O

8 2 0
                                    



Aku merebahkan kepalaku di atas meja kantorku dengan putus asa

Aku merasa sangat lelah bulan ini, dan aku yakin bulan depan akan lebih terasa membebani dengan mengetahui tanggal pernikahan dia yang pada bulan depan. Dan lagi persiapan untuk pameran juga baru akan berakhir pada bulan depan

Itulah yang menjadi kesibukanku bulan ini. pameran.

Untuk pameran tahunan kali ini, itu lebih menguras tenagaku karena seniman senior yang ingin aku ajak berkolaborasi sangat membuat frustasi.

Aku perlu mengeluarkan tenaga lebih dan menguras fisikku untuk membuat si tua kolot itu setuju untuk berkolaborasi dengan pameran kami.

Aku melihat pemandangan malam di luar jendela dengan wajah suram.

Dalam keheningan ruangan kantorku, tiba tiba ada panggilan masuk. Aku menggapai hp ku dan melihat bahwa itu adalah satu dari beberapa pengejarku yang sangat gigih.

Aku langsung mematikan panggilan itu dan memblokir nomornya. Sejujurnya, aku sudah memblokir dia berkali kali, tapi dia terus mengganti nomornya lagi dan lagi, membuatku jengkel.

Dan lebih menjengkelkan lagi adalah orang seperti ini tidak hanya satu orang.

Pada saat saat seperti ini, aku berharap sekali memiliki seorang pacar. Karena ada alasan valid dan tak terelakkan untuk membuat orang orang seperti ini berhenti.

Sejujurnya, aku juga sudah memberikan alasan itu untuk memberi peringatan untuk membiarkanku sendirian, tapi entah kenapa mereka langsung mengetahui bahwa aku berbohong. Sungguh kekacauan. Apakah aku benar benar sangat buruk berbohong?

Ketika aku mengakhiri panggilan tersebut, secara tidak sengaja aku mengklik riwayat panggilanku dan seketika aku melihat nama jimin.

Sejujurnya jimin termasuk dalam jajaran yang menjengkelkan, tapi dia selalu tidak pernah melewati batas kesabaranku. Mungkin dia sering berada hampir di batasnya, tapi dia akan selalu menarik diri tepat waktu sebelum aku benar benar mengakhirinya.

dalam obrolan kami, terkadang aku lupa bahwa dia adalah seorang artis. bahkan sering sekali aku hanya menganggap dia sebagai Park Jimin bukan Jimin BTS.

Dan lebih lagi, selama dia berada di luar negeri ini, dia menjadi kurang menjengkelkan. Bahkan terkadang dia membuatku merasa membutuhkannya ketika aku berada di titik dimana aku perlu seseorang untuk bicara. Seperti saat ini.

Aku menarik nafas panjang sebelum masuk ke obrolanku dengan jimin dan berakhir mengirimnya pesan

--kau disana?—

Setelah aku mengirim pesan, aku tidak menunggu dia untuk menjawab. Karena dalam 1 bulan ini, aku menjadi tau sedikit tentang kebiasaannya. Jadi alih alih menunggu balasannya, aku kembali menyibukkan diriku dalam pekerjaan yang menantiku. 





--

TRYTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang