#QOTD putus atau diputusin?
🌟
Mulut Gian kali ini terkatup rapat-rapat. Semakin dipikirkan, semakin ia sadar kalau tanpa Codru dan yang lainnya, ia tidak mungkin selamat dari para vampir lainnya.
"Jadi, berapa lama kalian akan mengurungku di sini? Aku merasa seperti tawanan," gerutunya.
"Kau tidak dikurung, Little One. Kau bebas ke mana pun, asal ada yang menjagamu, memastikan tidak ada lagi penculikan atau serangan mendadakan yang diluncurkan padamu. Dan untuk waktunya, aku tidak tahu. Semakin banyak orang yang tahu mengenai kau yang merupakan kelemahanku, semakin lama kau akan terjebak di sini," jawab pria itu jujur.
Dirinya dirundung rindu rumah secara tiba-tiba sekarang, ia ingin pulang dan bertemu dengan ibunya. Air mata sudah mengembang di pelupuk matanya. Ia merasakan Codru melepaskan pelukannya, lalu duduk di ranjang. Kali ini tangan pria itu menyisir rambut ikalnya dengan perlahan. Mengumpulkannya di satu sisi untuk mengepangnya dengan longgar. Setiap sentuhan lembut pria itu justru membuat rasa sedihnya melambung.
"You will be fine, Little One," bisik pria itu seraya merapikan anak rambut yang menutupi dahinya.
"Dru." Pintu kamarnya terbuka dan menunjukkan pria dengan perawakan tinggi besar yang masuk setelah ketukan.
Pria itu membelakangi pintu, namun ia tampaknya tahu mengenai kedatangan Dacian. "Kenapa?" Tanpa membalikkan tubuhnya, Codru bertanya dengan mata terpejam.
"Grigor, Illie dan Petre datang," ucap Dacian.
"Aku tahu. Aku dapat mencium kedatangan mereka yang bersembunyi di antara pepohonan dari tadi," bisiknya tenang. "Aku akan turun sebentar lagi. Suruh mereka untuk mengendalikan Petre karena aku akan membawa Gian."
Hanya ucapan itu dan Dacian langsung menutup pintu.
"Buat apa aku turun?" tembak Gian langsung. Ia tidak merasa harus ikut campur dengan urusan Codru selain untuk orang-orang yang mencoba membunuhnya.
"Aku harus memperkenalkan kau pada mereka. Selain Marius, Dacian dan Abel, mereka termasuk kepercayaanku." Codru kembali membaringkan tubuhnya, mencoba menaruh tangannya di pinggang Gian kembali, tetapi kali ini ia lebih cepat menepisnya.
"Tapi mereka bersembunyi di hutan sebelum datang ke sini. Apa kau yakin mereka tidak ada niatan untuk membunuhku?" membayangkan salah satu dari orang yang disebutkan Dacian tadi menangkapnya di labirin membuat bulu kuduknya berdiri. Mungkin ia benar-benar harus membatasi ruang geraknya sampai Codru menemukan dalang di balik semua ini.
"Aku tahu Little One, kau pikir kenapa aku mendatangimu? Pikiran mereka terlalu berisik untuk aku abaikan, terutama anak mereka," bisiknya pelan.
"Anak? Kalian bisa punya anak? Bukannya kalian sudah mati? Masih bisa punya sperma?" Pertanyaan Gian kini membuat Codru tertawa. Pria itu membuka matanya dan memberikan kerlingan nakal padanya.
"Kau harus bertanya pada The Deity untuk hal itu. Petre adalah salah satu keajaiban. Atau ..." Codru menurunkan kepalanya, menyejajarkan bibirnya yang dingin dengan telinga Gian hingga setiap kata yang keluar membuat bibirnya yang dingin bergesekan dengan daun telinganya. "Kita bisa mencobanya kalau kau mau tahu apakah aku masih punya sperma atau tidak."
Bulu kuduknya meremang, ada sensasi dingin yang menyapa tengkuk tetapi justru membuatnya merasa panas ketika mendengar suara Codru yang seperti beledu. Kepalanya terasa kosong dan ia tidak dapat melalukan apa pun saat bibir dingin pria itu menyapa leher Gian dengan kecupan-kecupan kecil hingga ke tulang selangkanya. Keterkejutannya membuat seluruh tubuhnya kaku.
Kali ini bukan hanya tengkuknya yang meremang, seluruh tubuhnya terasa dialiri listrik setiap Codru mendaratkan kecupan. Otaknya meneriakkan alarm tanda bahaya tapi kedua tangannya terasa lumpuh untuk mendorong pria ini menjauh. Seluruh indranya terfokus pada bibir Codru dan mengabaikan perintah otaknya yang terang-terangan mencoba menyelamatkannya.
Napasnya kini terasa berat dan lebih hangat ketimbang tadi saat bibir Codru merambat naik ke lehernya lagi lalu berhenti di telinganya yang lain. Yang entah kapan secara sukarela Gian sudah memberikannya akses untuk berpindah dari satu daun telinga, ke daun telinga lainnya. Yang diingatnya hanyalah rasa menyengat di kulit bagian belakang telinga yangn membuat tubuhnya melonjak sebelum ditutup oleh bibir dingin Codru.
Sengatan itu membuat tubuh Gian waspada dan langsung mendorong Codru menjauh, "Apa yang kau lakukan?!" tangan kanannya meraba bagian yang terasa sakit tadi. Ada dua benjolan di sana.
"Aku harus melakukannya. Tidak terasa buruk kalau kau rileks kan? Itu akan menutup bekas luka lamamu, dan tanda kau bersamaku." Codru mengangkat tangannya, memegang bekas luka tadi dengan telapaknya yang dingin. "Katanya ini tidak akan membuat kau sakit," Sambung pria itu yang membuatnya berang.
"Katanya? Katanya?!" seru Gian dengan histeris, "Terakhir kali aku digigit aku panas berhari-hari! Dan ada apa sih dengan kalian semua? Suka sekali menggigit leher."
Rasa kesalnya semakin parah karena pria itu justru tersenyum geli melihat kemarahannya. "Darah, kulit dan dagingmu lebih lezat dibandingkan orang lain sebangsamu, Little One. Ditambah dengan membunuhmu dapat menghilangkanku. Sekali lempar dapat dua burung. Dan untuk panas atau tidak, aku sempat bertanya pada para Elf, kau tahu kan mereka penuh dengan kebajikan."
Bagaimana Gian bisa tahu?! Bertemu saja tidak pernah!
"Sekarang, kau bisa ganti baju dulu? Yang menutupi mayoritas kulitmu, karena Petre masih terlalu sensitif."
23/1/21
Revisi 22/7/21
Jangan lupa vote, komen dan follow akun WP ini + IG @akudadodado yaaw. Thank you :)
KAMU SEDANG MEMBACA
Rumpelgeist [FIN]
FantasyDaftar Pendek Wattys 2021 [PART LENGKAP] May contain violence. Tumbuh di keluarga yang sangat percaya takhayul membuat Gian tidak pernah percaya pada makhluk tak kasat mata. Baginya, hal-hal seperti itu ditujukan untuk menakutinya, yang sayangnya...