UNBROKEN
.
.
.
.Aldo menatap Maya antusias. Jelas dia benar-benar tidak setuju apa yang dibicarakan gadis itu.
"Gue nggak setuju May! Emang bodoh ya lo! " decak Aldo membuang muka.
Mendengar dan melihat respon cowok didepannya, sontak Maya langsung tertawa lepas. Refleks dia juga memukul sang empu sedikit keras.
Aldo mengerutkan dahi, ada yang salah?.
"Aldo.. Aldo.. Aku cuma ngasih tahu kamu ya, nggak minta pendapat kamu. Mau setuju apa nggak sih ya terserah kamu. " ucap Maya masih dengan tawanya yang tidak terhentikan.
"Gue nggak becanda May, " sela Aldo memberhentikan tawa Maya dan menggenggam erat kedua bahu Maya.
Tidak mau kalah, Maya juga menatap Aldo tajam. "Kamu pikir aku becanda?nggak! Aku nggak becanda!" tegas Maya menepis kuat tangan Aldo dari bahunya.
Memang bodoh, Maya sangat bodoh dimata Aldo. "Mau kemana lo? " tanya Aldo menahan tangan Maya.
"Mau pamit sama Ari. " sahut Maya enteng.
Aldo menggelengkan kepala tidak habis pikir. Benar-benar konyol dan sangat bodoh. Mendonorkan satu ginjalnya untuk orang tua memang tidak salah. Yang salah hanya cara pikir Maya, dia pikir hidup dengan satu ginjal itu mudah?.
"Arghh! Gila. " geram Aldo menatap kepergian Maya.
***
Maya sedih. Dia gagal menemui Ari sore tadi. Maya hanya mau memberi tahu Ari kalau sekarang dia akan hidup dengan satu ginjal.Dengan cara memberi tahu sang empu, Maya yakin Ari tidak akan menyesal suatu saat nanti jika Maya tidak bisa hidup lebih lama.
"Udah siap? " tanya Dr.Vanika tersenyum kecil kepada Maya.
Maya yang sudah siap dengan pakaian operasinya dia langsung mengangguk dan membalas senyum Vanika.
"Siap dok. "
***
"Liona Maria, "
"Hadir bu."Friska mengedarkan pandangan sekitar, "Maya Fereloite, " semuanya diam tak menjawab.
"Maya Fereloite, " panggil Friska yang kedua kalinya.
Bukan Friska, melainkan Aldo yang menatap semua orang. Terutama Ari, entah kenapa akhir-akhir ini rasa bencinya untuk sang empu kian menambah.
Dengan langkah santainya, Aldo langsung memberikan surat izin Maya kepada Friska.
Dan saat itu Aldo juga membisikkan sesuatu kepada Friska yang membuat semua orang penasaran.
"Apaan sih bisik-bisik. " teriak Sella yang merasa tidak terima.
Hal itu tidak dihiraukan oleh Aldo dan Friska sedikitpun. Malah, Friska meminta izin sebentar untuk berbicara penting dengan Aldo diluar.
Ari menatap bangku Maya yang kosong. Kemana gadis itu?. Hari ini Bianca tidak berangkat, jadi tempat duduk sang empu kini ditempati Murid lain yang tak lain adalah Galang.
"Maya kemana ya, tumben nggak berangkat. Kasihan banget dia nggak ada yang nyariin." gumam Galang sedikit menyindir Ari.
"Lo nyindir gue Lang? "
Keduanya saling menatap,
"Tadinya sih enggak. Terus lo kok ngerasa, jadi yaudah lah nyindir lo aja jadinya. " sahut Galang yang mendapatkan jitakan kepala dari Ari.
"Sialan lo. "***
Detik detik operasi berakhir. Semua dokter saling berjabat tangan memberi selamat karena operasinya berjalan dengan sangat lancar.Dengan kepuasan yang amat besar, Vanika langsung membuka ruang operasi. Dengan spontan dia langsung mendapati Raini dan Aldo yang tengah menunggu operasi selesai.
"Bagaimana dok operasinya?" tanya Raini dengan raut wajahnya yang sangat khawatir.
Menanggapi pertanyaan Raini, Vanika langsung tersenyum lebar. Ia mengelus bahu Raini lalu berkata, "operasinya berjalan dengan lancar. " sahut Vanika lalu mengarahkan para perawat untuk membawa pasien ke ruang khusus.
Raini menundukkan kepala, senang dan sedih berkombinasi menjadi satu. Senang karena operasi yang berjalan dengan lancar, dan sedih karena Maya akan hidup dengan satu ginjal.
Entahlah memori-memori masalalunya kembali teringat. Mengingat dimana Raini menjadi orang jahat yang menyiksa malaikat sebaik Maya.
Ingin sekali Raini ulang masa-masa itu. Masa dimana ia membully Maya, dan menggantinya dengan menjadikan sang empu sebagai sahabat baik.
Uluran tangan pelan pelan menyentuh bahu Raini. Membalikan tubuh sang empu, lalu mengusap air mata sang empu.
Ini seperti keajaiban seorang Aldo Jaya Putra mau bersifat manis kepada gadis lain selain Maya.
Dengan Maya saja, Aldo belum pernah bersifat semanis itu.
Keduanya saling menatap, perasaan Aldo berbeda. Berbeda dari biasanya. Entah kenapa, setiap dia berdekatan dengan Raini rasanya sangat nyaman.
"Lo baik-baik aja? " tanya Aldo yang mendapatkan anggukan kecil dari Aldo.
***
Melihat Aldo dan Raini disampingnya, Maya berhasil dibuat tersenyum manis. Sang empu membenarkan posisi duduknya yang langsung dibantu oleh Raini."Puas lo? Puas kan lo nyakitin diri sendiri? " tanya Raini menatap Maya dengan rasa marah.
Mendengar pertanyaan Raini, Maya langsung mengacungkan jari telunjuknya yang ditempelkan didepan mulut untuk mengode diam.
Maya menatap kesampingnya. Disamping yang terdapat ranjang lain dengan wanita paruh baya diatasnya.
Melihat mamanya yang belum sadarkan diri, Maya tersenyum samar. "Apapun demi mama, akan aku berikan. " ucap Maya menatap Aldo dan Raini bergantian.
Aldo berdecak kesal, mengapa Maya yang baik ini selalu mendapatkan ketidak adilan dan penderitaan?.
Apapun, apapun akan Maya lakukan untuk kesembuhan mamanya. Untuk pembayaran operasi saja Maya akan menjual rumah papanya. Maya yakin, jika Farhan masih hidup pun sang empu juga akan berlaku sama seperti Maya.
Dan sebenarnya, sekarang kehidupan Fatma sudah terjamin. Pekerjaan yang dia lepaskan dulu kini berhasil sang empu dapatkan. Hanya saja Maya tidak mengetahui hal itu.
Maya menyentuh tangan Aldo dan Raini bersamaan, menatap keduanya sendu dan berharap mereka adalah orang yang tepat untuk menyimpan rahasia bersamanya.
"Buat Raini, aku minta tolong kalau mama aku sadar nanti jangan bilang apa-apa tentang si pendonor ginjal. Aku nggak mau bikin mama menyesal karena udah nerima ginjal dari aku. " ucap Maya menatap Raini penuh permohonan.
Kini tatapan itu langsung berganti menatap Aldo. "Dan kamu sahabat aku yang paling baik, " Maya mencubit hidung Aldo keras hingga berhasil membuat sang empu berdecak kesakitan.
"Tolong jangan kasih tahu tentang semua ini sama Ari. Iya Ari pacar aku yang paling ganteng itu. " canda Maya namun tidak mampu mencairkan suasana yang tegang.
Aldo sontak tidak setuju, "gue nggak setuju. Ari pacar lo May, dia berhak tau. Lagian kemarin lo kekeh banget kan buat ngasih tahu dia? "
"Eits.. " Maya menggelengkan kepala lalu menggerakkan jari telunjuknya kekiri dan kekanan tidak setuju.
"Aku berubah pikiran. Nggak seharunya aku ngumbar sakit ini ke orang lain. " lanjut Maya masih menatap Aldo.
Aldo menghela napas mendengarnya, Maya benar-benar bodoh memang.
"Dia bukan orang lain. Dia pacar lo, yang seharusnya saat ini ada disamping lo! " tegas Aldo pergi meninggalkan ruangan.
Yang Maya mau juga seperti itu. Tapi tidak, Maya tidak bisa melakukannya.
"Aku cuma nggak mau narik orang yang aku sayang untuk ikut merasakan kepedihan aku Rain. Itu yang aku nggak mau, cuma itu. " ucap Maya menundukkan kepala sedih.
Next Part
.
.
.
.Ig. uv.heart01
Pecalungan, 5 April 2021.

KAMU SEDANG MEMBACA
UNBROKEN [END]√
Teen Fiction'Orang baik tidak akan mengaku baik. Dan orang jahat, tidak akan mengaku jahat'. -MAYA FERELOITE Banyak cobaan yang aku jalani. Tanpa mengeluh, apa itu mengeluh? Aku tidak tahu. Jangan pernah merasa sendiri. Kamu nggak sendiri, dari sekian banyakny...