#QOTD celana sobek atau kencing di celana?
🌟
Gian dapat mendengar derap jantungnya yang bertalu-talu bersamaan dengan napasnya yang sangat cepat. Matanya melirik ke arah Codru yang masih dengan senyum yang terlihat menyeramkan baginya. Sorot matanya terlalu dingin dengan dagu terangkat yang membuatnya terlihat sangat berkuasa di hadapan Grigor beserta keluarganya yang tertunduk.
"To-tolong jangan bunuh kami." Grigor berujar dengan bahu yang turun. Suaranya sangat pelan dan tercekat. Bahunya yang tadinya tegak kini sudah turun, menyadari ia tidak memiliki kesempatan untuk melawan Codru meskipun Gian berada di ruangan yang sama dengannya. Mendekati Gian pun Grigor tidak mungkin bisa tanpa membuat keluarganya berubah menjadi abu.
Codru mendengkus, "Apa jaminannya kalau keluargamu dan juga kau tidak akan melakukan hal ini lagi?"
"Kami berjanji akan setia padamu." Grigor menjawabnya dengan cepat. Kali ini kepalanya sudah tidak tertunduk. Wajahnya terlihat ngeri menghadapi kemungkinan yang berlarian di kepalanya, terutama saat Codru tersenyum dengan culas.
"Aku sudah tidak percaya dengan ucapanmu. Berikan aku sesuatu yang dapat menjamin bahwa kau tidak akan melakukannya lagi," balas Codru dengan tenang. Senyuman masih menghiasi bibirnya yang pucat. Tapi bagian matanya kini tampak berbinar dengan sesuatu, menunjukkan kesenangan yang dinantikannya.
Jika Grigor manusia, mungkin wajahnya akan pucat seperti mayat sekarang ini. Tunggu dulu, mereka memang sudah mati. Grigor mengepalkan tangannya, Gian melihat tangan pria itu yang berada di atas meja hingga bergetar untuk meredam emosi. Tampaknya hanya dirinya yang tidak tahu ke mana pembicaraan ini akan bermuara karena Illie sekarang memeluk putranya dengan erat. Lalu sesuatu pemikiran menghantam Gian yang kini membelalakkan matanya.
Tanpa pikir panjang ia bersuara dengan lantang. "Kau tidak bisa memisahkan orang tua dengan anaknya!" Kini ketujuh pasang mata tertuju padanya yang memandang balik pada Codru.
Siulan terdengar dari arah kanannya, tampak seseorang sedang menikmati pertunjukan yang akan tersaji. Itu pasti Marius, batinnya.
"Dan kau pikir kau siapa berani menentang keputusanku?" desis Codru, mata yang biasanya menatapnya dengan binar usil atau keramahan itu sudah sirna, berganti dengan tatapan tajam yang menusuk. Sorot matanya yang tampak merendahkan Gian membuatnya bergidik ngeri. Rahang pria itu mengetat, begitu pula dengan tangannya yang berada di atas meja yang terkepal. Pemandangan itu membuat bibir Gian kelu, dan otaknya tidak dapat memproses satu kata pun sebagai jawaban. Gian kembali teringat posisinya di sini, bukan bagian dari mereka tetapi berani-beraninya menentang keputusan dari Codru. Bagaimana pun, bukan keinginan pria itu juga memiliki kelemahan setelah ribuan tahun hidup dengan bebas tanpa ada rantai yang mengikat kakinya di bumi.
Codru berdiri dengan tiba-tiba saat Gian tidak mampu memberikan jawaban. Deritan kaki kursi yang bergesekan dengan lantai batu menarik perhatian semua orang. "Bawa Petre ke ruang bawah tanah dan juga bawa dia kembali ke kamarnya. Bawa dengan paksa jika dia membangkang," putusnya kemudian pergi dari sana.
Gian baru dapat mengembuskan napas saat pintu tertutup dan udara di sekitarnya tidak lagi mencekat. "Ayo, aku antar kau ke kamar." Suara lembut Dacian membuatnya melihat ke arah pria bertubuh besar itu yang sudah berdiri di sampingnya. Ia bersyukur pria itu yang akan mengantarnya kembali ke kamar. Jika itu Marius atau Abel, ia pasti sudah mendengar berbagai ceramah atau ejekan atau sarkasme lainnya.
Gian berjalan dengan gontai menuju pintu. Isakan dari Illie masih terdengar bahkan hingga ia berjalan menuju tangga. Itu mungkin bukan lagi isakan, melainkan raungan lantaran suaranya yang sangat besar. Bahkan dari jauh pun Gian dapat mendengar nada kepedihan di setiap raungan itu.
Mereka berjalan dalam diam hingga pria itu memutuskan untuk membuka suara, "Setiap pemimpin punya gaya memimpin tersendiri. Codru terbiasa dengan--"
"Otoritarianisme." Sela Gian sebelum Dacian dapat menyelesaikan kalimatnya.
"Sebenarnya aku mau bilang terbiasa tidak dibantah dan memiliki keputusan yang absolut." pria itu berkata dengan kekehan.
"You say tomato I say tomahto," gerutu Gian.
"Tapi semuanya mempunyai suatu alasan, Gian. Petre terlalu berbahaya untuk dilepas tanpa pengawasan. Meskipun masih terhitung baru, ia memiliki kekuatan yang sangat besar. Mustahil untuk menghentikannya tanpa harus membunuhnya," jelas Dacian.
Gian mengerutkan alisnya, "Dengan alasan itu dia dikurung dan dipisahkan dari kedua orangtuanya?"
"Petre sudah pernah menyerang manusia sebelumnya. Grigor dan Illie berjanji hal itu tidak akan terjadi lagi dan memohon pada Codru untuk melepaskannya. Codru memberikan pengampunan, tapi kejadian kedua terulang lagi. Kali itu ia memangsa serigala yang berada di perbatasan wilayah. Bisa ditebak apa yang terjadi setelahnya. Codru harus berhadapan dengan para anjing-anjing itu karena hal ini, ia mengorbankan beberapa hal karena yang mereka minta adalah nyawa dibalas dengan nyawa. Membawa Petre ke sini, padahal biasanya mereka selalu mengurung bocah itu di rumah mereka adalah suatu pertanda buruk." Penjelasan tanpa rincian lebih dalam dari Dacian membuat Gian semakin penasaran. "Kau bisa bertanya lebih detail pada Codru nanti," timpal pria itu dengan cepat sebelum Gian sempat bertanya.
Gian menggerutu dengan sebal dan Dacian terkekeh. "Selamat malam, Gian."
10/3/21
Revisi 23/7/21
Jangan lupa vote, komen dan follow akun WP ini + IG @akudadodado yaaw. Thank you :)
KAMU SEDANG MEMBACA
Rumpelgeist [FIN]
FantasyDaftar Pendek Wattys 2021 [PART LENGKAP] May contain violence. Tumbuh di keluarga yang sangat percaya takhayul membuat Gian tidak pernah percaya pada makhluk tak kasat mata. Baginya, hal-hal seperti itu ditujukan untuk menakutinya, yang sayangnya...