[23] OMG

181 54 25
                                    

Aku juga capek. Kita udahan aja ya

Dua kalimat yang sukses membuat dunia Jiae runtuh seketika. Alih-alih menangis kencang, Jiae justru diam. Tidak ada air mata yang jatuh setetes pun, hanya saja ia merasakan sakit yang teramat sangat. Oksigen di sekitarnya seakan menipis.

The day has come. Finally.

Kita bedah sedikit, mulai dari Yoongi. Tentang keraguannya yang makin lama semakin besar, rasa takut yang ia pendam sejak pertama kali mengetahui bahwa Kihyun pernah menaruh hati pada Jiae, juga sikapnya yang memilih lari dari masalah.

Lalu Jiae pun sama. Terlalu denial soal fakta bahwa hubungannya sudah terlalu hambar —bahkan rusak, hanya terfokus pada rasa takut akan kandasnya hubungan namun tak kunjung mencari jalan keluar, dan bagaimana ia malah sengaja memilih untuk menghindar dan memperburuk keadaan.

Mereka berdua sama saja.

Selalu ada dua sisi dalam sebuah hubungan. Manusia tidak sempurna, begitu pula hubungan yang mereka jalani.

Bukan hanya Jiae yang terpukul, Yoongi juga. Bukan hanya Jiae yang tersakiti, Yoongi juga.

"Kakak, ayo makan Nak, sudah jam berapa ini?"

Pola makan Jiae tidak teratur,

"Santai buset! Ngebul mulu lu kayak Thomas!"

begitu pula Yoongi yang menghabiskan rokok lebih banyak dari biasanya.

Juga Yoongi yang tidak pernah tidur nyenyak, bersamaan dengan Jiae yang diam-diam terisak di tengah kesunyian malam.

The relationship hurt them, then they started to hurt each other.

"Putus?" tanya Sungjong. "Putus tuh maksudnya putus gitu?"

Jiae mengangguk lemah.

"Jong, gue tau lo kaget tapi putus tuh gak ada konotasi lain," kata Inseong.

Karena Jiae keliatan gak waras seminggu belakangan ini, akhirnya Jisoo dkk memutuskan untuk manggil Sungjong. Ibaratnya Jiae lagi kesurupan nih, si Sungjong dukunnya.

"Terus lo jawab apa?" tanya Sungjong.

"Gue baca doang," jawab Jiae. "Gue harus gimana....."

"Kalian udah ketemu lagi belum kemarin-kemarin?" tanya Hana.

Jiae menggeleng. "Gue gak siap buat ketemu dia, gue takut.... gue takut dia minta putus di depan mata...."

Semuanya menghela nafas kecewa lalu saling menatap satu sama lain. Jiae tidak menyadari sikap teman-temannya karena dia sibuk menunduk sambil mengelap air mata.

Jisoo, Sungjong, Hana, Inseong. Bohong kalau mereka bilang nggak kecewa sama dua sejoli ini. Tapi balik lagi, nggak baik terlalu ikut campur. Yang penting mereka sudah memberi nasehat, masalah dilakukan atau enggak itu hak Jiae.

"Dan sekarang udah terjadi, gue bingung...." lanjut Jiae. "Sebenarnya gue berniat langsung nyamperin dia aja ke FT, tapi gue takut berakhir nangis atau gimana...."

"Terus kalau ketemu, lo mau ngapain?" tanya Sungjong. 

"Minta penjelasan..."

"Ji, dia udah jelas nyerah sama hubungan kalian. Penjelasan yang bakal dia kasih pun sama kayak waktu itu kalian ketemuan di Lapangan," kata Jisoo. "Gue sayang sama lo Ji, makanya gue ngomong gini. You have to let him go, or at least try to."

"Salah gue juga yang terlalu ngehindar kemarin-kemarin. Andai gue gak—"

"Stop blaming yourself," potong Hana. "Hal pertama yang paling penting adalah lo tenangin diri dulu. Kalau mau ngajak Yoongi ketemu, tunggu sampai kalian siap. Gue yakin dia juga belum mau ditemui dalam waktu dekat karena dia juga butuh persiapan."

The Guy Next DoorTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang