C

11 4 0
                                    



Aku menarik nafas panjang dan mengeluarkannya secara perlahan.

Tarik nafas, keluarkan

Tarik nafas, keluarkan

Dan tarik nafas, lalu keluarkan

Aku sedang mencoba menenangkan emosiku yang hampir tumpah dengan air mata.

Menenangkan emosiku dengan menenangkan pernafasanku sambil memandang sungai Han dan merasakan angin dingin yang berhembus pada pukul 2 pagi.

Hampir tiap hari aku kesini untuk menenangkan emosiku

Sejujurnya, aku tahu bahwa aku butuh seseorang untuk meluapkan emosiku. Tapi masalahnya adalah aku tidak tahu dengan siapa aku harus bercerita.

Seseorang yang tidak mudah bergaul dan selalu menyukai sendirian karena pikirannya yang berjalan terlalu berbeda dengan orang lain. tidak mudah mencari teman.

Dalam seluruh masa pertumbuhanku aku benar benar tidak mempunyai seseorang yang bisa dikatakan sebagai sahabat. Aku punya banyak teman selama masa itu, karena aku cantik. Tapi hanya sebatas itu saja. mereka tidak pernah bisa memahamiku

Tapi pada akhirnya, aku menemukan seseorang yang bisa aku ajak bicara tentang apa yang aku pikirkan dan apa masalahku hari itu. Dan seiring berlalunya waktu aku menyadari bahwa aku akan merasa tenang dan nyaman selama dia berada di sekitarku. Dan aku memutuskan untuk menyukai nya sampai 5 tahun ini.

Walaupun hubungan kami hanya sebatas persahabatan antara laki laki dan perempuan, tapi nyatanya aku berharap bahwa aku akan berakhir dengannya selama sisa hidupku.

Untuk seseorang yang berbicara dengan bahasa berbeda dan tidak ada yang mengerti, tiba tiba muncul seseorang yang akhirnya mengerti bahasanya. Orang itu akan menjadi sangat spesial.

Itulah arti dia bagiku. penyelamatku, obatku, dan rasa nyamanku selama setengah abad ini.

Bagaimana bisa tiba tiba dia menjadi milik orang lain dan akhirnya menyebabkan aku tersisihkan, tapi tetap saja tidak bisa mengatakan apapun untuk menyelamatkan diriku sendiri.

Selama ini, aku bercerita apapun pada orang itu, masalah apapun yang sedang melandaku. Tapi sekarang aku harus lari kemana?

Hanya dia yang aku punya, tapi dia sekarang menjadi sumber kegelisahanku.

"kita bertemu lagi"

Lamunanku terpecah dan aku langsung mengangkat kepalaku, menatap seseorang yang  bicara itu.

Aku melihat orang itu dari atas ke bawah, menilai siapa itu.

Tapi aku tidak mengenalnya sama sekali, walaupun dia memakai masker dan mengenakan topi, aku yakin bahwa aku tidak mengenalnya sama sekali.

"siapa?" tanyaku

"maaf dan terimakasih untuk topinya beberapa hari lalu" katanya

Aku mengerutkan alisku sebentar sebelum segera berdiri dari kursi dan mundur 3 langkah. Memperluas jarak diantara kami.

"tidak perlu terlalu waspada, aku tidak memiliki niat lain, hanya datang menyapa dan mengucapkan terimakasih" katanya, mungkin karena melihatku yang benar benar waspada

"dengan situasi ini bagaimana aku tidak waspada. Aku perempuan, seorang diri di lingkungan yang sepi pada jam ini. bahkan walaupun aku berteriak siapa yang bisa mendengarnya" kataku berjalan mundur satu langkah lagi. "dan lebih dari itu, kau sangat mencurigakan" aku patut pemcurigai dia, jika pertemuan ini adalah ketidaksengajaan, aku tidak akan curiga. tapi masalahnya adalah ada berapa banyak ketidak sengajaan didunia ini?

ketidak sengajaan, aku tidak terlalu mempercayainnya

"aku benar benar hanya ingin mengobrol. Berada disini sendirian, bukankah itu terlalu sepi?"

"pergi kesini pada jam ini, bukankah seseorang jelas mencari ketenangan" jawabku dengan nada ketus dan terus menatapnya

Tanpa disangka sangka, dia mundur dua langkah dan duduk di kursi yang ada di samping kursi yang aku duduki.

"apakah itu lebih membuatmu nyaman? Aku benar benar hanya ingin mengobrol"

Melihatnya menjaga jarak, itu lebih membuatku tenang. Jadi aku duduk kembali di kursiku, tapi tetap duduk di sisi yang paling jauh darinya.

Melihatku dengan patuh duduk, aku dapat melihat kilatan kebahagiaan dalam tatapanya yang samar

"hyungku pernah berkata bahwa sungai Han adalah tempat yang paling dapat memberimu ketenangan. Jadi aku sering datang kesini akhir akhir ini karena aku merasa aku dipenuhi kekhawatiran, dan tempat ini ternyata cukup membantu. Bagaimana denganmu?"

Aku melirik dia sebentar sebelum melihat kembali ke sungai "mirip sesuatu seperti itu" kataku singkat

"bukankah kau menemukan sungai Han lebih indah pada malam hari? Terutama pada jam seperti ini?"

"em.... seperti itu itu saja"

Aku menoleh menatapnya karena melihat dari sudut mataku bahwa dia terus melihatku. Aku menatapnya dan sedikit merasa terlalu cuek. Aku dapat melihat bahwa dia hanya ingin mengobrol saja.

"jika kau terlalu sering melihatnya, itu akan menjadi sesuatu yang tidak akan terlalu menarik lagi" tambah ku, mencoba tidak menjadi terlalu cuek

"mungkin karena kau selalu menatapnya dari perspektif yang sama, itu akan mengaburkan hal lainnya yang sebenarnya ada tapi tidak jelas"

Aku mengerutkan alisku karena tidak begitu mengerti apa yang dia katakan

"contoh yang paling mudah adalah caramu memandang sesuatu saat kau kecil dan sekarang. Apakah sesuatu itu akan tetap sama dalam segi apapun? Jelas itu akan berbeda, karena perspektif yang kita gunakan dulu dan sekarang berbeda. Itu juga berlaku untuk hal hal lainnya, seperti keindahan, kebencian, rasa sakit, penyesalan dan kebahagiaan. Jika kita terus memutar untuk melihat ke perspektif yang berbeda dari salah satu hal  itu, mungkin satu hal itu bisa menjadi semua hal itu."

Aku diam menatapnya tanpa berkedip, mendengar seluruh ucapannya dan kemudian kembali memandang sungai han yang bersinar karena pantulan dari lampu

Kami saling mengobrol dan mengobrol sampai tiba tiba dia menerima panggilan telepon dan pergi terlebih dahulu, meninggalkanku yang masih duduk di tempat dengan tenang.

Pada saat ini aku berfikir bahwa ternyata tidak terlalu buruk untuk hanya mengobrol seperti ini dengan orang asing di tempat ini.

aku menatap punggungnya yang terus menjauh

TRYTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang