42. Obsesi

5 1 0
                                    

Happy Reading🐣

Di tempat lain Elvi sedang mengerang kesakitan di kaki bagian kirinya,karena ia mencoba melarikan diri dari kepungan bodyguard Cantika meski tak mungkin ia dapat lolos namun ia tetap mencoba untuk lari dari kepungan bodyguard Cantika. Hingga pada akhirnya ia dibawa ke suatu tempat yang sangat kotor,penuh debu,dan banyak serangga, Elvi yang melihatnya pun meringis miris. Namun,ia tak takut jika ia haris terjerat jalur hukum setidaknya rencananya untuk membuat Cantika hancur sudah terlaksana sebagian.

"Sedikit lagi Can!gue bakal menangin semuanya!!!"

Ucapnya dalam hati sambil menyunggingkan senyum smirknya.

Tak lama dari itu Elvi mendengar suara sepatu melangkah ke arahnya,

Tap
Tap
Tap
Tap

Deg!!
Ia terkejut menemukan Ilyas berada di depannya,tak lupa pandangan yang mengintimidasi Elvi membuat nyalinya menciut,namun bukan Elvi namanya jika ia tak bermuak,bertopeng.

"Cih,ini yang nyakitin Dinar sama Cantika?baiklah kita lihat seberapa beraninya dirimu pada keluarga Cantika," Ilyas menatap Elvi remeh,lalu ia mengeluarkan bemda pipih yang ia simpan di kantong celana jeans nya itu. Ia segera membuka kata sandi dan membuka galeri, hingga ia menemukan sebuah vidio.

Degg!!

Hati Elvi begitu teriris ketika melihat kedua orang tuanya di siksa dan menangis memohon mohon.

Shit!!

Umpatmya dalam hati,ia tak akan segan segan untuk menghabisi Cantika sekarang juga. Elvi menatap sinis Ilyas,

"Mentang mentang kalian orang kaya punya uang banyak dan seenaknya kalian menyiksa orang tuaku yang tak terlibat apapun dalam kasus ku?cih kalian sungguh memalukan!!" Tukas Elvi sambil menatap remeh Ilyas.

Ilyas yang di remehkan itu tak tinggal diam,ia semakin mendekatkan dirinya ke arah telinga Elvi,
"Apa tak lebih memalukan dirimu NONA ELVI SAPUTRI?? ucapnya penuh penekanan di akhir kalimat.

Skak!!

Elvi mengetahui jalur dari perkataan Ilyas itu hanya bisa diam saja.

"Andai takdir ga mainin gue ga bakal gue buat sekejam gini," sesal Elvi sambil tersenyum miris.

Ilyas hanya mengerutkan dahi tak tahu kenapa dirinya seakan akan menyesali perbuatannya?bukankah ia ingin membunuh sahabatnya sendiri?

"Drama apalagi sih yang lo buat hah?" Sinis Ilyas.

Elvi mendongak menatap Ilyas dan menahan agar air matanya tak jatuh,namun gagal air matanya sudah jatuh ke muka pucatnya. Ilyas ingin.mengambilkan tisu di mobilnya namun ia salah besar bahwa itu adalah siasat Elvi yang ia buat buat, Elvi segera menendang tulang kering Ilyas hingga ia mendesis kesakitan.

Namun,sekuat apapun Elvi melawan,sepintar apaoun Elvi,selicik apapun dia tak akna pernah bisa keluar dari gudang itu. Meski gudang itu hanya kecil namun di setiap sudut ruangan sudah di pasangi cctv oleh bodyguard suruhan Abdi.

Plok
Plok
Plok
Plok

Ilyas bertepuk tangan tanda mengejek,
"Udah di kasih hati masih minta jantung lo?" Kini emosi Ilyas sudah tak bisa ia tahan.

"Yang kayak begini katanya cinta tulus sama Dinar?nusuk orang yang di sayang sama tangan nya sendiri?ga nyangka sih gue baru tau orang yang menyayangi membunuh orang yang disayangi,cara lo tuh semakin nunjukin lo ke Dinar kalo lu cuma terobsesi sama Dinar!!"

Elvi hanya diam mematung,tak bisa berkutik,toh jika melawan pun tetep akan kalah sama Ilyas,jika Ilyas sudah marah tak akan ada yang bisa melawannya.

Tanpa basa basi Ilyas menyekik leher Elvi hingga sang empunya susah bernafas, Ilyas tersenyum smirk

"Yang lo rasain ga sebanding sama yang Cantika alami!!kalau Cantika dan Dinar kenapa kenapa gue ga segan segan bunuh lo make tangan gue sendiri!!" Tegas Ilyas lalu.melepaskan cengkraman nya dari leher Elvi,lalu meninggalkan Elvi dari gudang usang itu. Tak lupa juga ia berpesan agar bodyguardnya menjaga ketat keamanan di sekitar gudang.

Janlupa votemen💗

Would You Be Mine? [Revisi]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang