10

11K 1K 61
                                    

Feby mulai bekerja di kafe es krim itu. Hari ini tidak banyak pelanggan yang datang. Ia jadi heran, desain kafe ini bagus, Instagram able. Kafe bergaya Eropa modern dominasi warna pastel ini terkesan cozy. Beberapa vas bunga Lyly di beberapa sudut ruangan menambah kesan elegan.

Harga menu terjangkau, rasa es krimnya pun tak terlalu buruk, setidaknya untuk lidah orang awam seperti Feby. Apa yang salah? Mengapa kafe ini sangat sepi?

Feby jadi tidak enak pada sang bos kalau terlalu banyak menganggur seperti ini. Ia takut sang bos merasa rugi karena telah menggajinya.

"Feb, sini!"

Feby datang menghampiri Andin dengan tergesa-gesa, sampai-sampai kakinya hampir saja terpeleset.

"Duduk! Dari tadi gue lihat lo ngelapin meja mulu?"

"Habis saya nggak ada kerjaan, Mbak. Kan saya jadi nggak enak makan gaji buta."

"Udah, santai aja sama gue. Kelamaan lo lap, meja gue jadi pada bolong. Mending kita ngobrol."

"Tapi, Mbak ...."

"Duduk atau gue potong gaji lo!"

Feby terpaksa menuruti perintah Andin. Ia takut gajinya yang tak seberapa itu dipotong.

"Mau ngobrol apa, Mbak?"

"Ngobrol apa ajalah. Gimana kalau ngobrol tentang kakak lo?"

Feby tersenyum kecut, ia sudah menduga bosnya yang genit ini menaruh hati pada Tama.

"Tentang apa?"

"Katanya kakak lo jomblo? Emang dia nggak kepikiran nyari pacar gitu?"

"Em, nggak tau, Mbak."

"Ish, masak lo adiknya nggak tau. Emang kayak gimana tipe cewek idaman kakak lo?" Andin memulai sesi wawancara.

"Yang pasti dia harus cantik, baik, dan sayang sama saya ...."

"Lah, gue banget 'tuh."

Feby kesal karena Andin tiba-tiba memotong ucapannya.

"Maksudnya?"

"Eh, enggak! Terusin ngomong." Andin jadi salah tingkah karena terlihat terlalu antusias.

"Mas Tama 'tuh tergantung saya, sebelum dia pacaran sama cewek dia nanya dulu ke saya, kalau saya bilang oke, dia jadian. Kalau saya bilang jangan, ya dia nggak jadian."

Oh, namanya Tama? Nama yang bagus. Andin berkata dalam hati, tak sadar ia tersenyum seorang diri. Ia tak menyadari dari tadi Feby memperhatikan tingkahnya.

"Mbak?"

Andin gelagapan karena terpergok Feby tengah melamun tak jelas, ia sengaja berdehem untuk mengurangi rasa malunya.

"Oh, artinya lo sakti juga, ya? Lo bisa ngatur kakak lo gitu?"

"Oh, iya, dong!" Feby berkata dengan pongah.

"Artinya mulai sekarang gue harus mulai  baikin lo, ya?" Andin tanpa sadar nyeletuk.

"Em, gimana-gimana?"

"Eh, enggak. Sekarang lo terusin lap meja!" Andin mencoba mengalihkan pembicaraan.

"Katanya takut bolong?"

"Oh, ya udah lo istirahat aja." Andin jadi salah tingkah.

"Noona, gue dateng!"

Tiba-tiba seorang pemuda tampan datang, ia langsung memeluk Andin. Feby yakin itu adalah adik bosnya. Sedikit-sedikit ia tau bahasa Korea.

"Ish, ngapain lo kemari? Pantesan dari tadi gue ngerasa ada hawa-hawa yang nggak enak, rupanya lo mau dateng!" Andin mengurai pelukannya dengan kesal.

"Oh, Noona-ku yang cantik, secantik Lalisa Manoban, janganlah kau menghujat diriku ini. Adikmu yang setampan Ceye ini mau mengharap sedikit uluran tangan darimu."

"Berapa?"

"Oh, nggak banyak kok. Lima ratus ribu aja."

"Oy, anak Dajjal! Lemes banget Mulut lo, ya! Omset gue sehari aja nggak sampai segitu. Toko es krim gue nih mau sekarat tau, nggak?" Bukannya memberi uang, Andin malah menyemprot pemuda itu.

"Oh, soal itu jangan khawatir kakakku yang manis. Adikmu yang tampan ini adalah seorang influencer, cukup nyetatus dikit 'tuh pelanggan bakalan datang menyerbu lapakmu yang kumal ini."

"Kumal mata lo soak? Lo pikir kafe gue daster nenek Tapasya?"

"Tunggu bentar, ya."

Pemuda itu tampak mengetik sesuatu di ponselnya, ia juga tampak berselfi dengan latar cafe ini.

"Tunggu sejam lagi, keajaiban pasti akan datang! Hehe ...."

Benar saja, sejam kemudian tampak beberapa gadis belia menyerbu kafe ini. Feby jadi kewalahan melayani mereka. Andin sampai ikut turun tangan membantu melayani mereka.

"Yang mau foto antri, ya. Beli minimal seratus ribu baru boleh foto plus tanda tangan. Berlaku kelipatan." Pemuda itu berujar dengan memakai toa, ia bahkan naik ke atas meja.

"Beli minimal dua ratus ribu bonus cipika cipiki, berlaku kelipatan."

Feby geleng-geleng kepala melihat tingkah sekumpulan gadis itu. Mereka rela mengeluarkan uang demi berfoto dengan pria. Bahkan kini mereka tampak mengantri.

My Abang, My Crush (Complete)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang