Leon menanyakan alamat Feby pada Andin melalui pesan, sekarang ia telah sampai di depan Flat Feby.
"Heh, bangun. Udah sampai flat lo, nih!"
Feby masih tak mau bangun juga. Leon menggaruk rambutnya kasar.
"Gue udah nolong orang yang salah. Sekarang gue sendiri yang kesusahan."
Leon mengeluh. Mana dari tadi teman-temannya sudah menghubungi. Rencananya mereka akan pergi ke sebuah club.
"Ish, nggak bangun juga. Heh, lo pikir lo Aurora? Lo baru mau bangun setelah dicium pangeran? Jangan harap gue mau nyium lo."
Akhirnya Leon terpaksa menggotong Feby keluar dari mobilnya. Sepanjang jalan ia menggerutu.
***
Tama bermaksud menemui Febby karena adiknya itu tak bisa dihubungi. Ia menjadi khawatir dengan keadaaan Feby.
Dari kejauhan ia melihat seseorang sedang menggendong seorang gadis. Pasti mabuk, dasar pergaulan anak jaman sekarang, pikir Tama.
Tapi setelah ia memperhatikan lagi, ia merasa familiar dengan sosok yang digendong tadi. Ia kaget setengah mati saat tau yang digendong itu adalah Feby. Ia segera menghampiri Leon yang tampak susah payah menggendong Feby.
"Lo apain dia?" Tama bersiap memukul Leon.
"Eits, sabar, Bro! Gue nggak ngapa-ngapain dia. Gue cuma antar dia pulang. Cewek ini kebo banget. Udah gue bangunin, tetep nggak mau bangun. Mana gue mau ada perlu. Ambil nih, mana berat!"
Leon menyerahkan Feby yang ada di dalam gendongannya kepada Tama. Ia menghela nafas lega.
"Udah, gue balik! Btw lo nggak mau ngucapin makasih, karena gue udah nganterin dia?"
Tama hanya diam dan menatap curiga ke arah Leon. Ia masih belum mempercayai ucapan Leon.
"Nggak mau bilang makasih ya udah, bye!" Leon menghilang dari pandangan Tama.
***
Dengan kesal Tama menggendong Febby sampai ke lantai kamarnya. Untung saja kamarnya hanya di lantai 3, kalau 30 bisa dipastikan pinggangnya akan patah keesokan paginya.
Ia membaringkan tubuh Feby secara perlahan di kasur. Ia melepas sepatu dan juga jaket adiknya itu.
"Kamu bisanya cuma membuat aku khawatir, Dek."
Tama tak pulang ke rumahnya, ia membuat kopi dan menonton acara TV. Tak terasa ia pun ketiduran.
Feby terbangun karena haus, ia bermaksud pergi ke dapur. Ia kaget karena TV nya menyala. Lebih kaget lagi setelah melihat abangnya tertidur di sofa.
Feby menghampiri dan bermaksud membangunkan Tama yang sedang tertidur pulas.
"Mas, kamu kok tidur di sini?"
Tama terbangun, ia menatap datar ke arah Feby. Tatapan yang sangat menyeramkan menurut Feby.
"Aku yang seharusnya nanya. Kamu inget bagaimana bisa naik sampai sini?"
Feby mengingat saat Leon mengantarnya pulang, lalu ia ketiduran di mobilnya karena lelah, lalu ....
"Siapa yang bawa aku?"
"Dek, untung aku datang di saat yang tepat. Kalau laki-laki itu sampai ngapa-ngapain kamu, gimana?"
"Ya nggak mungkin lah, Mas. Dia itu adiknya bos aku."
"Tetep aja, Dek. Kamu 'tuh ceroboh banget. Bagaimana bisa ketiduran kayak gitu?"
Tama kesal dengan sifat adiknya yang sangat kebo kalau sudah tidur. Susah sekali dibangunkan. Ia hanya akan bangun atas inisiatifnya sendiri, entah karena haus, lapar atau ingin ke kamar mandi. Tak jarang Feby sering telat ke sekolah.
"Dia juga laki-laki, Dek. Kalau dia kurang ajar sama kamu, gimana?"
"Udahlah, Mas. Yang penting aku nggak diapa-apain sama dia."
"Siapa yang tau? Kamu aja tidurnya kayak kebo."
"Pasti ketahuan kalau dia ngapa-ngapain aku. Kalau sampai aku hamil aku minta tanggung jawab sama dia hehe ...."
Tama tak tertawa sama sekali mendengar candaan Feby.
"Nggak lucu, Dek!"
"Iya, maaf. Lain kali aku nggak gitu lagi."
"Lagian kamu kenapa nggak nelpon aku, sih?"
"Aku takut ngerepotin, tadi itu kafe rame banget, aku sampai lembur."
"Kamu jangan kecapean, Dek. Besok aku mau ngomong sama bos kamu."
"Mau ngomong apa, Mas?"
"Aku mau bilang supaya jangan ngasih kamu kerjaan yang berat-berat."
"Mas!"
![](https://img.wattpad.com/cover/263352075-288-k928473.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
My Abang, My Crush (Complete)
Roman d'amourMungkin jodoh tidak datang tepat waktu, tapi jodoh datang di waktu yang tepat.