51. Berbicara lagi denganmu

6 1 0
                                    

Hppy Reading🌝

Setelah sekian lama Ilyas mengantre pesanannya akhirnya ia bisa kembali ke kamar Cantika.

"Huh, ayo balik ke kamar!" ucap Ilyas sambil menenteng paper bag.

"Cape lo?" tanya Dinar sambil tersenyum remeh.

"Ya menurut lo?!" ketus Ilyas sambil mendorong kursi roda Dinar.

"Hem ya lumayanlah, secara enakloh tadi banyak anak gadis apalgi cantik cantik kenapa lu ga gebetin aja? biasanya kan mata lo langsung jelalatan gitu liat cewe bening dikit,"

Ilyas menoyor kepala Dinar,

"Awshh, sakit ngab!!"

"Rasain lo!" balas Ilyas sambil terkekeh.

"Biadab emang lo!"

"Yayayaya," potong Ilyas sambil memutar bola matanya malas.

5 menit kemudian

Ilyas dan Dinar sudah sampai di lantai 3, mereka terus berbincang sesekali saling meledek, saling bertengkar kecil. Orang orang mungkin sudah mengira jika Dinar dan Ilyas mempunyai hubungan darah, nyatanya tidak sama sekali.

"Yas!! gue takut kalo Caca tetep marah sama gue, entah karena apa," pasrah Dinar sambil menghela nafas panjang. Ilyas tetap mendorong kursi roda Dinar hingga mereka berhenti di depan ruangan mereka.

"Enjoy aja," tutur Ilyas menyemangati dirinya dan dijawab anggukan oleh Dinar.

Cklek

Dinar membuka pintu ruangan Cantika, ia melihat Abdi yang bercerita, berceloteh riang hingga Cantika tersenyum manis bahkan sangat manis.

"Cantik " batin Dinar.

Cantika yang menyadari jika ada orang yang masuk ke kamarnya langsung memasang muka datar lagi.

"Sepertinya dia marah sekali,"
"Mungkin saja kalau aku sudah pergi pasti dia sangat senang,"

Batin Dinar sambil mendongak ke atas agar ia tak menangis di depan Cantika. Dinar harus terlihat kuat di depan Cantika.

"Assalamualaikum bang," salam Dinar dan Ilyas debgan bersamaan. Abdi menoleh ketika ada orang mebgucapkan salam,

"Wa'alaikumussalam," jawabnya sambil menatap Dinar dan Ilyas.

"Wah, bawa apaan tuh?" tanya Abdi.

Dinar dan Ilyas hingga lupa jika mereka membelikan makanan kesukaan Cantika.

"Din! ini siapa yang ngasih ke Caca gue apa lo?" tanya Ilyas

"Gue aja, sama siapa tau dia mau ngomong sama gue," jawab Dinar sambil tersenyum paksa.

Ilyas memberikan totebag yang berisi makanan kesukaan Cantika.

Dinar melajukan kursi rodanya dnegan perlahan ia menuju brankar Cantika.

"Bang! boleh minjem Cacanya bentar ga?" ucap Dinar menatap Abdi.

"Buat apa lo? mau lo apain dia?" tanyanya dengan memicingkan matanya.

Dinar menghela nafas panjang, lalu memutar bola matanya jengah, kakaknya terlau possesif jika sudah menyangkut pautkan dengan hal yang berbau Cantika.

"Mau gue bawa ke KUA bang!!" geramnya sambil menatap malas Abdi.

Cantika hanya menatap dua lelaki berdebat, ia menghela nafas pasti ada saja yang mereka bahas.

"Yaudah bang gapapa kok, nanti kalo Caca di apap apain Caca bilang abang!" tukasnya sambil berbisik ke telinga Abdi.

"Beneran?" tanya Abdi memastikan.

"Yaelah bang! Caca nya udah mau kenapa lu yang repot sih?!!"

"Diem lu!!" ketus Abdi lalu menatap Cantika dalam, Abdi tahu bahwa adiknya masih trauma.

"Yakin Ca? kalo engga abang di brankarnya Dinar aja gapapa kok beneran, kalian ngomong sama sama aja!"

"Udah gapapa keluar aja bang sana!!" usir Cantika sambil menunduk.

"Awas lu kalo Caca lu apa apain ga peduli lu adik gue atau bukan gue betot lu!" ancam Abdi sambil memeragakan seperti orang yang akan memotong leher.

"Hem yayayyayaa,"

Sebelum pergi Abdi tersenyum lalu mengusap usap pelan kepala Cantika.

"Cepat sembuh sayang, abis ini kita akan pindah ke suatu tempat yang indah," ucapnya lalu mengecup dahi Cantika dengan lembut, Cantika memejamkan matanya ia merasakan kenyamanan jika bersama Abdi namun jika ia bersama Dinar ia akan diperlakukan bak ratu olehnya, perhatian, kasih sayang, kesabaran, semuanya membuat Cantika luluh.

Abdi keluar dari kamar itu. Kini tersisa 2 orang insan yang sedang sibuk memikirkan masalah mereka.

"Ehem," dehem Dinar memecah keheningan. Cantika belum berani menatapnya ia terus memainkan jarinya.

"Udah gausah di mainin gitu ah jarinya," ucap Dinar sambil menggenggam tangan mungil Cantika.

"Makasih ya," Cantika bingung dengan 2 kalimat itu. Terima kasih? buat? , Cantika mendongak menatap Dinar lalu ia mengerutkan dahinya tanda ia tak faham dengan semuanya.

"I Love You," ucap Dinar dengan tulus.

Deg!

Would You Be Mine? [Revisi]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang