WIN

210 24 1
                                    


UNBROKEN
.
.
.
.

"Jadi gimana? Lo berhasil kan bikin keluarga Maya berantakan? " tanya seorang gadis menyeringai

"Tenang aja deh. Gue udah berhasil menghasut orang tuanya buat ngebenci anaknya sendir. " sahut seorang gadis dari dalam telepon.

Keduanya saling tertawa penuh kemenangan. Senang rasanya membuat musuh lengah dengan jebakan.

"Contohnya? "
"Nipu mamanya kalau Maya udah mencuri lagi uang sekolah! "

Tawa itu semakin nyaring memecah. Gisel tersenyum penuh kemenangan. Meskipun sekarang dia sudah tidak dekat lagi dengan Maya, setidaknya penderitaan yang sang empu rasakan darinya masih terus mengalir menyakitkan.

"Hebat banget ya lo. Nggak nyangka gue lo bakal selicik ini." puji Gisel menghirup batang rokok yang terselip diselipan jari telunjuk dan jari tengahnya.

"Lah baru tahu lo. Gue juga benci sama dia. Apapun bakal gue lakuin demi ngebuat musuh gue frustasi." ucap gadis dalam telepon yang sama-sama tertawa lepas.

"Bener deh kalo gitu. Udah ya gue tutup hpnya. Lanjutkan bakat mu yang suka nyiksa musuh nak." akhir Gisel dengan kekehan renyah.

Setelah selesai menghubungi seseorang, saat itu juga Gisel langsung menyimpan ponselnya kedalam tas dan tidak lupa membuang rokok bekasnya kesembarang arah.

Dia membalikkan tubuh ke lawan arah dan langsung mendapati seorang wanita paruh baya yang tengah menatapnya tajam.

Plak..

"Aw.."

Dia Fatma. Masih ingat? Ya, pasti masih lah ya. Fatma mengepalkan kedua tangannya menatap Gisel dengan tajam.

Selain menampar sang empu, Fatma juga mendorong kasar tubuh Gisel hingga terjatuh.

"Orang rendah seperti kamu emang nggak pantas dapat ampun. "

Plak..

Untuk yang kedua kalinya Fatma berhasil menampar Gisel dengan mulus. Tangannya terulur, menjambak kasar rambut sang emu hingga meringis kesakitan.

Selain itu kakinya juga menginjak kasar tangan Gisel yang menyentuh tanah.

"Jauhi anak saya, atau terima akibatnya! " tegas Fatma pergi meninggalkan Gisel yang mengadu kesakitan.

"Arghh! Sial. "

Setelah keluar dari gudang terbengkalai itu, Fatma langsung mengusap air matanya yang tiba-tiba menetes.

Tatapannya sendu, ketika mengingat nama Maya. Dugaan Maya selama ini benar. Dibalik keangkuhan dan kekejaman Fatma, dia masih punya hati nurani yang bisa tersakiti ketika melihat anaknya didzolimi.

Fatma tidak menyangka kalau selama ini dia telah ditipu. Ditipu oleh orang bodoh, untuk membenci anaknya sendiri.

Did you know? Sebelum kejadian dimana Fatma didatangi seorang gadis ke rumahnya, saat itu Fatma sudah menyadari atas semua kesalahannya.

UNBROKEN [END]√Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang