BREAK

304 35 0
                                    


UNBROKEN
.
.
.
.

Dengan langkahnya yang gontai, Maya dan Ari berlari cepat di koridor rumah sakit. Yang mereka cari saat ini adalah dimana Farhan sekarang?.

"Maya, disini! " teriak seseorang yang Maya yakini adalah Kenzie.

Tangisan Maya semakin pecah kala melihat kondisi Farhan. Terbaring lemas diranjang dan tak sadarkan diri.

Maya membekap mulutnya dengan kedua telapak tangan, kakinya melemas dan sang empu merobohkan tubuhnya dengan tangisan yang semakin memecah.

Ari menatap Maya sendu, tangannya terulur mengelus punggung sang empu berusaha menguatkan.

"Silahkan tunggu diluar, " ujar seorang perawat rumah sakit.

Saat itu juga, Ari membantu Maya berdiri dan mendudukkannya dikursi tunggu depan ruang tangan.

Dengan tangisannya, Maya menatap Ari takut. Takut kalau orang terpenting dalam hidupnya akan pergi, "pa-papa, " isak Maya histeris.

Sungguh, ini adalah titik terendah. Titik terendah dimana Maya harus menerima kenyataan dengan cobaan baru yang tuhan berikan.

Ari menghela napas pelan, ia menarik Maya kedalam dekapannya mengizinkan sang empu menumpahkan semua kesedihan.

"Lo percaya kan om Farhan bakal baik baik aja May. " ucap Ari meyakinkan.

Pelan pelan Maya melonggarkan pelukan Ari, baru sadar dia kalau Ari hanya modus.

"Nggak usah peluk peluk juga kali. " protes Maya yang masih sempat-sempatnya bertengkar.

Ingin sekali Ari terkekeh lepas, tapi bodoh sekali kalau dia benar benar melakukannya.

"Inget Ri, calon mertua lagi sakit. " batin Ari percaya diri.

Kemudian suasana kembali hening, Maya kembali tenggelam dalam kesedihannya. Tatapannya kosong menatap arah depan, "papa lagi istirahat, tapi apa papa masih mau kembali melanjutkan aktivitasnya sama aku? "

***
Malam ini Maya tidak akan pulang ke rumah. Dia memutuskan untuk bermalam dirumah sakit dengan menunggu kesadaran Farhan.

Sebenarnya tidak diizinkan Maya untuk menginap, terlebih dia masih sekolah dan besok harus bangun pagi. Disana sudah ada banyak polisi yang menunggu siuman Farhan untuk menanyakan keterangan.

Mereka yakin, kecelakaan Farhan bukanlah kecelakaan murni kecelakaan. Pasti ada dalang penyebab, dibalik semua ini.

"Kak Maya, " panggil seseorang yang suaranya sangat Maya kenal.

Dengan cepat Maya langsung menoleh, saat itu juga Maya berhasil mendapati Fasya yang sudah tersenyum lebar dan berlari mendekat.

"Hai, " sapa Maya yang dibalas senyuman manis dari Fasya.

"Kakak ngapain disini? " tanya Fasya mengedarkan pandangan sekitar.

Wait, sepertinya Maya menemukan kejanggalan diwajah Fasya. Ya, wajahnya lebam seperti orang yang baru saja menangis.

"Kamu nangis? " kali ini Maya yang bertanya.

UNBROKEN [END]√Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang