G

10 4 0
                                    



"aku menemukanmu"

Aku segera menoleh ke sumber suara, dan apa yang aku lihat membuatku terkejut.

Respon pertamaku adalah, aku melihat ke sekeliling sungai Han yang masih lumayan ramai dan melihat arlojiku yang masih menunjukkan pukul setengah 12 malam. Kenapa dia berada disini pada jam seperti ini?

Sejujurnya setelah aku mengetahui identitasnya, aku mengurangi untuk datang ke tempat ini, dan jika memang aku perlu, aku akan datang lebih awal dan kembali sebelum jam 12. Benar benar menghindari pertemuan tidak sengaja lagi dengannya.

Tapi, karena sudah terlanjur terjadi, aku bisa apa kali ini selain menyapanya kembali, dan tetap waspada pada sekeliling juga

"lama tidak bertemu" katanya lagi

"hem... memang sudah lama" mungkin sudah sekitar 2 minggu

"kau sepertinya sedang jalan jalan santai kesini?"

"em... seperti itu"

"aku juga sama. Mari berjalan bersama dan mengobrol"

"???" apa yang baru saja di katakan?

"daripada berjalan sendiri, bukankah lebih nyaman ada teman bicara?"

"tidak, terima kasih, aku lebih suka sendiri"

"tapi aku tidak suka sendiri?"

Itu bukan urusanku, kataku pada diriku sendiri

"bukannya setidaknya kau berterima kasih untuk yang terakhir kali?"

Tolong jangan ungkit ungkit itu lagi, itu memalukan. Kataku masih pada diriku sendiri

"jadi temani aku mengobrol sebentar. Lagi pula, kau juga berniat untuk jalan jalan"

Aku memandangnya yang masih mengenakan topi dan masker, dan ketika aku menatap mata itu, aku semakin merasa bodoh jika aku terus menyangkal identitasnya.

Dengan alasan seperti itu, bagaimana lagi aku bisa menolaknya? "daripada berjalan jalan, bagaimana jika lebih baik duduk disana" kataku sambil menunjuk kursi yang berada di tempat paling gelap. Duduk di sana akan mengurangi kehadirannya dan akhirnya mengurangi untuk menguak identitasnya pada orang lain juga

"itu juga baik baik saja" katanya, sambil kami berjalan menuju tempat itu.

"kau sering datang kesini akhir akhir ini?" katanya membuka pembicaraan diantara kami begitu kami berdua sudah duduk

"tidak juga"

"kenapa?"

Aku menoleh menatapnya dengan heran "apanya yang kenapa? Aku kesini ketika aku merasa frustasi atau ketika luapan emosi yang tidak bisa aku tahan lagi"

"jadi kau baik baik saja... aku harusnya merasa bersyukur kan?"

Aku menoleh memandangnya ketika dia mengatakan hal itu. Tanpa sadar aku mengerutkan alisku 'berhentilah mengatakan hal hal seperti itu! Kau semakin membingungkan ku. Jadi apakah kau tidak bersyukur aku baik baik saja karena itu menyebabkan aku tidak sering datang kesini?'

Aku menarik nafas panjang secara pelan, takut dia mendengarnya. "bagaimana denganmu? Sering datang kesini?" kataku berharap mengubah suasana

"hem... tapi dengan alasan yang berbeda denganmu"

Kumohon berhentilah membuat suasananya menjadi aneh, aku mengeluh pada diriku sendiri

"terima kasih untuk yang terakhir kali" kataku, berusaha untuk mengubah arah pembicaraan lagi

"itu bukan masalah besar, aku senang membantumu. kau sibuk akhir akhir ini?"

Aku terdiam sebentar, sebelum mencerna perkataannya "aku sibuk akhir akhir ini, benar benar sangat sibuk" kataku dengan tiba tiba begitu tahu apa maksud dari pertanyaanya

"sesibuk sibuknya dirimu, setidaknya kau bisa menunjukkan rasa terima kasih untuk pertolonganku yang terakhir kali kan? Dan lebih lagi, kau harus mengembalikan jaketku"

Aku menatap dia dengan ketidak percayaan, bagaimana bisa hal hal seperti rasa berterimakasih dilakukan dengan paksaan. dan sepertinya dia mengetahui bahwa aku berbohong dengan kesibukanku, dan lebih dari apapun kenapa juga aku mengungkit ungkit hal hal itu. Aku membuat lubahng untuk diriku sendiri, jadi siapa yang perlu aku salahkan selain diriku yang ceroboh ini?

"bagaimana dengan lusa? Aku baik baik saja dengan jam setengah 12. Kita bisa bertemu disini"

Aku hanya memandangnya dengan bodoh ketika dia sudah mengatur waktu pertemuan

"sepertinya kau juga punya waktu luang pada hari itu, maka sudah diputuskan"

Apakah sudah terlambat untuk masuk kedalam lubang yang aku buat sendiri, aku tiba tiba merasa tertekan dengan ajakan ini



TRYTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang