#QOTD kelilipan atau ada cabe nyangkut di gigi?
🌟
Gian berdeham untuk mengalihkan perhatian Codru dari Grigor dan keluarganya. Dari ekspresi wajahnya, ia tahu Illie sekarang tengah ketakutan. Jika manusia biasa mungkin ia bisa melihat darah yang tidak mengaliri wajah wanita itu sekarang. "Jadi, ada apa aku harus berada di sini?" tanyanya.
"Perkenalan. Mereka harus tahu kau," jawab Codru dengan tenang. Matanya masih terfokus pada keluarga Petre.
"Untuk?" Kali ini ia bertanya dengan nada mendesak.
"Supaya aku tahu menempatkan mereka di mana. Harus membunuh mereka hari ini atau bisa dibiarkan hidup." Codru menyenderkan tubuhnya di kursi besar yang ia duduki. Yang baru Gian sadari berukuran sangat besar. Punggung kursi itu sangat tinggi dengan hiasan seperti tanduk di sisi kanan dan kirinya untuk sandaran tangan. Warna emas di tanduk itu sangat kontras dengan bagian lain dari kursi yang berwarna hitam. Keempat jari tangan kiri pria itu mengetuk meja dengan berirama. Matanya menatap tajam pada ketiga orang yang terlihat menciut sekarang. Jika Gian ditatap seperti itu pun, rasanya ia sudah berukuran sekecil semut sekarang. Pandangan Codru terlalu menusuk dan dingin. Gian tahu setiap kata-kata yang diucapkannya adalah janji, bukan ancaman.
"Errr, mereka tidak melukaiku," bisiknya yang membuat Codru tertawa kecil. Tawa yang tidak menyentuh matanya, hingga terasa sangat mengerikan di telinga Gian.
"Belum. Belum melukaimu. Mereka membawa Petre ke sini tidak mungkin tanpa sebab. Bukan begitu, Grigor?"
Pria tua itu menjadi gagap, matanya melihat sekeliling seakan dapat menemukan jawaban untuk pertanyaan Codru. "A-aku, a—"
Codru kembali tertawa pelan, "Tenanglah. Aku hanya perlu tahu kau berniat apa. Apa kau bisa kubiarkan hidup atau harus kubunuh sekarang." Yang muncul di kepala Gian sekarang adalah itu seperti bisikan malaikat maut yang siap menebas lehernya dengan celurit panjang yang selalu ia bawa itu. Euh, itu celurit bukan ya? Pokoknya itu. Bulu kuduk di belakang lehernya berdiri tanpa dikomando.
Grigor tertunduk, "Ka-kami tidak mungkin melakukan hal itu." Illie memegangi Petre semakin erat karena pemuda itu kini terlihat siap menerjang Codru, sekaan merasakan bahaya yang mengincar keluarganya membuat insting protektifnya keluar.
"Kau tahu aku bisa mencium kebohonganmu." Codru menaikkan tangannya sehingga sejajar dengan wajahnya. Jari-jarinya melebar dan terlihat kaku sebelum kuku di setiap jarinya tiba-tiba saja memanjang. "Katakan, siapa yang memberitahukan mengenai Gian padamu. Aku tahu kau datang setelah para penjaga di perbatasan membiarkanmu masuk, kau bersembunyi di sekitar hutan ketika menyadari Gian di taman seorang diri. Lalu, aku cukup penasaran siapa yang mengirimmu?"
"Aku tidak tahu, Dru. Aku benar-benar tidak tahu! Berita mengenai gadis itu kini sudah tersebar dan...dan juga ada tambahan hadiah bila ada yang berhasil menumbangkanmu," ujarnya dengan nada terseret di akhir.
"Hadiah? Hadiah apa?" Codru kini terlihat tertarik dengan ucapan Grigor, binar matanya berubah dari dingin ke seperti saat anak-anak mendapatkan mainan baru.
"Keinginannya akan dikabulkan. Meskipun hal yang sulit katanya."
"Menarik. Jadi, yang kau incar bukannya menjadi pemimpin, tetapi salah satu keinginanmu untuk dikabulkan?" Grigor menganggukkan kepalanya atas pertanyaan Codru. "Yang mana itu adalah..," lanjut Codru, sengaja menggantung di akhirnya agar dapat dijawab oleh Grigor. Tapi pria itu tidak mengucapkan satu kata pun.
Mata Codru beralih pada Petre dan juga Illie hingga satu pemahaman hinggap di kepalanya, "Ah, untuk keluargamu. Kau ingin agar Grigor lebih dapat mengatur emosinya," ujarnya pelan. "Jadi, apa kau bisa hidup atau harus kubunuh di sini, Grigor?"
5/3/21
Revisi 23/7/21
Jangan lupa vote, komen dan follow akun WP ini + IG @akudadodado yaaw. Thank you :)
KAMU SEDANG MEMBACA
Rumpelgeist [FIN]
FantasyDaftar Pendek Wattys 2021 [PART LENGKAP] May contain violence. Tumbuh di keluarga yang sangat percaya takhayul membuat Gian tidak pernah percaya pada makhluk tak kasat mata. Baginya, hal-hal seperti itu ditujukan untuk menakutinya, yang sayangnya...