P

9 2 0
                                    



Aku menyadari bahwa aku mulai tidak masuk akal, ini bukan seperti diriku.

Aku menyadari itu dengan jelas. Tapi masalahnya adalah aku tidak bisa menghentikan diriku sendiri untuk melakukannya.

Terkadang, aku berfikir bahwa ada masalah dengan sambungan antara otak ku dan tindakanku. Mereka akhir akhir ini tidak pernah berjalan secara sinkron. Apalagi jika itu berhubungan dengan jimin. Kadang aku bahkan ingin membenturkan kepalaku untuk menyadarkan diriku sendiri. walaupun itu tidak perlu, karena aku sangat teramat sadar akan tindakanku, tapi tidak pernah bisa menghentikannya

Sejujurnya, aku tahu kenapa aku bersikap seperti ini. tapi masalahnya adalah aku tidak bisa menerimanya, atau lebih tepatnya belum bisa menerima nya.

Aku menyadari bahwa aku mulai menyukainya, sepertinya....

Apa yang harus aku lakukan pada diriku sendiri?

Aku tidak ingin ini terjadi, lebih tepatnya itu membuatku takut. Aku tidak tahu harus bagaimana

Sejujurnya, ini disebabkan oleh dia. Jadi haruskah aku menyalahkannya saja. itu lebih membuatku tenang. ini bukan salahku untuk menyukai nya. Ini jelas salahnya karena melakukan semua hal itu yang membuatku menyukainya.

Ya, aku bisa berfikir seperti itu. Lagi pula ini pikiranku, jadi terserah aku untuk mengatur ngaturnya.

Salahnya dia begitu perhatian dalam masa masa krisis hidupku ini. kenapa dia selalu perduli dengan apa yang aku lakukan tanpa membuatku jengkel ketika dia menanyakan hal hal itu? Kenapa dia juga selalu menunjukkan perhatian perhatian yang tidak jelas, tapi justru itu lebih dapat aku rasakan? Kenapa dia harus melakukan itu semua?

Bahkan saat di luar negeri, justru aku lebih dapat merasakan ketulusannya.

Dia bukan seperti orang kaya yang biasanya berada di sekitarku, bukan juga seperti seseorang terkenal yang ku kenal, apalagi bukan seperti orang tampan yang mengelilingiku. Dia berbeda.

Ketika kami mengobrol, aku hanya dapat merasakan bahwa dia hanya seorang pria berumur 24 tahun yang mempunyai pekerjaan yang dia cintai dan dikelilingi orang orang yang baik.

Itulah yang aku tangkap dari tiap obrolan kami dan hal hal yang aku tahu tentangnya dari penggemarnya, yang ternyata tidak hanya beberapa orang yang ada kantorku.

Apakah itu yg menjadi pemicu utamanya?

Rasa kemanusiaan yang jarang aku temui pada orang lain yang mengejarku?

Dalam lamunanku dan rasa putus asaku, tiba tiba telfonku berbunyi. Aku menoleh, dan benar benar waktu yang tepat. Orang yang sedang menjadi masalah dalam pergumulan hatiku sedang muncul dalam bentuk panggilan telepon.

Itu tidak akan membantu dalam menyelesaikan kegelisahanku jika aku mengangkatnya, itulah yang aku pikirkan. Tapi sepertinya tanganku tidak berfikir seperti itu, karena dia bergerak untuk mengangkat panggilan itu.

"halo, Hyena"

Aku benar benar ingin memukul tanganku. Atau lebih tepatnya memukul diriku. Karena begitu aku mendengar suaranya, itu benar benar mengacaukanku semua sangahanku tentang perasaanku padanya.

harus aku apakan diriku ini?





--

TRYTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang