L

10 2 0
                                    



Aku menjabat tangannya dengan suasana hati yang aneh

"Kim Hye Na" kataku, menyebut namaku lagi

Dia tersenyum sambil menyebutkan namanya lagi "Park Jimin"

Setelah itu, aku menarik tanganku dan mengambil sumpit untuk memulai makan, begitupun dia.

"kau lahir tahun berapa?" tanya dia memulai percakapan

"96, kau 95 kan?" jawabku, sejujurnya setelah aku mengetahui siapa dia aku juga mencari informasi tentangnya

Aku dapat melihat senyum yang samar pada sudut bibirnya, tidak bisa memahami alasan kenapa dia tampak bahagia

"aku lebih tua, jadi aku akan memanggilmu Hyena-ya, tidak apa apa kan?"

Aku langsung mengerutkan alisku ketika mendengar panggilan akrab darinya yang terasa asing di telingaku

"lalu kau bisa memanggilku apapun senyumanmu saja" katanya lagi.

Aku hanya diam tidak menanggapi ucapannya, seolah olah aku sangat sibuk untuk makan hingga tidak memperhatikan apa yang dia katakan. Jadi aku tidak tahu bahwa dia sedang tersenyum melihatku yang pura pura tidak mendengarkan apapun.

"aku berasal dari busan, apakah kau lahir di soul?"

Aku menggelengkan kepalaku pelan "aku lahir di Gwacheon, kemudian pindah kesini ketika aku SMA. Sekarang soul sudah seperti rumahku sendiri"

"kau hidup sendiri, atau dengan orang tuamu?"

"sendiri. awalnya kami semua pindah ke soul karena appa akan memulai bisnis disini, tapi begitu appa meninggal beberapa tahun yang lalu eomma ingin kembali ke kampung halaman, tapi bisnis appa tidak bisa ditinggal, jadi aku tetap tinggal disini untuk meneruskan bisnis appa dan sekali kali pulang ke Gwacheon" jelasku.

"bisnis dibidang apa?"

"dibidang karya seni, seperti lukisan dan kerajinan keramik. Bisa dikatakan itu sebagai platform untuk menampung hal hal seperti itu"

"berarti kau sering mengadakan pameran?"

"untuk pemerannya sendiri, biasanya diadakan satu tahun sekali. Tapi biasanya kami sering berkolaborasi dengan platform platform besar yang juga mengadakan pameran. Jadi intinya adalah, kami bisa disebut sebagai penghubung antara kurator dan pembeli"

Kami terus membicarakan kesibukan masing masing saat kami makan.

Sejujurnya, aku bukan tipe yang suka membicarakan tentang diriku dengan orang lain. terutama orang yang baru beberapa kali bertemu. Bukan juga aku merasa nyaman dan menganggap dia berbeda yang akhirnya mempermudah aku untuk membicarakan diriku sendiri.

Karena aku memaksakan diriku untuk terbuka. Aku butuh seseorang pengganti, karena yang biasanya sebagai teman bicara dan keluh kesahku tidak lagi memiliki waktu untukku. Jadi aku mencoba mencari seseorang yang setidaknya dapat mengerti aku.

Sejujurnya, aku tidak hanya melakukan ini pada jimin. Mungkin ada sekitar 3 orang saat ini, dan aku sudah menggugurkan 2 orang lainnya.

Aku tahu ini cara yang tidak baik, aku tahu dan aku sadar mungkin pada akhirnya aku akan menyakiti pihak lain. tapi aku benar benar memerlukan seseorang untuk menggantikannya

Setelah 5 tahun aku memiliki orang itu dan selalu menemani dan berjalan beriringan, rasanya sekarang aku hampir gila ketika kehilangannya.

Kehilangan sosoknya dan kehilangan tempat aku untuk mengatakan apapun yang aku inginkan dan melakukan apapun yang aku lakukan

itulah alasanku untuk terbuka





TRYTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang