Senyuman itu berubah menjadi cengiran mengerikan di mata Gian saat ia berjalan mendekat. Gian yang kelabakan menjaga detak jantungnya mencoba mengambil langkah seribu, namun ditangkap oleh Codru yang bergerak lebih cepat darinya. Lengan pria itu melingkari pinggangnya dan tangan lainnya menangkap tangan kiri Gian yang lebam. Rontaan Gian tidak berarti apa pun untuk Codru yang jauh lebih kuat darinya. Tubuh pria itu tidak bergeming sama sekali meskipun ia sudah menginjak kakinya dengan kencang.
Rontaannya terhenti ketika Codru kembali melarikan lidahnya pada lebam di tangan Gian beruang kali.
Kali ini tidak hanya aliran listrik yang dirasakannya, tapi juga napasnya yang tercekat serta jantungnya yang semakin bertalu-talu. Ia merasakan tangan Codru yang dingin memasuki baju yang dikenakannya lalu mendarat di lebam bagian pinggang. Mengelusnya dengan ibu jari secara perlahan. Berulang kali hingga Gian menggigit bagian dalam bibirnya. Kali ini, rasa dingin itu berubah menjadi panas yang menjalar dan mengirimkan sinyal-sinyal asing ke seluruh tubuhnya.
Rasa aneh itu semakin menjadi-jadi kala Codru yang mengubah taktiknya dari jilatan di luka lebam ke ciuman ke bagian dalam pergelangan. Ia tidak tahu tubuhnya sangat sensitif di sana sebelum Codru memberikan ciuman lalu berubah menjadi gigitan-gigitan kecil dan ditutup dengan jilatan. Mata Codru yang tadinya tertutup, terbuka untuk melirik ke arahnya. Tatapan mereka yang bertumbukan membuat jantung Gian berderap lebih cepat dari yang seharusnya. Ia merasakan remasan dari tangan Codru yang berada di pinggangnya dan seperti cue, kupu-kupu beterbangan di perutnya.
Bibir pria itu tidak berhenti di sana. Napas Gian tercekat, otaknya benar-benar berhenti bekerja. Seluruh indranya terfokus pada apa yang Codru lakukan, tidak ada satu pun syarafnya yang bergerak kecuali matanya yang dengan liar mengikuti apa yang pria itu lakukan. Ia melanjutkan hingga ke telapak tangannya dengan gelenyar aneh yang mengiringi di setiap kecup yang dilayangkan oleh Codru. Ciuman itu berakhir di ujung jari di mana ia menjilat lalu mengulumnya. Mata Codru yang menatapnya tidak lagi berwarna biru langit yang cerah, kali ini lebih gelap.
"Lintah, aku tidak punya banyak waktu di sini. Bisa kalian lanjutkan nanti saja?" ujar seseorang yang membuat Codru berhenti memainkan lidahnya dan menyelamatkan Gian dari perasaan asing yang tidak disukainya. Gian menoleh pada sosok yang menyelamatkannya dan melihat pria bertubuh besar yang tadi siang menjadi penyebab dirinya terluka.
"Serghei." Codru menyebutkan namanya tanpa menoleh. Membiarkan Gian menarik tangan tanpa menjauhkan tubuhnya yang masih terkunci karena tangan pria itu masih melingkari pinggangnya. "Sebaiknya kau diam sebelum aku mematahkan lehermu karena sudah melukainya."
"Kau tidak sedang berada di posisi mengancam, Codru. Kau membutuhkan bantuanku." Pria itu berkacak pinggang. Tidak terlihat gentar terhadap ancaman Codru.
"Sama seperti kau yang membutuhkan bantuanku agar para Rogues tidak menyerang Alpha yang tidak memiliki Luna. Lagi pula, kau harus tahu tempatmu karena kita berdua tahu siapa dia, bukan?"
Tubuh Serghei yang menegang terlihat jelas oleh Gian. Rahang pria itu mengetat dengan bola mata yang berubah warna menjadi emas. Ada apa dengan makhluk-makhluk ini yang bisa mengubah warna matanya?
**
Codru menggandeng tangan perempuan yang kini sudah pasrah setelah usaha kaburnya gagal. Ia menahan senyuman saat melirik Gian yang berjalan dengan tampang judes yang sangat kentara. Ia tidak mengejar Gian karena tahu perempuan itu masih berada di dalam perimeter. Masih dalam jangkauannya dan ia tahu perempuan itu tidak dalam bahaya. Setelah kegilaan yang terjadi beberapa minggu terakhir, Codru merasa Gian berhak mendapatkan ketenangan meskipun untuk sejenak. Well, sebelum badai datang dan menyapu bersih seluruh ketenangan hidupnya. Codru merasa hal itu tidak akan memakan waktu lama lagi.
Ia memasuki pintu dan berhadapan dengan ruangan yang sudah seperti medan perang. Ia menghela napas panjang, berpikir hal itu dapat membantunya meredakan berbagai emosi yang berada di dirinya. Tapi, siapa yang dibodohinya sekarang? Jemarinya yang terjalin dengan Gian tidak dapat mengubah otaknya yang terus memutar kejadian tadi. Kejadian? Lebih tepat seperti senjata makan tuan baginya. Ia hanya ingin mengisengi Gian, tapi ekspresi yang diberikan oleh perempuan itu membuatnya lupa daratan. Bisa-bisanya ia lupa dengan perang yang akan datang karena kecupan di kulit. That goddamn skin! Bahkan bukan bibir! Tidak heran Marius mengatakan Gian akan menjadi satu-satunya kelemahannya. Pikiran itu membuatnya kesal sendiri.
5/4/21
Revisi 29/7/21
Jangan lupa vote, komen dan follow akun WP ini + IG @akudadodado yaaw. Thank you :)
KAMU SEDANG MEMBACA
Rumpelgeist [FIN]
FantasyDaftar Pendek Wattys 2021 [PART LENGKAP] May contain violence. Tumbuh di keluarga yang sangat percaya takhayul membuat Gian tidak pernah percaya pada makhluk tak kasat mata. Baginya, hal-hal seperti itu ditujukan untuk menakutinya, yang sayangnya...