FF (Jimin P.O.V)

2 1 0
                                    



Dengan ketidak maluku dan desakanku, aku mengajaknya untuk makan malam dan mencari tempat makan yang dekat pada saat itu juga. Dengan keputusasaan ku menunggu selama ini dan selalu mengandalkan keberuntungan, kali ini aku akan lebih berani. Karena aku tahu bahwa aku tidak bisa selalu mengandalkan apa yang namanya keberuntungan.

Jadi disinilah aku, berjalan menuju tempat makan terdekat yang masih buka pada jam segini.

Pada saat kami sudah berada di depan tempat makan dan akan masuk, aku sudah memutuskan untuk memberitahukannya tentang diriku. Tidak lucu jika dia tersedak dan akhirnya mengalami gangguan pencernaan saat aku memberitahunya saat makan. Dan lebih daripada itu, aku ingin memberitahunya sesegera mungkin tentang diriku, aku tidak ingin lagi harus bersembunyi atau menyangkal diriku sendiri. Jadi ketika dia akan masuk, aku menahan lengannya.

Saat aku menahan tangannya dan dia menatapku dengan pandangan bertanya, seketika aku merasa takut, takut dia akan takut dengan diriku dan lebih menjaga jarak, itu adalah hal yang paling tidak ingin terjadi.

Tapi masalahnya adalah aku tidak ingin mengundurkan-undur lagi. Aku tidak tahu apakah waktu saat ini adalah waktu yang tepat, atau mungkin benar bahwa tidak akan ada waktu yang tepat. kita hanya harus menciptakan itu.

Jadi aku mengumpulkan keberanianku saat ini dan memulai mengatakannya.

"Bukankah kita sudah cukup dekat, dan sepertinya kau juga mengetahui maksud tujuanku. Jadi aku akan lebih terbuka dan langsung dengan maksudku di masa depan"

Aku tahu bahwa aku sangat konyol, lebih konyol untuk mengatakan hal seperti itu. Tapi aku berpikir bahwa semakin hal hal seperti ini diperjelas, semakin mempermudahkan diriku. Aku tidak ingin membuang buang waktu lagi untuk berputar putar, atau lebih tepatnya lagi aku memang tidak ada waktu untuk melakukan hal hal seperti itu.

"Aku yakin kau belum menyimpan nomor teleponku, dan aku tidak ingin menunggumu untuk mengambil inisiatif karena itu pasti akan lama, sedangkan aku tidak punya waktu untuk menunggumu melakukan itu. Jadi...nomor telponmu" kataku sambil mengeluarkan hp dari sakuku dan menyodorkannya kepadanya.

Aku sudah begitu jelas, jadi ini adalah titik penentu akan seperti apa kelanjutannya.

Ketika aku melihat dia hanya diam saja tanpa bermaksud mengambil hpku, aku kembali membujuknya "bukankah dengan kau mengiyakan ajakan ku kesini bahkan setelah tahu tujuanku, artinya kau akan mencobanya?"

Ketika dia masih diam saja, dan aku sudah tidak punya kesabaran lagi. Aku menarik tangannya dan meletakkan hpku dalam genggamannya "nomor teleponmu" kataku lagi menegaskan maksudku sekali lagi.

"Kurasa ini tidak akan berhasil".

Aku mengerutkan alisku ketika mendengarnya "kau bahkan belum mencobanya, bagaimana kau tahu"

"Aku benar benar tidak--"

Sebelum dia menyelesaikan apapun yang akan dia katakan, aku memotongnya "aku akan mencoba melakukannya"

Aku melihat dia mengerutkan alisnya, tidak mengerti dengan apa yang aku katakan, jadi aku lebih menjelaskannya " aku menyadari bahwa kau sedang mencoba melalui masa sulit karena seseorang. Dan disinilah aku, peran yang coba aku ambil. Kau tidak perlu memikirkan apapun dan melakukan apapun, cukup berdiri disini dan aku akan melakukan semuanya"

Aku benar benar memberikan segalanya untuk membujuknya, aku tidak tahu apakah cara ini berhasil pada awalnya. Tapi ketika aku melihat dia mengetik nomornya pada ponselku, aku merasa aku telah terselamatkan. Dia telah menyelamatkanku.



--

TRYTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang