[37] Ditembak?

191 56 16
                                    

Sungguh, kau buatku bertanya-tanya
Dengan teka-teki teka-tekimu

Jiae tengah memandang ke luar jendela mobil, kemudian sesekali ia melirik Daeyeol yang duduk di kursi pengemudi. Nggak ada yang mencurigakan. Daeyeol menatap lurus ke depan, dengan kepala sedikit terangguk-angguk mengikuti irama lagu.

Maaf ya Mbak Raisa, kayaknya Jiae bakal alergi sama lagu ini sampai nggak tau kapan.

Ngapain sih semalem gue ngeiyain? gerutu Jiae dalam hati.

Tadi pagi, Jiae sempat tanya kenapa Daeyeol memilih naik mobil padahal jelas-jelas Jiae pakai celana. Alih-alih memberikan jawaban yang mampu membuat degup jantung tak karuan, Daeyeol malah menjawab,

"Sekalian mau gue cuciin. Males nyuci sendiri."

Yaudah, mau gimana lagi kan? Jiae juga nggak seharusnya terlalu ambil pusing soal perlakuan Daeyeol waktu itu (masih ingat kejadian nebeng di chapter 24?).That's a bare minimum.

"Lagu ini udah lama gak sih?" celetuk Daeyeol. "Ini lagu yang semalem lo jadiin story kan?"

"Iya," jawab Jiae singkat.

"Gue tuh kadang gak bisa bedain lagunya Isyana sama Raisa. Soalnya suara mereka setipe... nggak sih?"

"Enggak."

Kemudian hening. Untungnya Jiae langsung sadar kalau jawabannya tadi terkesan tidak bersahabat.

"Mereka nggak semirip itu kok suaranya. Mungkin lo aja yang gak familiar," nada bicara Jiae berubah jadi kayak biasanya.

"Oh... iya kali ya."

Mobil yang mereka tumpangi mulai memasuki kawasan Kampus. Jiae bersiap untuk turun karena mereka akan segera tiba di depan Fakultas Psikologi.

"Kelas sampai jam berapa?" tanya Daeyeol.

"Jam 3," jawab Jiae. "Lo?"

"Sama," jawaban Daeyeol kembali membuat jantung Jiae berdegup tak beraturan. "Tapi maaf ya Ji, gue gak bisa nebengin baliknya. Mau nyuci mobil dulu."

Kan, udah dibilangin gak usah berekspektasi macam-macam.

"Gapapa kali, lo bukan supir pribadi gue," jawab Jiae.

"Yaaa nggak enak aja."

"Kenapa harus gak enak? Gak ada kewajiban buat antar-jemput gue kali. Lo bukan Pak Hong," kekeh Jiae.

"Tapi Pak Hong liat lo masuk mobil gue pagi ini ya, Jiae. Otomatis gue punya tanggung jawab membawa lo sampai tujuan dengan selamat."

"Udah kan? Tuh, Fakultas gue udah keliatan."

"Iya deh, terserah lo."

Jiae mulai melepas sabuk pengamannya. "Tenang aja kali Dae, Sungjong yang kenal gue dari jaman jahiliyah aja gak sebegininya."

Daeyeol melirik Jiae, "Gue bukan Sungjong."

"Kihyun juga gak gini."

"Gue juga bukan Kihyun."

"Inseong—"

"Gue Daeyeol, bukan Inseong, Kihyun, atau Sungjong."

The Guy Next DoorTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang