GG (Jimin P.O.V)

1 1 0
                                    



Ketika aku melihat dia sudah menyelesaikan mengetik nomornya dan mengembalikan hpnya padaku, aku baru ingat hal yang paling penting yang terlewatkan sejak awal. Aku bahkan tidak tahu siapa namanya. Dan lebih bodoh lagi bagaimana bisa aku menyukai seseorang yang bahkan namanya saja aku tidak tahu. Ini adalah sebuah kegilaan, kegilaan yang aku alami dan rela mengalaminya.

"Bagaimana aku harus memberikan nama pada kontakmu?"

"Wanita putus asa sungai Han?" jawabnya bercanda. Tapi dia salah, bahwa bukan dia yang pada situasi putus asa, tapi diriku.

Ketika aku hanya diam dan memandangnya, akhirnya dia menyebutkan namanya

"Hye Na, Kim Hye Na"

Ketika aku mendengar namanya, aku tahu bahwa akhirnya kemenangan berada dipihakku, itu yang aku pikirkan pada saat ini. 

Jadi, pada saat ini juga aku memanggil nomornya, bukan hanya untuk memastikan apakah dia memasukkan nomor yang benar, tapi agar dia juga bisa menyimpan nomorku.

Jadi karena sudah pada tahap ini, aku ingin mengatakan siapa diriku. "Kau bisa menyimpan nomorku dengan--"

"Park Jimin?"

Ketika aku mendengar namaku disebut dengan wajar, aku merasa kaget. Dan lebih kaget lagi ketika dia mengangkat layar hp nya menghadapku yang menampilkan panggilan dengan nama Park Jimin. 

Ada banyak spekulasi yang terlintas dalam pikiranku. Apa yang sedang terjadi? Apakah dia mengenali orang yang salah? Apakah ada kenalannya yang bernama sama denganku?

"Atau aku perlu menggunakan inisial?"

Aku mengerutkan alisku ketika mendengarnya lagi, jelas orang yang dia maksud pasti aku, pasti Park Jimin BTS.

Aku melihat wajahnya dengan seksama. Bagaimana bisa dia tahu siapa aku? Sejak kapan dia tahu? Aku pikir aku menutupi diriku dengan baik. Dan lagi ada apa dengan ekspresinya itu? Kenapa dia berekspresi biasa seperti itu?

Aku yang masih terbengong bengong dengan situasi yang tidak aku sangka ini, tidak menyadari bahwa aku sudah dijadikan tontonan yang menarik olehnya. Begitu aku sudah menyadari apa yang terjadi, dia sudah berjalan masuk ke dalam tempat makan.

Tapi bahkan setelah aku mengikutinya masuk dan duduk di depannya, aku masih menampilkan wajah bingung.

Jadi setelah kami sudah memesan dan pelayan pergi, pertanyaan yang sejak tadi ingin aku tanyakan akhirnya dapat aku katakan.

"Sejak kapan?"

"Sudah lumayan lama"

Ketika aku mendengarnya, membuatku berpikir keras. Kapan dia bersikap lebih tidak biasa pada pertemuan kami? Apakah pada pertemuan ke dua? mungkin kah ketiga? Atau jangan jangan pada saat aku meninggalkan nots?

"Kenapa kau tidak memberitahuku?" kapanpun itu, itu tidak merubah apapun. Yang pasti aku merasa lega karena aku tidak perlu berfikir bagaimana cara memberitahunya.

"Aku pikir kau mungkin tidak ingin dikenali, jadi aku tidak mengatakan apa apa"

Ada apa dengan logikanya, jelas jelas sejak awal aku mendekatinya dengan maksud tujuan yang jelas, dan jelas-jelas dia melihat itu. Lalu kenapa tidak mengatakannya saja? Hidupku akan lebih mudah jika sejak awal aku tahu bahwa dia sudah tahu siapa aku. "Jika kau memberitahuku, hal hal ini akan lebih mudah"

"Sudah seperti ini, jadi mari saling mengenal satu sama lain" katanya sambil mengangkat tangan untuk berjabat.

Ketika aku melihat itu, tanpa sadar aku tersenyum dan mengulurkan tanganku untuk menjabatnya.

Semua sudah terjadi dan aku tidak bisa melakukan apapun dengan hal hal yang sudah ada di masa lalu. Aku hanya perlu lebih merencanakan masa depan. Dengan pikiran itu, aku menjabat tangannya sebagai tanpa awal perkenalan kami

"Kim Hye Na"

"Park Jimin"



--

TRYTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang