44. Ayah?

5 1 0
                                    

5 menit ruangan dilanda keheningan, Abdi segera memecahkan keheningan,

"Udah tau kan Caca lagi tidur?makanya ga usah lo ganggu ah ntar ngamok loh,"

"Gapapa bang gue disini aja kalo lu mau makan makan aja dulu nyari di luar gapapa kok bang,"

Abdi mengiyakan lalu beranjak pergi dari ruamgan itu,namun di saat ia membuka pintu betapa terkejutnya dia melihat orang yang selama ini ia bohongi.

"A-ayah," ucap Abdi dengan terbata bata.

"Dimana adik kamu?"

"Ada di dalem yah, Abdi mau nyari makan dulu yah laperr," ucapnya dan mendapat pelototan tajam dari ayahnya.

"Hehe papayy ayah!! sayang ayah," ucapnya sambil berlari menjauh dari ruangan Cantika dan Dinar, pak Chan hanya geleng geleng kepala melihat tingkah anaknya itu.

Pak Chan membuka pintu ruangan bercat putih abu-abu dengan pelan.

Cklek

Ia tak menememukan siapapun di ruangan itu,ia curiga jangan jangan ia di prank oleh Bodyguardnya, namun ia menuju brankar satunya yang tertutup kelambu,alangkah terkejutnya ia melihat kedua anaknya memakai baju rumah sakit dan perban? kepala? jadi semuanya realita?.

Ia mendekati Dinar yang setia memegang tangan bahkan menciuminya seakan akan menyalurkan semangat dan berharap Cantika cepat tersadar.

Pak Chan memegang bahu Dinar, Dinar hanya menghela nafas tanpa ingin menoleh ke arah belakangnya.

"Udah sono bang ngga usah gangguin gue makan sono!!gue aduin Ilyas loh. Oh iya btw Ilyas dimana baa...... a..yah?" kalimat Dinar terjeda ketika ia menoleh ingin bertanya kepada Abdi namun, bukan Abdi yang ia temui tetapi ayahnya.

Deg!

"Mampos lu Din,siap siap di ceramahin lo aubhanallah tatapannya pen bikin orang sekarat aje," -batin Dinar

Pak chan mengernyit tak paham,kenapa Dinar terkejut melihat dirinya? toh dia bukan setan?

"Kenapa kamu nak?" tanya Pak Chan.

"An-anu yah,"

"Anu apa?ga ada anu anuan," tegas Pak Chan,

Dinar menundukkan kepalanya, "m-maafin Dinar yah ga bisa jaga Caca," ucapnya sambil memainkan jari jemarinya.

'Imut' itulah posisi Dinar sekarang seperti anak kecil yang ketahuan mengambil jajan kakaknya,bahkan anak kecil saja kalah imut. Pak Chan terus memandangi Dinar lalu tersenyum,ia mengelus elus puncak kepala Dinar yang membuat sang empunya mendongak.

"Gapapa kok nak,kalo memang udah takdir kita bisa apa? lebih baik kita doain aja princess ayah supaya cepet bangun," ucap Pak Chan yang berhasil membuat Dinar sedikit tenang,setidaknya ia tak kena ceramah selama 1 jam.

"Ayah ga marah?" tanya Dinar memastikan,bisa saja ayahnya ini berakting lalu membuatnya lemas tak berdaya lagi.

"Ngga kok lain kali hati hati,"

Dinar yang mendengar itupun sontak berdiri dan memeluk Pak Chan,

"Arghh" luka tusukan yang ada di perut Dinar mengeluarkan bercak darah, Pak Chan yang melihat itu langsung menekan tombol darurat yang ada di atas vrankar Cantika, lalu Pak Chan sera memapah nya menuju brankar Dinar sendiri. Tak lama dari itu dokter yang menangani Cantika dan Dinar datang tak lupa dengan asistennya yang senantiasa membawa keperluannya untuk memeriksa pasiennya.

Pak Chan merasa tak asing dengan muka dokter lelaki itu, berkulit bersih,mata sedikit sipit,hidung pesek,tinggi yang hampir sama dengan Dinar?

Vigo,ya Vigo lah yang menangani Cantika dan Dinar waktu operasi dan bisa ia pastikan pasti ayah Cantika sedang menerka nerka siapa dirinya. Vigo dengan cekatan memeriksa luka yang ada di perut Dinar dan mengobatinya,

"Lebih baik Dinarnya ngga boleh banyak gerak dulu om,soalnya lukanya masih sedikit basah dan dia baru siuman selama 15 hari om," ucap Vigo ramah.

Degg

15 hari?bukankan itu waktu yang sangat lama? mengapa ia baru mengetahuinya?.

Janlupa votemen🎠

Would You Be Mine? [Revisi]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang