chapter 8

758 128 9
                                    


ChisaPOV

Panas...

Rasanya panas sekali.

Apa yang terjadi?

Aku lupa...

Yang ku tahu pasti aku ingin berteriak kencang. Tapi nanti Eri bisa terbangun.

Aku menggigit tangan tanganku agar tidak mengeluarkan suara. Ini benar-benar menyakitkan. Apa karena efek quirk Eri? Tapi Eri sudah menonakifkan quirknya.

Aku tak bisa melihat apa-apa sekarang.

Ah bodoh ah. Aku... tak kuat lagi...

Apa aku akan mati terbakar?

Haha, lucu sekali. Kalau begitu setidaknya...sebelum mati...aku ingin berteriak saja...

Aku melepas gigitan pada tangan ku lalu berteriak keras.

'maaf Eri, kau pasti terbangun. Ya anggap saja ini perpisahan dari ku...'

'ah.......'

... hah... 

Aku memejamkan mataku karena tak ada yang bisa kulihat selain cahaya terang. Aku tidak tau bagaimana, tapi rasa panas ini agak berkurang.

'hng? Ini...'

Dalam kepala ku terputar keseharian ku sejak aku di HPSC sampai saat ini.

Kalau di film-film biasanya ini tanda-tanda kau akan mati bukan?

...ah... aku ingin jadi kucing saja...

Kepala ku pusing tiba-tiba. Aku tak bisa lagi merasakan tubuhku. Seperti mati rasa. Aku tak bisa mendengar apa pun mau pun mencium sesuatu.

Aku penasaran, apa aku sudah berhenti berteriak? Entahlah aku sudah gak tahu lagi.

Semoga dikehidupan selanjutnya aku menjadi seekor kucing.

Selamat tinggal semua...

[Waah aku tak menyangka akan secepat ini?]

Aku menemukan diriku tengah berbaring diruang putih kosong itu lagi dengan Arasy yang menetapku dengan wajah polosnya, aneh, padahal itu wajahku juga, tapi kenapa terasa asing?

Aku lalu mendudukkan diriku lalu beralih padanya yang berada disampingku.

"Yo, apa kau bosan melihatku?" Tanyaku iseng. Ia langsung menggeleng kuat.

[Aku tidak pernah bosan melihat mu!] ia lalu menundukkan kepalanya berusaha menyembunyikan rona merah muda diwajahnya.

[jujur saja, aku senang kau ada disini, tetapi...] ia kembali meluruskan pandangannya dan menatapku lurus. [Kalau begini terus, akan berbahayakan...?] Ujarnya dengan raut khawatir.

Aku senang dengan kekhawatirannya lalu tersenyum. "Tampaknya aku akan kehilangan sesuatu nanti, tapi, itu hanya sebentar. Bagaimana kalau kita berbincang lagi?" Aku membayangkan kotatsu dan beberapa kue beras diatasnya tak lupa dengan teh sebagai pendamping.

Wajah Arasy tampak berbinar begitu kotatsu muncul lalu memasukkan kakinya kedalam.

[Uaah~ hangat~] Ujarnya lalu wajahnya tampak terkaget dan mengingat sesuatu.

[Ini bukan saatnya! Kau harus kembali sekarang. bisa gawat kalau kau nan-]

"Shuuut" Ujar ku dengan meletakkan telunjukku dibibirnya. Ia otomatis diam. "Itu pikirkan saja nanti."

Aku tahu kalau ini berbahaya. Tempat ini adalah batasanku. Setiap kali aku selesai menggunakan kekuatan besar, aku selalu dibawa kesini. Entah karena mental atau tubuhku, aku selalu dibawa kemari ketika mencapai batas salah satunya.

Brighter?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang