya aku yang nanya sama kamu, sejak kapan kamu sakit? " tanya Maya yang pertanyaannya itu berhasil menarik perhatian Ari.
Entahlah Fasya bingung harus menyahut apa. Mulutnya kelu, tidak bisa jujur masalah penyakit yang ia derita.
"Aku lupa kak. " sahut Fasya bohong.
Tentu saja Maya tidak percaya. Tatapannya semakin menyelidik.
"Kamu masih anggap aku orang lain? Aku teman kamu kan? "
Bukan Fasya yang menyahut melainkan Ari. "Bukan teman. Lebih tepatnya kakak ipar. " ucap Ari yang langsung mendapatkan tatapan tajam dari Fasya dan Maya secara bersamaan.
"Salah terus gue mah. " gumam Ari mencari objek lain untuk dijadikan pusat perhatian.
"Sya, kamu masih belum bisa jawab pertanyaan aku? "
Fasya menggeleng sendu. Dia benar-benar tidak bisa menjawabnya. Cukup dia saja yang tahu tentang penderitaannya. Fasya tidak mau melibatkan orang lain untuk merasakan kesedihannya juga.
"Kak, Fasya nggak bisa jawab. " tunduk Fasya, namun tundukan itu langsung Maya angkat dan tatap antusias.
"Pertanyaan aku cuma gini-"
"Lo mampu nggak bosss?! "Lagi lagi Ari menyahut. Dia tersenyum kaku ketika Maya spontan menatapnya tajam tidak suka.
"Nah, salah lagi dah lo Ri. " gumam Ari kembali membuang muka perlahan.
Ingin sekali Fasya tertawa menertawakan kakaknya itu. Ia saling menukar pandang dengan Maya, hingga akhirnya keduanya saling tertawa lepas menertawakan Ari.
Maya tidak bisa menahan tawanya meskipun tadi dia sempat menatap Ari tidak suka. Begitupun dengan Fasya, saat melihat raut wajah kakaknya itu dia langsung mempersiapkan mental baja untuk tidak tertawa, tapi hasilnya nihil.
"Ri, kamu nggak ketawa? " tanya Maya mendongakkan kepalanya menatap Ari.
Apalah daya Ari yang humornya tidak sereceh kedua gadis didepannya, dia kini hanya memasang wajah datar tak bergeming.
Namun dibalik semuanya, Ari akui hari ini dia sangat bahagia. Karena, setelah waktu yang cukup lama Ari tidan pernah melihat Fasya tertawa lepas seperti hari ini.
Terlebih tawa nya itu disebabkan oleh orang sepesial. Orang sepesial dihidup Ari, yaitu Maya.
Ari tersenyum kecil memperhatikan Fasya dan Maya saling menukar tawa. Bahagia, dan saling nyaman satu sama lain.
_THE END_
STORY BY. KHAIRUNNISAK
"Tungguin cerita aku selanjutnya ya:)"
Pecalungan, 7 April 2021.

KAMU SEDANG MEMBACA
UNBROKEN [END]√
Teen Fiction'Orang baik tidak akan mengaku baik. Dan orang jahat, tidak akan mengaku jahat'. -MAYA FERELOITE Banyak cobaan yang aku jalani. Tanpa mengeluh, apa itu mengeluh? Aku tidak tahu. Jangan pernah merasa sendiri. Kamu nggak sendiri, dari sekian banyakny...