Matahari sudah berada tepat di atas kepalanya tetapi tidak dapat menghalau dingin. Langkahnya terhenti saat ia melihat rumah itu. Kali ini para serigala tidak lagi lalu-lalang dan menyalak seperti pertama ia melihatnya. Ia melihat beberapa serigala terkapar di tanah dengan bulu-bulu mereka yang dilapisi darah. Beberapa bahkan tidak memiliki kaki yang lengkap, atau dengan jantung yang berada di luar tubuhnya. Pemandangan yang membuat perut Gian bergejolak seketika. Hingga ia harus menutup mulut dan hidungnya saat bau anyir darah mulai terasa.
Tidak hanya itu, matanya juga melihat tubuh-tubuh tanpa kepala yang dibakar. Tidak hanya satu, tetapi sangat banyak. Kakinya terasa seperti jeli dan ia yakin akan menabrak lantai jika tangannya tidak segera berpegang pada ranting pohon di sebelah kanannya. Semua emosinya bercampur dan meledak di belakang bola matanya.
"Well, well, aku tidak perlu repot-repot mencarinya ternyata."
Bulu kuduk Gian meremang saat tersadar suara itu berasal dari mana. Tidak perlu ia menoleh karena ia kenal dengan suaranya. Angin dingin kini tidak lagi terasa karena ketakutannya memakan habis seluruh indra perasa.
"Aku tahu Codru pasti merencanakan sesuatu. Tidak mungkin menaruhmu di dalam bungker itu bersama dengan para shewolf." Suara itu kian mendekat dan terasa lebih besar. Telinganya menangkap suara langkah kaki yang mendekat seiring dengan setiap kata yang diucapkannya. "Bernapas, Gian. Ah, atau aku harus mengatakan: bernapas, Little One," lanjutnya dengan kekehan.
Seakan baru tersadar, Gian menghela napasnya dengan perlahan. Ia bahkan tidak tahu sejak kapan ia menahan napasnya. Constin menarik napas dalam-dalam, mengendus aromanya. "Aromamu tidak tercium saat kau memasuki hutan. Aku rasa karena baumu berbeda sekarang. Codru memakaikanmu sesuatu ya?" tanya pria itu.
Gian memberanikan diri memutar tubuhnya, melihat pria itu berada di antara kegelapan malam. Menyender di salah satu batang pohon dan sama sekali tidak terganggu melihat pembantaian yang terjadi di dekatnya."Apa yang kau mau, Constin?" tanyanya balik. Ia memaksakan suaranya agar terdengar stabil meskipun ketakutan menyelubunginya.
Kembali Constin tertawa dengan pelan, "Yang aku mau? Membunuhmu dengan cepat, tapi rasanya sayang jika melakukannya tanpa dilihat oleh Codru. Kebetulan, aku juga sangat ingin melihat detik-detik kematiannya. Lagi pula, kematian cepat adalah sebuah keberuntungan baginya." Constin mengedikkan bahunya. Pria itu berjalan maju, keluar dari bayang-bayang kegelapan hingga kulit pucatnya terpapar sinar matahari.
"Beruntung sekali aku karena kau adalah tipe bebal yang tidak peduli pada peringatan. Aku tidak perlu mencarimu di tumpukan jerami, kau datang sendiri padaku." Sebuah seringai bermain di bibirnya. Satu langkah maju dari Constin, dua langkah mundur bagi Gian. Setiap tubuhnya menabrak batang pohon, ia akan bergeser dan kembali mundur.
"Codru akan membunuhmu, Constin," katanya.
Dengusan terdengar dari Constin sebelum ia membalas ucapannya, "Bagaimana dia bisa membunuhku kalau kau mati lebih dulu?" pria itu lalu membungkukkan badannya, melesat hingga tubuhnya berada tepat di depan Gian. Tanpa bisa Gian hindari, lehernya kini berada dalam cengkeraman Constin yang mengangkat tubuhnya. Paru-parunya terasa terbakar karena pasokan udara yang dipaksa menutup. Kedua tangannya memukul-mukul lengan Constin sedangkan kedua kakinya berusaha untuk menendang tubuhnya. Satu-satunya emosi yang menguasainya adalah ketakutan akan pria di hadapannya yang tengah tersenyum lebar. Menikmati detik demi detik siksaannya.
Detik berikutnya Gian terlempar ke tanah. Hingga kepalanya terbentur. Constin tidak memberikannya waktu untuk bernapas karena kini ia seperti mainan kesukaannya, satu tendangan mendarat di perut hingga ia terpental. Lidahnya dapat merasakan logam sebelum ia terbatuk dan menyemburkan darah akibat tendangan yang sangat keras tadi. Isi perutnya seakan meronta ingin keluar. Gian mengelap mulutnya dengan punggung tangan saat nyeri perutnya sedikit mereda. Saat tangan kirinya hendak menyentuh bagian perut, Gian teringat akan benda yang diberikan oleh Codru tadi.
29/4/21
Revisi 29/7/21Jangan lupa vote, komen dan follow akun WP ini + IG @akudadodado yaaw. Thank you :)
KAMU SEDANG MEMBACA
Rumpelgeist [FIN]
FantasiDaftar Pendek Wattys 2021 [PART LENGKAP] May contain violence. Tumbuh di keluarga yang sangat percaya takhayul membuat Gian tidak pernah percaya pada makhluk tak kasat mata. Baginya, hal-hal seperti itu ditujukan untuk menakutinya, yang sayangnya...