[42] (Masih) Greget

154 55 16
                                    

"Kalian ngerasa ada yang aneh gak sih dari Kakak gue sama Bang Daeyeol?" tanya Joochan ke keempat kawannya yang sore itu lagi kumpul di Base camp alias Rumah Joochan sendiri. Lagi nungguin Daeyeol datang, waktunya les.

"Aneh apaan?" tanya Bomin, si Bocil yang hobi nimbrung meskipun bukan jadwalnya.

"Aneh aja," jawab Joochan. "Gue menangkap sinyal-sinyal aneh dari mereka berdua."

Jibeom, Kevin, Bomin serius merhatiin Joochan yang bersiap cerita. Donghyun malah khusyu ngunyah jajan suguhan.

"Pertama, Ibu suka ngomongin Bang Daeyeol di depan Kakak. Basa-basi doang sih, tapi sering! Terus Ayah juga hobi banget muji Bang Daeyeol," curhat Joochan. "Hal sepele sih, tapi kok gue ngerasa aneh ya?"

"Ayah sama Ibu lu kagum kali nemu cowok serajin dan sebaik Bang Daeyeol," komen Kevin.

"Masa gara-gara itu doang? Gak mungkin."

"Hmmmm... mungkin Mas Daeyeol sama Mbak Jiae lagi deket?" celetuk Bomin.

"Deket mah deket atuh orang tetanggaan," cibir Jibeom.

"Ih bukan gituuu," Bomin mengibaskan tangannya. "Kan Mas Jibeom pernah bilang kalau Mas Seokjin sering liat Mbak Jiae sama Mas Daeyeol berangkat bareng?"

Hening.

"Kakak sering mager bawa motor sih...." gumam Joochan. "TAPI MASA IYA?"

"Kalau iya emang kenapa?" Donghyun akhirnya buka suara. "Bisa aja mereka emang sering bareng tapi yaudah cuma nebengzone?"

"Iya tuh, bener. Gak boleh berburuk sangka dulu," timpal Kevin. "Kalau seandainya mereka beneran deket juga gapapa kan? Enak tau punya Abang kayak Bang Daeyeol."

"Iyaa. Gue juga kalau jadi Mas Joochan rela kok Mbak Jiae pacaran sama Mas Daeyeol," Bomin menimpali.

"JANGAN DOONGG! Masa gue punya ipar Bang Daeyeol? Kayak gak ada yang lain aja!" protes Joochan.

"Kenapa sih? Adanya tuh Bang Daeyeol yang rugi iparan sama lu," ledek Donghyun.

"Gue punya ide—"

"GAAAKKK!" semuanya kompak nolak omongan Joochan padahal BELUM SELESAI.

"Gua gamau ya diajak ngempesin ban motor orang kayak dulu," tolak Jibeom. "Ngaco banget. Kok mau aja ya aing dulu."

"Tau ya. Mana Mas Yoongi serem gitu, motornya malah kita kempesin," kata Bomin.

"Jangan lupa adegan ngumpetin sepatu," tambah Kevin. "Untung bisa diambil. Coba gabisa? Pulang-pulang nyeker tuh Kak Yoongi sampai rumah."

"Ati-ati Chan, marahnya orang sabar kayak Bang Daeyeol gitu bisa 1000x lipat Kak Yoongi," kata Donghyun. "Kalau lu mau nyari tau soal mereka, diem-diem aja. Jangan terlalu agresif."

Jibeom ngangguk, "Mereka udah gede juga Chan, udah bisa mikir sendiri. Selow aja sih, Bang Daeyeol mah gabakal aneh-aneh."

Bertepatan dengan Jibeom yang sudah menuntaskan kalimatnya, Jiae keluar kamar dan otomatis ngelewatin para bocah yang lagi kumpul.

"Kak, Bang Daeyeol kok belum dateng ya?" tembak Joochan.

"Ya gatau lah. Yang punya guru siapa," jawab Jiae acuh tak acuh.

"Nak Daeyeol? Masuk-masuk.... udah pada nungguin di atas," terdengar suara Ibu Hong menyambut kedatangan Daeyeol. Jiae yang lagi dalam perjalanan menuruni tangga langsung berhenti di tempat. Mau naik, nanti ketauan para bocah. Lanjut turun, ketemu Daeyeol.

Telat, kelamaan mikir. Keburu ketemu Daeyeol beneran. Liat-liatan dulu di tangga, sebelum akhirnya Daeyeol memutus kontak mata duluan.

"Buruan turun, bocah pada ngintip," bisik Daeyeol sambil ngelewatin Jiae.

The Guy Next DoorTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang