38. Sebuah Kebenaran

13 5 0
                                    

Kebenaran akan selalu di akhir, walaupun sedikit menyakitkan tetapi kebenaran tetaplah kebenaran.

Seusai dirinya tiba di rumah ia langsung berbaring di kasur kesayangannya. Calvin masih sedikit terasa pusing, memorinya kembali ke beberapa waktu lalu dimana ia berada di lapangan mengingat-ingat kejadian apa saja yang sudah ia alami.

Ia mengingat seorang wanita sedang berjalan ke luar lapangan memakai sweter pink.

"Siapa ya?" tanyanya pada dirinya sendiri.

Di sisi lain Keira yang sedang gelisah serta merasa bingung dengan apa yang sedang terjadi pada dirinya ini.

"Lo udah percaya 'kan sekarang?" tanya Afdian pada Dian. Mereka sedang bersama di Appartemen.

Diat terus menggelengkan kepalanya, ia tertunduk frustasi serta malu atas perbuatan wanita yang ia cintai.

"Gue nggak habis pikir, cewek yang selama ini gue cintai, gue lindungi tapi malah kayak gini," ucap Diat.

Keira sebenarnya merasa sedih melihat kakaknya seperti ini, karenanya Diat harus mengalami hal seperti ini.

"Bang, maafin Keira," lirih Keira sedangkan Afdian dan Diat menatap Keira dengan bingung.

"Maaf? Buat apa lo minta maaf?" tanya Diat.

"Karena Keira, abang jadi harus kayak gini," balas Keira dengan perasaan sedihnya.

"Buat apa lo minta maaf? Gue yang harusnya minta maaf ke lo Kei, gue udah salah percaya sama cewek kayak Rasya," ujar Diat.

Suasana saat ini semakin memanas mereka tidak tahu apa yang harus ia lakukan sekarang.

"Kalian nggak salah, orang jahat kayak mereka pantes buat dihukum," tegas Afdian.

"Gue akan bongkar kejahatan mereka di depan semua orang, mereka harus bayar apa yang udah mereka lakuin," kata Diat dengan sinis.

"Jangan," ungkap Keira.

"Jangan? Terus kita biarin mereka gitu aja? Huhh?" tanya Diat.

"Nggak gitu bang, mereka harus dihukum atas perbuatan mereka, tapi nggak gini caranya," jelas Keira.

"Kei, mereka harus dipenjara, gue mau mereka dihukum seberat-beratnya," tegas Diat.

"Diat bener Kei," imbuh Afdian.

"Keira tahu! Tapi bukan gini, kalau kita gini apa bedanya kita sama mereka?"

Afdian dan Diat terdiam smendengar perkataan Keira barusan, ia memang benar.

"Aku mau mereka dihukum, tapi kita harus kasi mereka kesempatan buat mengakui perbuatan mereka, dan kalau mereka nggak mau ngaku, Keira sendiri yang akan buat mereka menyesal," tegas Keira.

Entah bagaimana Keira bisa berpikir seperti ini, tetapi inilah yang bisa ia lakukan.

"Kita percaya sama lo, gue akan selalu ada di samping lo," kata Afdian.

When I Meet You (Complete)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang