[34] Haduh

194 56 15
                                        

"Sebentar ya Mbak, saya masih antri masuk kampus nih. Gak tau kenapa mobil depan lama banget diperiksanya."

"Nggak apa-apa kok Mas, saya tunggu di halte FH ya."

Jiae duduk sendirian—nggak sih, di sebelahnya ada satu kotak kue yang siap diambil oleh pemesannya. Sudah hampir 10 menit dia duduk disana, menunggu si Pembeli datang. Sampai akhirnya mobil hitam berhenti tepat di depannya, menampakkan sosok pemuda yang tersenyum ke arahnya sesaat setelah kaca terbuka.

"Mbak," sapa si Pemuda. "Sebentar, saya parkir dulu."

Kedua mata Jiae tak lepas dari mobil yang sedang memasuki tempat kosong tak jauh dari halte tempat Jiae duduk. Ternyata isinya rombongan.

"Terima kasih udah nunggu."

Jiae tersenyum, "Santai aja Mas, nunggu disini adem kok." Kemudian ia menyodorkan kotak kuenya.

"Makasih ya Mbak," ucap si Pembeli. "Pasti temen saya seneng banget."

"Wuih, coba dong mau liat!" pekik seorang lelaki berambut agak gondrong. "Boleh dibuka kan, Mbak?"

Pemuda lainnya yang berwajah jutek menimpali, "Ya boleh lah dongo! Kan udah dibeli."

Semuanya berdecak kagum begitu kotak kuenya dibuka. Persis seperti ekspektasi mereka. Jiae pun bernafas lega.

"Oh iya, belum kenalan. Ini temen saya ngeband."

"Oohh... halo, saya Jiae."

Pemuda gondrong tadi tersenyum lebar sembari membalas uluran tangan Jiae, "Jaehyun, Mbak."

"Hun," lanjut cowok yang jutek. Tapi sekarang udah nggak jutek-jutek amat sih kalau diliat-liat lagi.

"Kalian yang main instrumen ya?" tanya Jiae, basa-basi sekaligus kepo.

"Iya Mbak," jawab Jaehyun. "Saya megang drum, Hun megang gitar, kalau Bang Seunghyub megang amanah dan tanggung jawab."

"Gimana?" kekeh Jiae.

"Biasa Mbak, dia kalau siang gini suka agak konslet," jawab Hun.

"Bang Seunghyub leader, bener kan megang amanah dan tanggung jawab?"

Seunghyub, si Pembeli kue, tertawa melihat tingkah kedua temannya. "Yang mau dikasih surprise ini bassistnya Mbak, anak FH."

Nggak lama kemudian, muncul satu lagi cowok berwajah gemas dari dalam gedung Fakultas Hukum. Dia berlari kencang ke arah Jiae dan yang lain.

"Bang!" pekiknya. "Anaknya lagi di toilet, gue tinggal pake alasan gojek gue udah nunggu."

Kemudian lelaki itu menatap Jiae dan tersenyum kikuk. "Hai... Mbak..." sapanya.

"Yang bikin kue," kata Seunghyub. "Kenalin, ini Hweseung."

"Nah, kalau yang ini megang wajan sama spatula Mbak," celetuk oknum Jaehyun untuk kedua kalinya. Sambil wajahnya cengengesan tanpa dosa.

"Dia yang masak di kontrakan Mbak, tapi posisi aslinya vokalis," ralat Seunghyub.

Daritadi Jiae cuma bisa oohh atau nggak ya bingung aja gitu wajahnya. Nggak kebayang kalau cowok sekeren Seunghyub punya bandmates super random kayak orang-orang ini.

"Vokalisnya dua?" tanya Jiae. Seunghyub mengangguk.

"Oohh ini Mbak Jiae yang anak Psikologi itu bukan? Yang sering diomongin?" celetuk Hweseung. "Bang Seunghyub suka cerita katanya—"

"Iya Mbak, saya cerita ke mereka soal undangan ngisi podcast waktu itu. Terus pas mau ngasih kejutan, yaudah saya rekomen kuenya Mbak aja," potong Seunghyub. Takut Jiae ngira diomongin yang aneh-aneh.

The Guy Next DoorTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang