사라졌다 사라졌다 (82)

455 74 6
                                    

"Terlalu lemas untuk mengetahui kenyataan ini. Terlalu dangkal untuk menerima semua ini. Bahkan saat aku mengatakan bahwa sebenarnya aku membenci kebenaran. Itu karena aku malu untuk menangis."

(Author **** POV)

"Yoongi, paman. Kalian tidak apa? Apakah ada yang luka? Paman kepalamu tidak apa kan?" Wanita itu melakukan antisipasi. Dia memeriksa keduanya dengan teliti, kedua mata itu membola saat melihat Yoongi masih terluka.

"Kau terluka?" Dia langsung memeriksa luka itu. Yoongi meminta agar tidak perlu khawatir dan membuat dirinya gaduh. Sementara sang ayah di bantu oleh salah seorang polisi wanita yang bertugas untuk membantu orang terluka.

"Appa, lebih baik appa ke ruangan saja. Aku baik saja." Ucapnya dengan pelan. Sebenarnya dia menahan sakit, ada begitu banyak darah sudah keluar. Yoongi melihat bagaimana senjatanya dipungut oleh mereka pihak berwajib. "Pak, tolong berikan pedang itu padaku. Sebenarnya itu jimat, aku adalah dukun." Jujurnya.

Hae Kyung melihat dengan kosong ketika tampang Yoongi seperti menahan sesuatu di dalam hatinya. Dia tidak percaya jika Yoongi justru mengatakan sebagian kebenaran pada orang lain, selama ini dia tahu bahwa pemuda itu tidak suka dengan kejujuran jati dirinya.

Polisi itu memberikan benda tersebut, dia merasa berat dan takut juga. Hae Kyung mengangguk dengan wajah mantapnya ke arah polisi disana. "Kakak, terima kasih. Tolong bawa penjahat lainnya juga. Seperti yang aku katakan padamu."

Yoongi memperhatikan semua di depan matanya. Bagaimana polisi itu mengusap kepala gadis cantik itu penuh sayang. "Tidak masalah. Ini juga tugas kami, ngomong-ngomong obati kekasihmu. Dia pasti terluka parah." Setelahnya dia melenggang pergi. Dengan benda walkie talkie-nya. Yoongi diam dengan pandangan menerka, dia baru tahu bahwa Hae Kyung punya kenalan seorang polisi dan itu saudaranya.

Hae Kyung masih nampak malu karena saudaranya salah paham soal hubungan itu.

"Yoongi."

Gadis itu mencekal lengannya. Menatap dingin dalam keadaan kaku dan menghirup udara di sekitarnya dengan kuat. Dia masih gemetar akibat kejadian tadi. "Dengarkan aku. Kau tidak akan sedih bukan jika teman hantu mu pulang." Hae Kyung tahu bagaiman keadaan temannya itu. Sepertinya akan ditolak jika dia membalut luka itu. Dalam paksaan dia menurunkan tubuh itu agar bisa di posisikan dalam keadaan duduk.

"Duduklah, aku juga harus mengobati lukamu!" Dia kesal dan akhirnya membentak. Gadis itu sudah banyak belajar dalam dunia kesehatan, karena dia punya cita-cita. "Bagaimana? Apakah kau punya jawaban untuk pertanyaanku tadi." Dia menatap polisi wanita itu penuh terima kasih. Kotak p3k memang sangat di perlukan untuk hal seperti ini.

Cukup lama memang untuk Yoongi menjawab karena dia tidak tahu bagaimana kepastian hatinya. Ringisan menahan sakit, pinggangnya seperti terkena ribuan jarum suntik.

"Kenapa kau bertanya seperti itu." Yoongi anteng, dia juga tidak mampu menahan luka cukup lama. Beruntung sekali ini rumah sakit, dia tidak perlu jauh-jauh untuk berobat. Hae Kyung tersenyum, sebenarnya dia merasa lucu saja. Kenapa bisa Yoongi bersikap tak acuh seperti ini. Padahal dia terkenal dingin dan masa bodoh akan semua itu. Dengan sengaja gadis itu menekan bagian terluka itu dan membuat Yoongi berteriak keras.

"Aakhhhh! Ap-apa yang kau lakukan Hae Kyung!" Dia marah dan kesal. Sakit menjadi satu dalam otak. Hae Kyung menjadi dongkol, serta berfikir dalam benaknya. Kenapa bisa laki-laki tidak punya kepastian dalam memutuskan segala sesuatu?

Gadis itu menginginkan kepastian Yoongi akan dirinya dan hatinya. "Apakah kau sedih jika kau kehilangan teman hantu mu. Katakan padaku dengan jujur Min Yoongi." Di belakang sana seseorang menatapnya. Dia adalah Daeng Hwa yang masih menatap sang anak dalam diam. Ingin membantu tapi dia tahu bahwa Yoongi sudah dewasa untuk mengatasi segalanya.

36 Days (Story From Yoongi x Jungkook) [END]✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang