Ruang itu sunyi. Hanya ada aroma anyir darah dan langkah kaki lengket terdengar semakin mendekatinya. Tapi ia tak bergerak. Duduk diam diatas darah pelindung terakhirnya. Orang itu sudah mati sekarang, tapi dia sama sekali tak bisa menuruti permintaan terakhirnya.
Akhirnya orang yang melangkah diatas darah itu sampai kedepannya. Tapi dia tak bereaksi apa pun, hanya duduk diam dengan wajah kosong melihat tubuh dingin pelindungnya itu.
"Kau tidak mau pergi? Khekhekhe, anak yang penurut. Dokter ini akan memberimu permen jika kau mau ikut untuk uji selanjutnya."
Diam, tak ada jawaban. Pria tua itu memiringkan kepalanya sedikit sebelum menjentikkan jarinya.
"Oho... apa kau mengkhawatirkan tubuh ini? Tenang saja, setelah aku mengotak-atiknya sedikit aku akan mengembalikannya padamu. Cukup jadi penurut dan dengarkan aku, maka kau akan baik-baik saja."
Saat bawahan orang itu hendak membawa tubuh dingin itu pergi, tangannya akhirnya bergerak dan mencoba menehan tubuh dingin itu untuk tidak dibawa pergi. Tapi dia lemah, ia terlalu syok dengan semuanya.
Orang itu hanya menatap datar padanya sebelum tertawa terbahak-bahak dan pergi dari sana setelah mengucapkan. "Orang-orang yang malang, pada akhirnya ini bukan hanya kesalahan ku seorang. Orang-orang yang kalian percaya sudah membuang kalian. Jadi terimalah kenyataannya. Hahaha."
Dia terdiam dan menurunkan tangannya. Tangannya yang menggenang didarah pelindungnya bergetar, ia mengangkat kepalanya mengikuti jejak orang itu yang membekas dilantai lorong gelap dengan lampu redup.
Tangannya berhenti gemetaran. Sebagai gantinya. Ia mengucapkan suatu 'mantra' agar terus mengingat apa yang telah ia lihat ini.
Ia berdiri. Entah datang dari mana kekuatan untuk membuatnya berdiri. Ia membisikkan sesuatu pada dirinya sendiri sebelum matanya kosong dan saat kembali terbangun ia tak mengingat apa pun lagi.
***
Ada kesunyian mencekam diantara ketiga orang itu. Chisa yang menatap Re-Destro dengan seringai uniknya, Re-Destro yang menatapnya dengan tatapan serakah, dan seseorang yang tetap tenang dan menyembunyikan dirinya dibalik mantel musim dingin yang begitu tebal.
Chisa adalah yang pertama kali memecah kesenyapan itu. Ia mengakat bahunya acuh dan berkata dengan ekspresi main-main diwajahnya.
"Maaf sekali tuan Yotsubashi, tapi aku tidak tertarik bergabung dengan Detnerat Company milikmu."
"Oh tidak-tidak, maafkan kesalahan ku."
Chisa melirik Re-Destro dari sudut matanya. Sebelum menurunkan bahunya dan menatap tenang pada pria itu.
"Bukan perusahaan itu maksudku." Re-Destro mengangkat satu tangannya dan membentuk pola v dengan jari jempol dan telunjuknya lalu mengangkatnya kedahinya.
"Biar kuperkenalkan diriku sekali lagi. Aku, Re-Destro, penerus dari pemimpin Meta Liberation Army. Salam kenal, nona Yukihara."
Seringai membentuk diwajahnya. Dan ekspresi main-main menghilang dari wajah Chisa.
"Aku tak menyangka kau akan mengungkap dirimu semudah itu." Tatapannya dingin dan tajam, Re-Destro yakin jika tatapannya adalah laser, maka itu sudah membus dirinya dan bawahannya.
"Heh. Apa yang akan kau lakukan jika aku melaporkan mu saat ini juga, Re-Destro? Mengubah seluruh kota menjadi pion mu. Aku penasaran rencana apa lagi yang akan kau lakukan, hm?"
"Jika kau penasaran, kenapa tidak bergabung saja? Aku akan menerima rekan sesama pecinta kebebasan sepertimu, Yukihara."
'Rekan sesama pecinta kebebasan' Chisa yakin maksud Re-Destro adalah buku itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Brighter?
FanfictionApa sampai disini saja?" Chisa memandang kedepannya dengan pandangan lemah. didepannya ada mimpi yang selalu diinginkannya Tempat dimana ia seharusnya berada. 'Aku ingin melarikan diri.' "Tidak apa-apa Chisa. pergilah, aku akan tetap disini. jadi, p...