Vlad

3.4K 672 46
                                    

#QOTD kamu suka cowok choleric atau melancholic?

🌟

"Pernah dengar soal Vlad?"

Gian mengangkat kepalanya dari buku yang tengah ia baca lalu menatap seseorang dengan rambut pendek yang duduk di seberang. Sab adalah teman pertamanya di sini, berkenalan karena mereka duduk bersebelahan saat kelas dan setelah itu Sab beberapa kali mengikutinya ke perpustakaan. Mereka kini berada di lantai dua perpustakaan yang dilengkapi dengan meja dan sofa yang nyaman, tempat mereka dapat duduk untuk membaca atau belajar. Dan selama beberapa minggu di sini, Gian lebih banyak menghabiskan waktunya di perpustakaan, jika sedang tidak ada kelas. Perpustakaan adalah tempat favoritnya kedua setelah apartemennya.

"Pernah lah, di berita 'kan banyak."

Kini giliran perempuan yang biasa ia panggil dengan Sab itu menatapnya dengan bingung. "Ha? Berita apa?"

"US-Rusia thingy." Gian menjawab asal. Matanya sudah kembali pada buku yang terbuka di hadapannya. Mencoba mencerna kata per kata meskipun telinganya dijejali oleh suara cempreng Sab.

Sab terdiam lalu melemparkan tatapan sengit saat ia paham siapa yang dimaksudkan oleh Gian, "Itu Vladimir Putin! Sejak kapan Putin dipanggil Vlad?!" Nadanya naik dua oktaf hingga membuat orang-orang menatap ke arah mereka karena merasa terganggu.

"Ssst! Ini di perpustakaan, Sab! Kecilkan suaramu!" sergah Gian dengan telunjuk diri berada di mulutnya. Ia meminta maaf tanpa suara pada beberapa orang yang menoleh ke arah mereka, sementara Sab tampak tidak peduli.

Bibir sebelah kanan Sab berkedut dan tatapan kesalnya masih di sana, ia berdecak sebelum memulai berbicara kembali. "Vlad the Impaler."

Tidak mendapat respons dari Gian, Sab mencoba lagi. "Ottoman?" Gian hanya diam menatap Sab yang hanya bisa menghela napas panjang. "Sudah aku duga kau gak tahu," lanjut Sab.

Gian memutar bola matanya, "Ya, terus kenapa? Apa hubungannya sama perkuliahan?"

"God, Gian, bisa gak kita bahas apa pun selain perkuliahan?"

"Kita bahas laki-laki yang jadi teman kencanmu dan banyak hal lainnya kalau kau lupa." Gian kembali menatap pada buku.

Sab mengabaikan ucapan Gian dan melanjutkan ceritanya, "Jadi, si Dracula ini--"

"Tunggu, Dracul atau Dracula? Dracula ini tokoh fiksi bukan?"

Sab mendengkus karena ucapannya dipotong oleh Gian. "Dracula itu bahasa Wallachian yang artinya devil kalau dari website yang aku baca," terangnya dengan sabar.

"Terus hubungannya apa dengan Vlad the Impaler?" Gian tidak tertarik membahas ini sebenarnya, tetapi jika meluangkan waktu untuk membicarakan hal ini dengan Sab dapat membuatnya diam, Gian akan melakukannya.

"Konon, dia hidup di kastil di Transylvania," bisik Sab, seakan itu adalah hal yang tidak diketahui banyak orang.

Gian memicingkan matanya, "Itu Dracula."

"Mereka sama."

"Enggak, mereka berbeda. Vlad Dracul setahuku terkenal karena kekejamannya dan dia hidup, well, dulu."

"Wait a minute, kok kau bisa tahu soal ini?"

Gian memutar bola matanya lagi, "Aku perlu baca satu atau dua hal sebelum datang ke sini dan Transylvania terkenal akan kisah Vlad Dracul." Sab menatapnya dengan kesal, "Aku baru ingat saat kau menyebutkan kata Dracul, okay?"

"Whatever, teman-temanku mengajak kita untuk berwisata kastil dan mencari tahu mengenai Dracula."

Gian tertawa, "What are you, five? Dracula gak ada, Sab. Maaf sudah menghancurkan mimpimu."

"Mereka nyata, Gian!"

"Ya ya, begitu juga dengan unicorn dan peri gigi. Oh, jangan bilang kalau kau masih menaruh gigi di bawah bantal atau menaruh kaos kaki berwarna merah untuk Santa di perapian?" ejek Gian dengan sadis hingga wajah Sab berwarna merah.

"Dracula nyata! Banyak yang sudah melihatnya!"

"Yeah, right. Aku juga dijemput oleh unicorn nanti." Gian kembali tertawa lagi hingga ia sadar bahwa Sab terdiam dengan muka merah padam di depannya. "I'm sorry, tapi ini lucu dan aku tidak bisa berhenti tertawa."

Sab terdiam dan tawa Gian terhenti seketika karena menyadari perempuan yang mengenakan kaos berwarna hitam di depannya itu kini padanya. Ia berdeham, "Maaf, okay?"

Tidak ada jawaban dari Sab dan kini giliran Gian yang menghela napas panjang karena tahu perempuan itu baru akan berhenti marah jika ia melakukan satu hal. Toh, ia juga perlu menyegarkan otaknya yang dipenuhi dengan mata kuliah akhir-akhir ini. "Okay, okay, aku ikut ekspedisi mencari Dracula kalian. Sabtu ini kan?"

21/9/20
Revisi 8/7/21

Jangan lupa vote, komen dan follow akun WP ini + IG @akudadodado yaaw. Thank you :)

 Thank you :)

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Rumpelgeist [FIN]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang