[28] Adu Rayu

221 57 48
                                    

"Cari siapa?"

Nada dingin dan tidak bersahabat menyambut kedatangan Yoongi di kediaman keluarga Hong. Joochan berdiri di hadapannya berbalut kaos oblong dan celana pendek andalan, outfit bersantai di rumah. Di Ruang Tamu terlihat kawan-kawan Joochan yang lain, asik bermain game di ponsel.

"Jiae ada?" tanya Yoongi.

"Gak ada."

Joochan melirik kantong plastik yang dibawa oleh tamunya.

"Yaudah, cuma mau ngasih ini kok."

Bungkusan itu terulur ke arah Joochan, yang kemudian ia terima walau setengah hati. Kata Ibu sama Ayah, menghargai pemberian seseorang adalah salah satu norma kesopanan yang tidak boleh ditinggalkan.

"Makasih," pungkas Yoongi. Seharusnya dia yang menerima, bukan yang mengucapkan. Tapi tidak apa, menurunkan ego sesekali itu perlu.

Joochan menaruh bungkusan itu di meja Ruang Tamu dengan sedikit kasar. Kevin, Bomin, Jibeom, dan Donghyun menatap Joochan dengan penuh tanda tanya.

"Buat kalian aja," cicit Joochan.

Kevin membuka bungkusannya, yang ternyata martabak manis cokelat keju. Ini kesukaan Joochan, kenapa malah dihibahkan secara cuma-cuma?

"Makan bareng-bareng dong harusnya?" tanya Jibeom.

"Kalian aja. Piringnya ambil di Dapur ya, gue ke kamar dulu ngambil HP."

Kemudian Joochan pergi begitu saja, meninggalkan keempat kawannya yang masih kebingungan. Padahal HP Joochan ada di meja tamu.

Joochan dan makanan adalah dua hal yang tidak bisa dipisahkan, apalagi ayam goreng dan martabak manis cokelat keju. Mustahil Joochan menolak dua makanan itu.

"Kemarin waktu Aa' putus, lo gini juga gak?" tanya Kevin ke Jibeom.

Jibeom menggeleng.

"Kalau Mas Joochan sampai segininya, berarti Mbak Jiae juga sedih banget," komen Bomin. "Dia kan gak suka kalau Mbak Jiae sedih, meskipun diajak ribut mulu."

"Terus ini martabaknya gimana?" tanya Donghyun.

"Makan aja deh. Daripada mubazir, toh Joochan juga udah bilang buat kita," jawab Jibeom.

"Sisain. Dia mah bilangnya gak mau, nanti juga dicariin," kata Donghyun.

Joochan lagi ngapain?

Merenung di kamarnya. Lagi ngontrol emosi yang sempat memuncak waktu lihat Yoongi datang tadi. Padahal pengen banget makan martabaknya, tapi rasa kesal mengalahkan rasa lapar.

Sikap dingin Joochan tadi bukan tanpa alasan. Nggak perlu dijelaskan lebih jauh, kalian pasti ngerti.

Yang boleh bikin Kakak kesel cuma Joochan. Kira-kira begitu konsep yang dia anut. Karena Jiae bukan sekedar kakak yang hobi ngomel kayak Kak Ros, tapi juga ibu kedua buat Joochan. Lihat Kakak nangis sama sakitnya kayak lihat Ibu nangis.

Sementara itu, Yoongi sudah berada di tempat yang berbeda. Ia menatap plang besar dari dalam mobilnya. Kemudian pandangannya turun ke arah benda kecil yang ia simpan di cup holder, yang biasanya dipakai menaruh uang receh untuk bayar parkir.

Kita mundur sedikit ke kejadian beberapa hari lalu, waktu Yoongi iseng membereskan file hasil jepretannya di laptop. Untuk pertama kalinya ia membuka kembali folder yang diberi nama J.

Ada yang bilang, laki-laki akan terlihat tanpa beban di masa-masa awal setelah putus, dan itu berlaku bagi Yoongi. Sampai nanti pun, ia akan terlihat baik-baik saja karena memang sudah sifatnya. Seorang Min Yoongi tidak akan menunjukkan sisi lemahnya di depan banyak orang, kecuali keluarga, teman terdekat yang bisa dihitung jari jumlahnya, dan Jiae. Tapi sekarang, Jiae sudah keluar dari daftar.

The Guy Next DoorTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang