33

6.2K 559 5
                                    

Kian hari hubungan Leon dan Feby makin dekat. Semua itu tak luput dari pengamatan Andin. Ia merasa puas, rencananya untuk mendekatkan Feby dan Leon berhasil. Sekarang ia bisa tenang mendekati Tama.

"Feb, nanti kita jalan, yuk?"

"Jalan lagi? Emangnya setiap orang pacaran itu harus jalan setiap hari ya, Mas?"

"Nggak juga, sih. Kalau kamu capek nggak usah."

"Ke mana sih, Mas?"

"Hari ini dia ulang tahun, Feb." Andin gemas dan menyela percakapan kedua pasangan magang itu.

"Dia, hempt ...."

Leon berusaha menutup mulut Andin menggunakan telapak tangannya. Kakaknya ini memang sangat ember, padahal ia ingin merahasiakan ini dari Feby.

"Kok nggak bilang, Mas?" Feby merasa bersalah karena tidak mengetahui hari jadi Leon.

"Nggak papa, ulang tahun aku nggak penting kok."

"Nggak bisa gitu, harus dirayakan pokoknya!" Feby berujar antusias, membuat Leon senang.

Sebenarnya hari ini sang mama menyiapkan pesta besar di rumahnya. Mamanya akan mengundang semua kolega dan sanak saudaranya. Leon ingin menggunakan kesempatan ini untuk memperkenalkan Feby pada keluarganya.

Feby pergi ke dapur, ia sudah minta izin pada Andin untuk membuat hadiah untuk Leon. Ia akan membuat kukis saja yang mudah.

***

"Nel, lo yakin mau ngenalin si Feby sama keluarga kita?"

"Iya, kenapa?"

"Apa nggak kecepatan? Lo mau kawin?"

"Enggaklah, gue juga segan mau ngelangkahin lo."

"Terus buat apa lo bawa dia?" Andin merasa heran dengan tingkah adiknya. Tak biasanya ia membawa gadis ke rumah. Apa adiknya ini hendak berhenti jadi playboy?

"Biar mama nggak nyodorin perempuan buat kencan buta sama gue lagi." Alibi Leon.

"Alah, biasanya lo seneng-seneng aja kencan sama mereka."

"Sekarang gue mau serius."

"Ciye, lo udah cinta beneran sama Feby, ya? Emang sih 'tuh anak polos-polos gemesin. Tapi dia kebagusan buat lo."

"Udahlah, diem aja. Pokoknya lo fokus deketin kakaknya. Biar kita semua hepi ending."

***

Leon menunggu Feby di depan kafe yang sudah mereka sepakati. Ia tak mau memberitahu Feby kalau akan mengajaknya bertemu keluarga besarnya, bisa-bisa gadis itu menolak.

Leon tersenyum membayangkan kado apa yang akan disiapkan Feby untuknya. Sedari tadi gadis itu sibuk di dapur, Bahkan Leon tak boleh mengintip sama sekali.

Feby sudah selesai membuat kukis, ia mengamati kukis buatannya. Ia mencoba membuat kukis berbentuk karakter wajah Leon.

Feby tampak kurang puas dengan hasil buatannya, ia menyortir satu per satu kukis-kukis itu.

"Kamu terlalu eksotik, nggak mirip sama mas Leon yang putih. Kamu nggak lolos audisi." Feby memakan kukis yang memang terlihat agak gosong.

Setelah puas memilih kukis yang benar-benar sempurna menurutnya, ia pergi ke kafe yang dijanjikan.

Sesampainya di kafe, tampak Leon yang sudah menunggunya. Ia melambaikan tangan ke arah Feby.

"Mas, kok nggak nunggu di dalam?"

"Gue berubah pikiran. Kita ke tempat lain aja, yuk?"

Feby mengerutkan kening, memangnya ada apa dengan kafe ini? Belum selesai Feby berpikir, Leon mempersilahkannya masuk ke dalam mobil mewah.

Mobil itu adalah mobil Leon yang beberapa hari ini disita papanya. Karena ini hari ulang tahunnya, mamanya meminjamkannya selama satu hari.

"Mas, ini mobil kamu?"

"Iya."

"Bagus banget."

Leon hanya tersenyum menanggapi pujian Feby. Ia melirik kado yang dipangku Feby.

"Itu buat gue?"

"Eh, iya. Selamat ulang tahun, ya." Feby meletakkan kadonya di dashboard. Lagipula Leon tak bisa menerimanya karena sedang menyetir.

"Gitu aja?" Leon memicingkan mata, tidak senang dengan ucapan selamat dari Feby yang tidak ada istimewanya.

"Semoga sehat selalu."

"Klise amat?"

"Semoga tercapai yang dicita-citakan."

"Aamiin."

"Mas, kita mau ke mana, sih?" Feby merasa heran karena Leon melajukan mobilnya ke arah tol.

"Ke rumah gue."

"Apa?"

 

My Abang, My Crush (Complete)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang