Twice Upon A Time

2.5K 541 107
                                    

#QOTD kamu early bird atau night owl?

🌟

"Twice upon a time..."

"Kelamaan kalau mau dibuat dongeng, langsung ke inti ceritanya saja." Gian menyela sebelum cerita Codru menjadi pengantar tidurnya alih-alih penjelasan yang ia butuhkan. Demi menjaga matanya tetap terbuka, Gian tetap pada posisi duduknya, begitu pun dengan pria itu. Ia menggeser bokongnya, agar memiliki jarak aman.

"Tidak sabar sekali. Intinya moyangmu mengadakan perjanjian denganku demi uang. Tidak hanya sekali, tetapi dua kali." Codru mengangkat tangannya, menunjukkan jari telunjuk serta jari tengah.

"Tunggu, apa?"

"Moyangmu mengadakan per--"

"Aku dengar yang itu! Maksudku, bagaimana bisa?"

Codru menggerutu, "Kau mengatakan apa, bukannya pertanyaan yang baru saja kau tanyakan. Bisa saja, Ibumu berasal dari sini kan?"

"Lalu apa hubungannya denganku? Apa leluhur sebelumku tidak ada yang menepati janjinya? Maksudku mengembalikan uang yang kau berikan."

"Hubungannya adalah kau anak ibumu dan keturunan dari moyangmu." Codru lalu berdecih, "Menurutmu aku perlu uang itu? Aku memiliki lebih dari cukup untuk memberi makan satu negara sampai berpuluh-puluh tahun!" ujarnya dengan congkak.

"Jika tidak perlu kenapa kau menagihnya?!" Gian dapat merasakan darahnya mendidih, tidak habis pikir dengan apa yang dipikirkan oleh makhluk di sampingnya ini.

"Karena menyenangkan membuat orang memiliki hutang budi padaku. Dan yang aku tagih adalah janji, bukan uang."

Gian menyipitkan matanya, "Janji apa?"

"Memberikan keturunannya padaku."

"Kau gila! Itu manusia bukannya barang!"

"Hei, jangan salahkan aku, yang meminta bantuan adalah moyangmu dan itu bukan hanya sekali. Lagi pula, aku tidak melihat sisi buruknya," jawaban Codru membuat Gian menggerutu, kantuk mulai terasa tapi ia memaksakan diri untuk membuka mata lebar-lebar.

"Tentu saja itu buruk, demi Tuhan! Lalu hubungannya denganku apa?"

Codru berdecak, "Kau keturunannya."

"Lalu?"

"Kau yang dijanjikan. Tidak spesifik kau, sih. Aku meminta anak lelakinya, tetapi orang tua satu itu justru memilihmu."

Penjelasan Codru tiba-tiba menghantamnya dan membuat Gian melotot, "Kau benar-benar gila! Ini kejadian sudah lewat berapa lama? Puluhan tahun?"

Codru menggelengkan kepala.

"Ratusan?"

Codru menggelengkan kepala lagi, namun sejurus kemudian ia menganggukkan kepalanya. Menganulir gelengan kepalanya tadi. Gian merasakan ngeri membayangkan berapa umur Codru sebenarnya. "Demi Tuhan, bisa kau katakan saja?" Gian memegangi kepalanya yang kini terasa jauh lebih pening dari sebelum ia tidur.

"Hampir mendekati seribu tahun yang lalu."

Dan kepala Gian kini seperti dihantam palu. Seribu tahun yang Gian tahu hanyalah lagu lawas yang sering ibunya nyanyikan saat memasak dan tidak pernah terpikirkan akan berbicara dengan orang yang hidup seribu tahun yang lalu. Bukannya dia seharusnya sudah berupa mumi atau fosil sekalian?

Gian menampar dirinya sendiri kemudian mencubit tangannya, rintihan terdengar dari bibirnya saat merasakan nyeri. "Bukan mimpi." Lirihnya. "Kau tidak mungkin tidak menemukan orang lain dari leluhurku sebagai tumbal kan? Pasti ada orang-orang sebelumku."

"Tumbal terdengar sangat buruk, lagi pula kau tidak mati," jawab Codru dengan cepat, "Kau pikir begitu cara kerjanya? Hal seperti ini tidak bisa memilih Gian. Aku hanya tahu kalau itu kau ketika kau lahir."

Gian menggelengkan kepalanya, ia merasa lebih religius dalam satu malam ini ketimbang sumur hidupnya, "Oh my God. Lalu hubungannya dengan penculikan tadi apa?"

"Satu-satunya cara untuk membunuhku adalah kau. That's why you are a curse and a blessing." Codru mengucapkan kalimat terakhir dengan suara pelan, ada sedikit nada sedih yang Gian tangkap di sana tetapi ia mencoba mengabaikannya.

"Ok, katakan bagaimana caranya agar aku lakukan sekarang juga." Gian sudah menyiapkan kertas dan juga pulpen di kepalanya, ia akan mencatat cara untuk membunuh pria di sampingnya ini dan terbebas dari hal aneh hasil perbuatan moyangnya.

"Biasanya aku sudah mematahkan leher dan merobek perut orang yang mengatakan hal itu padaku, tapi karena aku sedang bermurah hati, aku akan berpura-pura tidak mendengarnya. Dan omong-omong, kalau moyangmu tidak melakukannya, mungkin kau tidak akan ada di sini. Karena, kejahatan yang dilakukannya dulu dapat berimbas pada terpenggalnya kepala satu keluarga," terang Codru panjang kali lebar. Mendadak ia ngeri membayangkan silsilahnya berhenti sampai di moyangnya yang mengadakan perjanjian dengan Codru. Namun, ia tidak habis pikir, bagaimana bisa ia yang ketiban sialnya?!

Mulut Gian terbuka lebar karena ia sudah tidak dapat menahan kantuknya lagi. "Aku mau tidur, semoga ini hanya mimpi dan kau tidak ada lagi."

Codru tertawa pelan, "Keep on dreaming, Little One." Codru membantunya berbaring lalu meletakkan tangan di dahinya.

"Keluar," ujar Gian lemah.

"Setelah aku memastikan kau tidur dan panasmu turun."

Gian sudah tidak bisa membalas lagi saat kesadarannya menghilang dan dengkuran halusnya terdengar oleh Codru.

Tiba-tiba saja ia rindu dengan demit Indonesia seperti tawa centil kuntilanak, pocong yang berlompat-lompat atau tuyul.

17/11/20
Revisi  20/7/21

Jangan lupa vote, komen dan follow akun WP ini + IG @akudadodado yaaw. Thank you :) 

 Thank you :) 

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Rumpelgeist [FIN]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang