[22] Rising Action

184 58 36
                                    

"Ini beneran udah semester 6?"

"Makin naik tingkat bukannya makin rajin malah makin males."

Jisoo dan Inseong saling bersahutan mengeluarkan keluh kesahnya. Baru juga minggu ketiga kuliah, udah ngeluh aja ini manusia dua.

"Bukannya semangat belajar malah semangat bucin," cibir Hana sambil melirik Jisoo.

"Yang sekarang cocok primbonnya atau servicenya yang cocok?" celetuk Inseong.

"Duaduanya lah!" pekik Jisoo. "Mulai kotor kan pikiran lo semua!"

"Gue diem," kata Jiae.

"Kapan-kapan main bareng deh. Lo ajak Yoongi, Hana ngajak siapa gak tau, Inseong gak usah ikut."

"Gapapa gua mah santuy, mending tidur di kos daripada ikut persekutuan rakyat bucin," balas Inseong.

Tiba-tiba Hana menyodorkan ponselnya, "Gue mau cerita. Masa waktu liburan kemarin gue difollow sama orang ini? Temennya Yoongi gak sih, Ji?"

Jiae melihat ke layar ponsel milik Hana. Terpampang akun Instagram Pio, dan Jiae langsung paham. Pantes waktu di Pameran nanyain Hana.

"Kayaknya emang naksir lo sih," kata Jiae.

"Anak Teknik dong?" tanya Inseong. Jiae ngangguk.

"Buaya anjir anak Teknik mah. Saran gue skip," timpal Jisoo.

"Belum gue follback sih," Hana meringis. "Tapi dia juga gak ngapa-ngapain, gak pernah komen atau apa gitu."

"Yaudah biarin aja, Han. Tapi lumayan cakep sih kalau kata gue," komen Inseong.

"Atau gak tanyain ke Yoongi aja coba Ji, barangkali Yoongi tau sesuatu?"

Jiae cuma ngangguk sambil tersenyum tipis. "Iya, nanti gue coba deh."

Untuk kali ini, dia nggak cerita sama siapa-siapa dulu. Kalau curhat tuh kadang terlalu banyak saran yang masuk, jadi bingung sendiri. Yaa walaupun teman-teman terdekatnya ini gak pernah terlalu ikut campur apalagi memaksakan kehendak, tapi Jiae emang pengen aja nyimpen sendiri. Toh, keputusan terakhir tetap ada di tangannya kan?

Beruntungnya kegiatan perkuliahan Jiae lumayan sibuk. Selain urusan pelajaran di kelas, ada program kerja yang juga harus diselesaikan. Konten untuk podcast mulai aktif lagi. Bahkan Jiae sudah dapat kerjaan baru, cari narasumber remaja rentang usia SMA untuk kebutuhan konten berikutnya.

"Kayak biasanya aja Ji, paham kan? Kayak waktu kita bikin konten bareng Veteran itu."

Jiae mengangguk paham akan penjelasan rekannya. "Kalau formatnya kayak gitu sih gapapa, gue bisa ngedit sendiri," kata Jiae.

"Nah gitu aja, lagian kan ini uji coba dulu."

"Oke deh."

"Narsumnya udah ada?"

Jiae ngangguk, "Adek gue sama temen-temennya."

"Mantap!"

Setelah jadwal kuliahnya selesai, Jiae langsung pulang dan menyiapkan segala kebutuhan untuk pembuatan konten nanti sore. Saking sibuknya mengalihkan perhatian dari kegalauan, Jiae benar-benar jarang buka HP. Chat Yoongi sudah nggak lagi dipinned, jadi sering tenggelam.

Apakah mereka masih komunikasi? Masih. Walaupun hambar karena sekuat apapun Yoongi berusaha bersikap biasa aja, justru Jiae yang menghindar. Bahkan ajakan Yoongi untuk ketemuan pun selalu ditolak oleh Jiae dengan alasan ini dan itu.

Jiae takut hari itu akan datang.

"Kak, gue pake baju ini ya?"

The Guy Next DoorTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang