JJ (Jimin P.O.V)

1 1 0
                                    



Aku mengerutkan alisku menatap tampilan obrolanku dengan Hye na di layar hpku.

Sudah 3 hari sejak terakhir kami bertemu. Dan sejak saat itu aku merasakan keanehannya.

Dalam 3 hari ini, tidak ada balasan pesan yang masuk darinya dan bahkan panggilanku pun tidak pernah diangkat lagi

Aku tidak tahu apa yang terjadi dengannya, apakah dia salah makan ataukah dia kebetulan membenturkan kepalanya ke dinding hingga bertingkah aneh seperti ini.

Jika memang dia tidak ingin melakukannya, harusnya dia mengatakannya sejak awal, atau bertingkah menolak sejak awal. Kenapa dia bersikap seperti itu dan lebih daripada itu bertukar nomor telepon denganku. Walaupun jika diingat ingat, hampir aku selalu memaksanya, tapi dia pasti punya cara cara untuk menolakku.

Jika seperti ini keadaannya, ini lebih membuatku khawatir jika ada sesuatu yang terjadi padanya.

Aku memang bisa mengeceknya langsung ke tempat tinggalnya, tapi masalahnya adalah 3 hari ini jadwal kami begitu padat sampai aku hanya bisa tertidur begitu sampai di dorm. Keadaan ini menjadi lebih sulit untukku mengetahui bagaimana kondisinya.

Jadi, pada dini hari sebelum kami akan berangkat keluar negeri aku memutuskan untuk mendatanginya. Memaksakan waktuku yang sudah terbatas untuk menemuinya pada waktu yang sangat buruk.

Aku tahu dan sadar bahwa aku akan mengganggu waktu tidurnya, tapi aku sudah tidak punya pilihan lain lagi.

Jika hal hal seperti ini aku tangani setelah aku pulang dari luar negeri, aku khawatir bahwa itu sudah terlambat untuk memperbaikinya lagi.

Jadi dengan putus asanya, aku melakukan segala cara untuk membuat dia bangun dan membuat dia membuka pintu apartemennya untuk menemuiku. Aku sudah tidak peduli lagi apakah pada akhirnya dia akan marah atau tidak.

Bahkan aku sudah berniat untuk tidak berhenti menekan bel pintu apartemennya sebelum dia membuka pintu.

Bahkan ketika dia membuka pintu dan menunjukkan wajah marahnya kepadaku, aku tidak berkomentar apapun "ada apa?" tanyanya dengan nada tinggi

"Kau tidak mempersilahkanku masuk?"

"Tidak, silahkan datang kembali nan--"

Bahkan sebelum dia menyelesaikan perkataannya, aku menyelinap masuk diantara celah antara pintu dan dia. 

Sejujurnya aku sudah memprediksi bahwa di akan menolah, aku bertanya bukan untuk meminta persetujuannya.

"Apa yang sedang kau lakuk--"

Sama seperti sebelumnya, aku memotong perkataannya dengan tindakanku. Seketika itu juga aku memeluknya tanpa banyak berpikir.

Sama seperti yang dikatakan Hena noona, aku hanya melakukan apa yang aku inginkan. Dan yang aku inginkan saat ini adalah memeluknya tanpa berpikir apa akibat yang akhirnya akan timbul ketika aku tiba tiba melakukan kelancangan itu. Aku sudah tidak perduli lagi apa yang dia pikirkan tentangku atau tindakanku saat ini. Inilah yang paling ingin aku lakukan, jadi aku hanya melakukannya.

Bahkan ketika dia mencoba mendorongku dengan segala usahanya atau mengatakan kata kata yang membuatku mundur "lepaskan aku sebelum aku bertindak kasar". Aku tidak berniat untuk melepaskan pelukanku.

Mungkin aku berpikir dangkal atau melewati batas. Tapi kenapa aku harus berhati hati dalam tindakanku. Dia tahu bahwa aku menyukai nya dan sedang mengejarnya, ini adalah salah satu bentuk dalam pengejaranku.

"Biarkan aku memelukmu sebentar lagi, mungkin aku tidak bisa melakukannya dalam waktu dekat"

"Aku akan memastikan kau tidak bisa melakukannya lagi jika kau memelukku sedetik lebih lama lagi"

"Kau begitu jahat, sebentar lagi aku harus pergi ke bandara untuk bekerja keluar negeri. Mungkin butuh waktu lama aku pulang, jadi biarkan aku memelukmu sebentar lagi"

"Lepaskan!"

Ketika aku mendengar nada suaranya yang semakin buruk dan menyadari bahwa jika aku terus memeluknya mungkin akan buruk di pihakku, jadi aku melepaskannya. "Kau begitu keras kepala, yang membuatku lebih menyukaimu"

"Sikapmu yang seperti ini akan lebih membuat tenang jika aku perlu ke luar negeri lama" kataku lagi

Aku tersenyum melihatnya yang terlihat lebih marah dengan perkataanku.

Sejujurnya, aku juga tidak begitu tahu aku akan menjadi seperti ini jika menyukai seseorang. Terkadang aku juga kaget dengan diriku sendiri. Ini bukanlah diriku yang aku kenal, tapi aku tidak bisa menghentikannya ketika itu berhubungan dengannya. 

Sekarang aku dapat mengerti kenapa Yoongi hyung bersikap sangat berbeda dari biasanya ketika berhubungan dengan noona, itu bukan keinginan Yoongi hyung, tapi secara tidak sadar itu hanya muncul ketika berhubungan dengan orang yang kita taruh perhatian lebih daripada orang lain.

Begitupun saat ini, aku tidak bisa menghentikan diriku untuk menciumnya. Dia terlihat menggemaskan bahkan ketika dia marah, apakah ini terjadi karena aku menyukainya? Apapun yang dia lakukan akan menggemaskan tanpa alasan yang jelas.

Dan aku berbalik untuk pergi ketika aku melihat wajahnya yang seperti sebentar lagi akan meledak dengan kemarahan atas tingkah lancangku menciumnya.

Dalam perjalan kembali dan bahkan dalam seluruh hari beratku di luar negeri, ketika aku mengingat lagi wajah marah terakhirnya yang menggemaskan, hariku terasa lebih baik, dan tanpa sadar aku tersenyum.



--

TRYTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang