B

10 4 0
                                    



Pada hari ini lagi, suasana hatiku sedang buruk. 

Sebenarnya itu sudah dimulai sejak satu bulan yang lalu, tapi minggu ini semakin buruk. Aku tidak tahu kapan akan menjadi lebih buruk lagi.

Jadi aku seharian ada di perusahaan mengurus ini itu, membuat berantakan salah satu sudut ruang kerjaku karena aku gunakan untuk melukis kanvas berukuran 200 m.

Aku pikir bahwa, begitu aku menyelesaikannya, aku akan merasa lega karena aku menuangkan seluruh keluh kesahku dalam lukisanku.

Tapi begitu aku melihat lukisan itu yang sudah selesai, aku jauh merasa emosional karena melihat lukisan itu yang benar benar mengibaratkan perasaanku saat ini, dan menyajikan fakta yang tidak dapat bisa aku elak. fakta bawa aku tahu  itu akan terlalu sulit untuk mengurai tali yang ada dihatiku saat ini.

Setiap harinya tali itu semakin erat, dan itu sudah ada sejak 5 tahun yang lalu. jadi masalahnya adalah, mampukah dengan usahaku sendiri untuk mengurai ikatan itu?

Jadi, pada jam 3 pagi, aku keluar dari kantor untuk berjalan jalan di sekitar sungai han. 

Entah kenapa, bagiku air selalu menenangkan. Entah itu laut, sungai, maupun hujan. Itu selalu dapat menenangkanku atau mungkin sedikit menenangkanku.

Seperti biasa, jam jam segini adalah waktu tersepi sungai Han. Jadi aku bisa lebih menenangkan perasaanku dalam keheningan yang nyaman, merasakan angin yang berhembus cukup kencang pagi ini.

Pada saat aku berjalan dengan tenang, tiba tiba aku merasakan pukulan ringan pada kepalaku. Secara otomatis aku menoleh ke samping dan melihat topi tergeletak di samping kakiku. Jelas topi itu yang tadi memukul kepalaku.

Aku melihat ke sekeliling dan menemukan seorang pria berlari ke arahku, sepertinya pemilik topi. Jadi aku berdiri diam menunggu dia mendekat.

"maaf, topinya tidak sengaja mengenai kepalamu" katanya dengan suara yang tidak terlalu jelas dari maskernya, tapi aku masih dapat memahaminya.

"tidak apa apa, anginnya memang cukup kencang" kataku, mengulurkan topi yang aku pegang.

Pada saat dia melihatku ada pantulan keterkejutan dari matanya "kamu..."

Aku mengerutkan alisku dan memandang pria itu dengan lebih teliti "kau mengenalku?" tanyaku

"tidak, bukan apa apa" katanya.

Aku dapat melihat bahwa dia tersenyum dari pantulan matanya. Jelas ada sesuatu dalam pikirannya yang dia tidak sebutkan

aku menganggukkan kepalaku samar, menandakan bahwa aku akan pergi.

aku melihat keanehan dalam tatapannya yang membuatku lebih waspada.

Ketika aku sudah berjalan beberapa langkah, aku menoleh kebelakang dan melihat dia masih berada ditempat sedang memandangku.

TRYTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang