Mata Serghei menyapu sekelilingnya, "Penyerbuan yang mengakibatkan korban seperti ini tidak dapat dihindari. Untung saja ada kawanan dari kelompok lain yang melewati tempat ini dan mencium banyak bau darah dan para lintah itu dan mendengar lolonganku," ujar pria itu sarat dengan perih saat mengatakan kata korban membuat perasaan bersalah semakin menumpuk di hatinya. "Codru ke mana?" tanyanya.
Dan rasa kesal itu kembali datang. "Gak tahu."
"Dia kelihatan marah." Serghei tertawa pelan dan Gian semakin gondok.
"Seharusnya, aku juga marah karena dia menutupi sebagian informasi dariku. Itu sama saja dengan membohongi."
Serghei mendengkus, "Kau marah karena itu atau hal lain? Karena informasi yang ditutupi tidak sepenting itu harusnya," katanya dengan mengedipkan sebelah mata.
Gian kelabakan dan berujar dengan sewot. "Hei! Dia berencana mengubahku menjadi seperti kalian! Hal lainnya bukan urusanku!"
"Mungkin memang dia tidak berniat mengubahmu makanya ia tidak membicarakannya. Menjadi immortal tidak semenyenangkan itu--" ucapan Serghei terhenti saat salah seorang dari kawanannya memanggilnya, "Aku harus mengurus ini dulu. Kau istirahat di kamar atas." ucapnya kemudian berlalu.
***
Gian tidak dapat memejamkan mata hingga pagi tiba. Di kepalanya hanyalah bagaimana cara supaya ia bisa keluar dari hal aneh ini. Karena, jujur saja ia sudah lelah. Ia ingin kehidupan normalnya kembali. Codru, Abel, Marius dan Serghei membawanya kembali ke kastil. Serghei memaksa ikut dan membawa serta beberapa prajurit. Codru menggendongnya seperti daat ia datang ke kawanan Serghei.
Pria itu tidak berbicara sedikit pun dan Gian juga tidak mau membuka pembicaraan. Hingga mereka tiba di kastil dengan pemandangan jauh lebih mengerikan. Banyak abu bekas bakaran yang berserakan di mana-mana. Pembantaian terjadi di sini.
"Sepertinya, dia membawa sebagian prajurit yang setia padanya dan membantai yang setia padamu." Marius membuka suara pertana kali. Codru tidak memberikan balasan apa pun dan berjalan menyusuri kastilnya dengan amarah yang menggelegak.
"Bersihkan tempat ini. Dan Bel, cek ke bawah dan lihat apa ia membawa Petre juga." Perintahnya yang langsung diangguki oleh Marius serta Abel.
"Kau tidak aman berada di sini, Codru. Lebih baik pergi ke tempat lain sampai keadaan lebih tenang." Serghei berucap di sampingnya. Gian merasa apa yang fikatakan oleh Serghei masuk akal.
Namun, Codru menolaknya dengan cepat. "Tidak. Kami akan memperbaiki ini semua dengan cepat dan harus mencari serta melatih prajurit lagi. Akan lebih mudah melakukannya di sini. Lagi pula, keluar dari sini sama saja seperti sama saja mengakui kalah dalam perang."
"Kau memang sudah kalah dalam hal ini, Codru. Tapi, setidaknya Gian masih hidup." Serghei memberikan balasan.
"Sejak awal bukan dia yang diincar oleh Dacian dan kawanannya." Kata Dacian yang keluar dari mulut Codru membuatnya tampak jijik. Codru tampak sangat frustrasi sekarang.
"Untuk sekarang, kau bisa menggunakan beberapa kesatriaku untuk berjaga-jaga di sekitar perbatasa. Dan anggap ini hutang yang siap aku tagih kapan pun." Serghei mengatakan dengan cepat sebelum ditolak oleh Codru. Mau tidak mau pria itu menerima tawarannya.
Gian memperhatikan mata Codru yang menyisir sekitar kastil lalu ke hutan-hutan di sekelilingnya. Matanya terhenti di satu titik dengan bibir yang sedikit terbuka. Gian melihat arah tatapan Codru dan menemukan sesosok yang menggunakan jubah hitam menutupi tubuhnya, hanya sesaat sebelum menghilang kembali ke dalam hutan. Tidak ada yang melihat kejadian itu selain mereka berdua karena yang lainnya sibuk merencanakan apa yang harus mereka lakukan setelah ini.
Codru masih terhanyut dalam keterkejutannya saat Marius bertanya, mmebuatnya tersentak. "Apa yang harus kita lakukan pada Gian?" Perhatian mereka semua kini tertuju dirinya yang berdiri dengan kikuk.
"Aku mau kembali kuliah seperti biasa." Pinta Gian kali ini. Ia merasa tidak mungkim Dacian akan kembali lagi dalam waktu dekat.
"Apa tidak berbahaya membiarkannya sendiri? Kau tidak tahu apa rencana Dacian selanjutnya, Dru." Sergei berpendapat.
Marius berdecak sebelum menyetujuinya, "Apa yang dikatakan anjing ini ada benarnya, Dru."
"Biarkan dia pulang. Dacian tidak akan menyerang sekarang. Ia akan merencanakan hal lain untuk menggoyangkanku." Codru tampak berpikir sejenak. "Kau bisa kembali ke kota siang nanti. Bereskan barang-barangmu dan Marius akan mengantarmu."
Otaknya bersorak-sorai mendengar ucapan Codru, namun hatinya terasa muram. Ia mengenyahkan perasaan itu kemudian menganggukkan kepala. Setidaknya ia mendapatkan kehidupan normal yang diinginkannya lagi.
Dengan langkah berat, Gian memasuki kamar yang selama beberapa bulan ini ditempatinya. Membereskan barang-barang di sana, tidak banyak. Hanya satu tas bahu yang berisikan buku-buku kuliahnya. Baju-baju yang selama ini dikenakannya selama tinggal di sini diberikan oleh Codru, sehingga ia merasa tidak perlu membawanya. "Ya, sudah selesai," gumamnya. Ia memperhatikan sekitar, memastikan tidak ada yang tertinggal, karena setelah aksi keras kepalanya, ia tidak yakin akan diterima lagi di sini. Dan juga ia berharap tidak akan kembali lagi ke sini hingga kapan pun.
Ia turun dan hanya menemukan Marius yang sudah menunggunya di dekat pintu. Matanya tidak dapat menemukan orang lain di sana. "Cepatlah, aku punya banyak pekerjaan." Gerutuan Marius membuatnya mempercepat langkah. Mengikuti pria itu keluar dari kastil dan memasuki mobilnya.
Sepanjang perjalanan ia tidak dapat menghilangkan perasaan mengganjal yang membelenggunya. Bahkan hingga ia tiba di apartemennya. "Terima kasih, Marius." Dan Marius hanya menggumamkan sesuatu sebagai jawaban dan langsung berlalu begitu ia turun.
Hal pertama yang dilakukannya setelah tiba di apartemennya, yang omong-omong sangat rapi dan tidak berdebu seperti ada yang membersihkannya, adalah menghubungi ibunya yang mengangkat di dering pertama.
"Halo, Gian? Kenapa?" tanya ibunya.
"Gak ada, Bu. Hanya mau mengabari kalau aku sudah pulang."
TAMAT, END OF STORY, FIN.
15/5/21
Revisi 29/7/21Jangan lupa vote, komen dan follow akun WP ini + IG @akudadodado yaaw. Thank you :)
Btw cerita Serghei dan Abel bisa dicek di judul Tattletale :)
KAMU SEDANG MEMBACA
Rumpelgeist [FIN]
Viễn tưởngDaftar Pendek Wattys 2021 [PART LENGKAP] May contain violence. Tumbuh di keluarga yang sangat percaya takhayul membuat Gian tidak pernah percaya pada makhluk tak kasat mata. Baginya, hal-hal seperti itu ditujukan untuk menakutinya, yang sayangnya...