[9] On That Day

181 60 11
                                    

"Diminum tehnya."

"Makasih."

Yoongi meneguk secangkir chamomile tea yang tersaji di hadapannya. Tangan kiri memegang kamera, tangan kanan memegang cangkir.

"Duh.... gue gak tau deh kalau seandainya lo gak bisa majuin jadwal bakal kayak gimana."

Yoongi menyunggingkan senyum tipis sebagai respon atas ucapan Flo barusan.

"I owe you a lot."

"Santai, lo gak berhutang apapun sama gue," kata Yoongi. "Dari kapan?"

Flo menampakkan wajah bingung, "Apanya?"

"Butik."

"Oh... semester.... 2? Sebenarnya gue tuh udah jualan tas sama aksesoris mulai SMA, abis itu diajak ngerintis bareng sepupu gue. And here I am," jawab Flo.

"Kalau modelling?"

Alih-alih menjawab, Flo malah tertawa. "Gue bukan model," kekehnya.

"Tapi lo kan..."

"Iya, DULU gue freelance buat job foto ini dan itu. Setelah fokus sama butik, gue lebih banyak di balik layar, bikin aksesoris lebih tepatnya. Kalau boleh pamer nih, semua aksesoris hasil karya gue sendiri."

"Terus? Kenapa ambil Agribisnis instead of Marketing atau Fashion?"

"Gue suka semuanya. Kalau bisa jalanin sekaligus, kenapa enggak?" Raut wajah si Gadis berubah antusias. "Gue gak bisa ngorbanin salah satu, jadi gue ambil semuanya."

"Gak takut dibilang serakah?" tanya Yoongi.

Flo menggeleng.

"Anything for my passion," jawabnya. "Ada sih yang gue korbanin, my love life."

Yoongi bukan tipe orang yang suka basa-basi atau terbuka sama orang lain. Orang yang bisa dia percaya buat berkeluh kesah cuma keluarga dan Jiae. Tapi kalau urusan mendengarkan cerita orang lain, Yoongi mau. Bukan karena dia kepo, apalagi buat bahan julid, tapi sekiranya ada pelajaran yang bisa diambil dari kisah hidup orang lain, gak ada salahnya kan?

Itulah kenapa Yoongi bisa tertarik dengerin ceritanya Flo sore ini. Setelah lumayan sering ketemu buat ngebahas konsep foto dan yang lainnya, Yoongi menyimpulkan kalau Flo jago banget berkomunikasi sama orang lain. Itu yang jadi nilai plus di mata Yoongi. Flo tau cara membuat percakapan terasa asik, menarik, tanpa terkesan dominan.

"Gue rela nutup hati demi fokus sama kerjaan dan kuliah," kata Flo. "Bukan karena gue sombong, bukan karena gue jahat, tapi karena gue gak mau nyakitin pacar gue dengan alasan sibuk."

Sial, kok Yoongi jadi kesindir gini ya....

"Okelah, pasti ada pasangan yang bisa nerima, bisa bertahan. But that's not me. Gue gak pernah tau di balik kata iya-nya pacar gue tuh beneran iya atau di bibir doang. Itu yang gue takutin."

Yoongi masih nggak merespon. Walaupun pandangannya ke Flo, pikirannya melayang ke hal lain. Pasti kalian ngerti.

"Makanya gue salut deh sama yang bisa tahan dengan kondisi begitu. Wajib banget dipertahanin, tapi ya balik lagi sih.... bukan gue orangnya, gue belum siap. Mungkin someday gue akan siap, karena gak mungkin dong gue begini terus?"

The Guy Next DoorTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang