정국은 여전히 ​​정국 (48)

366 71 22
                                    

"Banyak manusia yang ingin kematian ketika mereka putus asa. Tidak kuat menghadapi segala cobaan yang menerpa, mereka ingat bagaimana mencari cara untuk pergi secara instan. Tapi mereka lupa kalau Tuhan marah besar dengan mereka yang mati sebelum dia kehendak."

.

(Author **** POV)

Ini sama seperti yang dia harapkan ketika melihat pemandangan dari jendela, hidup di tengah desa adalah sebagian mimpi kecilnya. Meski gelap dan hanya hembusan angin sawah yang melintas tak membuat dia enggan atau takut menampakkan diri disana. Berharap bahwa ibunya tak sampai disini untuk menjemputnya.

Di tangannya ada sebuah ponsel yang kini sudah penuh di cas. Beruntung sekali kalau ada sisa pulsa untuk menghubungi seseorang, Seokjin tidak akan bisa melakukan apapun jika tidak ada pria yang menolongnya. Beruntung menemukan manusia baik hati dan bisa menganggap dia sebagai cucunya sendiri, terkadang orang asing biasanya akan ditindas dan disuruh pergi. Dia adalah orang asing.

"Sepertinya aku harus memanggil paman Han, tapi apakah nomornya masih aktif ya." Seokjin menimang pemikirannya dia ingat bagaimana ucapan pengasuhnya terakhir kali sebelum kecelakaan membuat dia tewas. Dia berjalan mondar-mandir beberapa kali di depan jendela, tangannya menggigil akibat hembusan angin. Tapi pemikirannya sudah terlanjur mendidih karena sikap ibunya malah masih terngiang dalam otak.

"Simpan dan bawa ini kemanapun kau pergi. Seseorang akan membantumu untuk lepas dari nyonya, sebenarnya kau akan tahu kebenaran. Jika kau yakin bahwa dia masih hidup tetaplah begitu, kau akan temukan jawaban itu. Karena bibi sudah bersumpah untuk membuka rahasia terbesar ibumu, maka kau harus mencari tahunya sendiri."

Ada kalanya firasat dalam hatinya berbicara. Hembusan nafas dia tarik perlahan dan melihat apakah benar ada sisi dimana dia akan bertahan dan menang, jika dia ingin ibunya sadar maka dia harus melewati batasan yang sudah dibuat. Kedua orangtuanya sayang pada uangnya bukan anak. "Maafkan aku eomma, tapi aku tidak mau menjadi budak mu lagi." Sang anak menganggap dirinya sendiri budak, bukan pewaris sesungguhnya.

Kakek dan neneknya kaya dan hal itu yang membuat dia menderita lebih besar, karena selalu ada orang yang serakah sebenarnya. Deringan ponsel khas ketika dia memanggil nomor itu tercipta, sudah satu menit dia menunggu tapi tidak diangkat. Pada akhirnya panggilan berhenti sendiri dengan suara operator. 'Maaf nomor panggilan tidak terjawab, silahkan ulangi beberapa saat lagi.'

Melihat di layarnya dan benar saja, dia tidak mendapati respon yang dia inginkan. Sedikit gelisah hingga dia terus melakukan tingkah yang sama dan kedua bola mata hanya bisa memandang bingung. Seokjin ingin menulis pesan disana tapi menurutnya akan lebih efisien jika menelfon, terlebih dia bisa mengatakan lebih banyak lagi mengenai apa yang dia ketahui. Satu panggilan lagi dia coba dan berharap bahwa ini tidak akan gagal.

'Maaf nomor panggilan tidak terjawab, silahkan hubungi be-"

Secara sepihak dia matikan ponselnya pasrah, tubuh itu langsung turun merosot pada sebuah tembok. Kepalanya menjadi pusing seperti mah pecah saja, tapi dia tidak bisa membiarkan hal seperti ini terjadi. Cepat atau lambat ibunya pasti akan menemukan dirinya sampai ujung dunia. Karena tangan ini juga yang akan membawa dia pada tahta lebih berkuasa. "Seharusnya aku tidak lari dulu sebelum aku mendapatkan kebenaran mengenai Jungkook. Aku harus menjaga bagian warisannya juga, karena aku yakin eomma pasti menginginkan rumah itu."

Pusing di tengah otak dan sesekali dia mengusap wajahnya sedikit kasar dengan kedua tangan. Kepalanya mendongak ke atas dan melihat kenyataan bahwa dia seperti buronan keluarga. Di atas kertas tertulis bahwa dia adalah pewaris perusahaan terbesar kingdom dengan segala aset kepemilikan juga seluruh cabangnya dan Jungkook sebagai pewaris di rumah yang dia tempati beserta kebun cabai di belakang rumah mereka.

36 Days (Story From Yoongi x Jungkook) [END]✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang