"Jadi inikah pilihanmu, Yukihara Chisa?" Re-Destro terlihat marah namun tetap menjaga ketenangan diwajahnya.
Chisa memandangi tembok yang sudah hancur dengan tatapan tenang, memandang jauh keatas langit lalu segera berbalik dengan ekspresi serius terpasang diwajahnya.
"Yang akan bergabung adalah aku. Jangan macam-macam dengan adik-adikku." Kalimat keduanya, Chisa katakan dengan penuh penekanan dan keseriusan. Re-Destro dan ketiga bawahan langsungnya menatap Chisa dengan curiga dan rasa ketidaksukaan.
Kesunyian sesaat dipecah oleh Chisa. "Aku akan bergabung. Dengan satu syarat."
Re-Destro bersandar pada kursinya. "Dan apa itu?"
"Bunuh pemimpin HPSC untukku." Mendengar itu, senyuman lebar terpasang diwajah Re-Destro dan dia langsung tertawa terbahak-bahak.
"HAHAHAHA! Bahkan tanpa kau suruh pun. Sejak awal aku sudah akan membunuh wanita tua itu!"
Chisa mengangkat bahunya acuh lalu membalas. "Kalau begitu ku ganti."
Mendengar itu tawa Re-Destro berhenti dan dia memaki dirinya karena mengatakan itu tadi.
"Biarku pastikan satu hal. Kalian... tidak bekerja sama dengan League of Villain, bukan?" Itu bukan pertanyaan. Itu intimidasi nyata. Matanya memunjukkan seberapa benci dia pada kelompok LoV itu dan itu membuat keempatnya saling pandang sejenak lalu mengangguk.
Si wali kota kota Deika yang merupakan salah satu bawahan Re-Destro bercerita soal hal yang terjadi dikota Deika hari itu. Hari penyerangan LoV.
Tapi, beberapa kenyataan tentu saja dimanipulasi untuk mendapatkan kepercayaan dari gadis itu.
Chisa cukup terkejut tapi masih memasang wajah stoic dan mendengarkan hingga si wali kota selesai.
"Jadi maksudmu adalah Leagus of Villain sudah tidak ada lagi, begitu?"
Mereka mengangguk. Itu kebenarannya. Sekarang League of Villain sudah tidak ada. Yang ada hanyalah Paranormal Liberation Front.
Tentu saja fakta bahwa pemimpin dari PLF dirahasiakan dan Re-Destro secara tidak langsung membuat-buat seakan dialah pemimpin PLF.
Dengan begitu. Salah satu pemilik Quirk terkuat dijepang, bahkan dunia. Bergabung dengan pihak lawan para musuh pahlawan.
***
Kedua anak laki-laki berambut hitam pekat dan biru Cyan itu berjalan sambil bergandengan tangan menaiki sebuah gunung diwilayah pinggiran kota Tokyo. Suasana putih masih menyelimuti gunung itu. Bahkan nafas kedua anak laki-laki itu dapat terlihat jelas disana.
Si anak tertua melihat sebuah kertas yang berlukiskan sebuah peta semi-detail ditangan kirinya dan berhenti sejenak.
Si anak termuda lalu mencoba mengendus-endus udara, berusaha mencari aroma manusia disana namun tak menemukan apa pun selain aroma binatang.
"Kau tak bisa menemukan manusia disini, Sora." Kata Rael lalu melipat kembali peta dikertas kecil itu.
Ia memandang jauh menyusuri jalan setapak itu sejenak lalu berpaling kearah kanan. Sora yang memiringkan kepalanya lalu mencoba mengikuti arah pandang kakak laki-laki angkatnya itu.
Ia memfokuskan penciumannya kesana dan matanya langsung berbinar.
"Rael-nii! Aku bisa mencium bau api disana!" Sora menarik-narik tangan kanan Rael dengan semangat. Rael juga tersenyum puas setelah memastikan bahwa jalan mereka akan benar.
Menurut peta itu. jika mereka berjalan sambil menutup mata sebanyak 200 langkah maka mereka akan menemukan sebuah rumah dengan kebun bunga nemophilia disana.
KAMU SEDANG MEMBACA
Brighter?
FanfictionApa sampai disini saja?" Chisa memandang kedepannya dengan pandangan lemah. didepannya ada mimpi yang selalu diinginkannya Tempat dimana ia seharusnya berada. 'Aku ingin melarikan diri.' "Tidak apa-apa Chisa. pergilah, aku akan tetap disini. jadi, p...