40. Pengakuan

17 4 0
                                    

Hal simple yang sulit untuk dikatakan adalah kejujuran.

Rasya masih terdiam, hanya isakan yang terdengar. Sejauh ini ia belum sadar-sadar sampai akhirnya sang adik--Bianca menelepon menghancurkan kesedihannya.

"Apa?" tanya Rasya.

"Kakak dimana? Cepet pulang aku sendirian nih,"  ujar Bianca dari telepon.

"Ini mau pulang, yaudah ya," balas Rasya sembari menghapus sisa air matanya.

Di tengah perjalan pulang ia terus memikirkan kesalahan yang ia perbuat pada Diat, duduk di kursi belakang Taxi dan menyenderkan kepalanya di kaca jendela. Ah! tiba-tiba ia teringat satu hal yang membuatnya sendiri kaget, sesuatu yang tidak sepenuhnya salah dia.

*****

"Bianca! Bianca!" teriak Rasya yang baru memasuki rumahnya.

"Bianca!"

Bianca yang heran akan terikan kakaknya pun keluar dari kamar. "Iya? Kenapa sih teriak-teriak?" tanya Bianca.

"Kenapa?" Rasya sudah merasa emosional, ia melempar tasnya ke sembarang tempat.

Sedangkan Bianca masih merasa heran dan takut karena sepertinya Rasya sedang marah besar.

"Lo nggak tau semua orang udah tau apa yang kita perbuat?" tanya Rasya.

"Maksudnya?" tanya Bianca.

"Gara-gara rencana lo itu, hubungan gue sama Diat hancur!" jelas Rasya dengan segala amarahnya. Wajahnya memerah dipenuhi amarah. Bahkan ia tidak sadar jika dia juga bersalah di sini.

"Kakak ngomong apa sih? Aku nggak ngerti!" kata Bianca tak mengerti.

"Diat udah tau kalau kita yang nyuruh orang buat nabrak Keira!" jelas Bianca.

Bianca membatu, ia tidak bergeming sama sekali.

"Dan ini salah lo! Diat jadi mutusin gue gara-gara lo!" tegas Rasya.

Bianca tidak ingin disalahkan sendiri, lagi pula kakaknya ini juga membantuny.

"Kakak kenapa nyalahin aku sih? Ini juga salah kakak!" teriak Bianca.

"Apa maksud lo?!" bentak Rasya.

"Kalau kakak bener cinta sama kak Diat harusnya kakak nolak permintaan aku, bukannya bantuin aku dan seolah-olah kakak nggak ikut campur di sini. Munafik!" ujar Bianca.

Rasya semakin dibuat kesal oleh adiknya. "Nggak tau diri ya lo Bi, gue bantuin lo karena lo adik gue dan gue sayang sama lo!" balas Rasya.

Rumah ini semakin memanas, hanya ada dua orang yang saling melempar amarah.

"Sayang? Karena aku adik kakak? Hhh. Seharunya kakak didik aku jadi anak yang bener. Aku tau perbuatan aku itu salah tapi apa kakak pernah ingetin aku? Nggak!"

"Kita udah kehilangan kasih sayang orang tua kita kak, dan aku butuh kasih sayang itu, aku butuh!"  kata Bianca. Kini suasana yang tadinya panas berubah menjadi haru.

When I Meet You (Complete)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang