Leon dan Feby pulang dengan berjalan kaki. Mereka akan pulang naik bus saja. Uang yang diberikan Andin tinggal lima puluh ribu, tak cukup untuk membayar taksi.
Mereka baru saja jadian selama setengah jam. Keduanya tampak canggung. Feby masih bisa dimaklumi, ini pertama kali ia pacaran.
Sedang Leon? Ia yang playboy professional masa ikutan canggung? Oh, ya. Jangan lupa, ini adalah cinta pertamanya, cinta murni dari hati hehe ....
"Mas, biasanya kalau orang baru jadian ngapain?"
"ML."
"Eh?"
"Maksud gue mabar, main bareng, makan bareng, masak bareng ...." Leon dengan sigap membelokkan percakapan.
"Oh, gitu ya?"
Tiba-tiba Feby menghampiri penjual aksesoris di pinggir jalan. Ia tampak memilih sebuah jepit rambut. Kemudian ia memakainya.
"Bagus tidak?" Ia meminta pendapat Leon.
"Kayak bocah paud."
Feby kesal dan bersiap melepas jepit rambut itu. Leon segera mencegahnya.
"Jangan dilepas, gue becanda kok. Lo cantik. Cantik banget malah, ampe gue mau meninggoy saking terpesona."
"Kalau nggak niat muji, mending nggak usah." Feby mencebik.
"Serius, lo cantik."
"Em, berapa, Pak?" Feby menanyakan harga jepit rambut itu pada sang penjual.
"Dua puluh ribu."
"Biar gue yang bayar, hadiah jadian." Leon mengeluarkan selembar uang biru dari sakunya. Kemudian ia melihat sebuah cincin imitasi yang tampak indah.
"Kalau cincin ini berapa, Pak?"
"Tiga puluh ribu."
"Kok bisa pas gitu, ya?" Leon terkekeh sambil menyerahkan lembar uang terakhir yang dimilikinya.
"Siniin tangannya?"
"Mas, mau apa?"
"Gue kasih ini dulu, kalau papa udah balikin kredit card gue, ntar gue ganti yang berlian." Leon memasangkan cincin itu di tangan Feby.
"Nggak usah, Mas. Ini juga udah bagus."
"Nasib lo, jadi cewek gue pas gue lagi bokek."
"Nggak papa, Mas. Biar bokek kita tetep bisa seneng-seneng."
"Gimana caranya?"
"Sini aku tunjukkin cara seneng-seneng ala rakyat jelata."
***
"Arum manis, 10 ribu." Feby membeli sebuah Arum manis dan menyerahkannya kepada Leon.
Mereka duduk di bangku taman. Leon membuka plastik pembungkus arum manis. Feby mengambil sejumput untuk dirinya sendiri.
"Udah murah dapat gede."
Leon meringis mendengar perkataan Feby. Gede apanya? Ketiup angin juga menciut.
"Masih laper?"
Leon mengangguk, tentu saja masih lapar. Lagipula dari tadi ia tidak makan, hanya melihat Feby saja. Kebetulan ia kurang suka makanan manis.
"Buat lo aja, gue udah manis, makan ginian yang ada gue makin manis, terus gue dikerubutin semut, terus ...."
"Gak mau ya udah." Feby memotong ucapan Leon sembari merebut arum manis dari tangannya.
Perut Leon berbunyi, tadi ia hanya makan salad saat di restoran. Feby tersenyum melihat wajah Leon yang merah karena malu.
"Kenceng banget bunyinya, Mas. Pasti cacing di perut kamu lagi berorasi."
Leon menggaruk kepalanya. Kemudian ia melihat ke arah penjual bakpao keliling. Sudah lama sekali ia tak memakannya, tiba-tiba kepingin.
"Kamu mau, Mas?"
Leon mengangguk pelan, Feby segera beranjak untuk membeli bakpao. Tinggal yang isi kacang hijau saja. Ia membeli dua buah.
Leon makan dengan lahap, Feby tersenyum melihatnya. Kalau dilihat-lihat, sebenarnya Leon ini manis juga. Tak nampak berbahaya sama sekali.
"Ini berapa?" tanya Leon.
"Tiga ribu."
"Murah juga, ya."
KAMU SEDANG MEMBACA
My Abang, My Crush (Complete)
عاطفيةMungkin jodoh tidak datang tepat waktu, tapi jodoh datang di waktu yang tepat.