47. Perebutan?

6 1 0
                                    

Abdi tak akan pernah membiarkan Cantika sendirian lagi. Sudah cukup kejadian ini yang Cantika alami, ia tak mau hari hari kedepannya nanti terulang lagi hanya karena masalah sepele.

"Ck! gue ga mau lo kenapa kenapa!!" sungut Abdi

Dinar dan Ilyas hanya menyimak pertengkaran kecil antara Abdi dan Cantika.

"Yang satu kang erosi yang satu kang patung cocok udah berasa mancing penyalit darah tinggi," bisik Ilyas pada Dinar

"Erosi Your head!!emosi Jamal!!" balas Dinar membenarkan kalimat Ilyas.

"Ck! sama aja Junaedi!"

"Junaedi junaedi!, ntar disini ada pasien yang namanya Junaedi lo di tuntut mampus lo! gue ga mau bantu cabut tuntutan lo," ucap Dinar berusaha menakut nakuti Ilyas, pasalnya ia pernah menjadi amukan ibu ibu karena Ilyas dengan sembarangan menyebut nama emak emak itu dan mau tak mau Dinar lari sebelum ia dan emak emak tadi menjadi pusat perhatian.

Ilyas terkekeh mengingat ia pernah menjadikan Dinar sasaran emak emak di mall. Mungkin Dinar sudah malu sekali waktu itu.

"Oh iya, lu dulu pernah di amuk kan sama emak emak? gimana? enak ga?" Ilyas menyindir Dinar dengan alis yang sedikit ia naik turunkan.

Dinar geram sekali dengan Ilyas, tega sekali ia membuatnya malu apalagi di mall jika ada temannya yang mengetahuinya bertengkar dengan emak emak bisa hancur reputasinya menjadi lelaki most wanted di sekolahnya.

"Enak asalkan yang jadi emak emak tadi Caca," goda Dinar memanas manas i Ilyas.

"Dia punya gue!!" tegas Ilyas

"Lah bodo amat! dia M A N T A N  lu!! ingat M A N T A N sama temen udah itu aja ga lebih!!" Dinar memperjelas kalimatnya di depan Cantika supaya dirinya tahu dia hanya masa lalu yang pernah di buang oleh Ilyas dengan seenak jidatnya.

Abdi hanya memutar bola matanya malas. Begini jadinya jika salah satu dari mereka suka mencari masalah yang satu ga mau ngalah se-couple memang.

"Bang!!" panggil Cantika lirih

Abdi yang mendengar panggilan princess kecilnya lalu mendekatkan mukanya ke muka Cantika.

"Iya apa?" tanya Abdi sambil merapikan anak rambut yang menjuntai kebawah.

"Ayo jalan jalan," cicit Cantika sambil meremas baju rumah sakit.

Abdi terkekeh mengusap usap puncak kepala Cantika.

"Ayok!! mau pergi kemana? akang becak siap anterin eneng geulis," ucapnya sambil me dorong kursi roda Cantika.

Cantika hanya geleng geleng kepala. Saat Abdi ingin membuka pintu Dinar memanggilnya ia menoleh ke arah Dinar,

"Paan?" tanya Abdi to the point.

"Ck! ketus amat,"

"Ya jelaslah!! lu ganggu waktu gue sama calon istri gue," jawab Abdi sembari melirik Ilyas sekilas.

Cantika melotot lalu ia mencubit perut kakaknya,

"Ssshhhh aww!" ringis Abdi sambil mengelus elus  perut yang Cantika cubit.

"Mampus! ga mau tuh Caca jadi istri lu bang," sindir Dinar sambil terkekeh.

Lagi lagi Abdi menghela nafas panjang. Memang adik adiknya ini selalu suka jika dirinya tertindas.

"Dasar!! adik ga tau mengalah!!" Gerutu Abdi

"Kata siapa gue ga pernah ngalah bang?" tanya Dinar yang hanya di balas gumaman oleh Abdi.
Abdi berdecak kesal sedari tadi hanya ada pertengkaran tak jelas, ia melihat Cantika yang sedari tadi memainkan jarinya sambil menunduk.

"Cepetan!! to the point aja!!" ketus Abdi lalu dijawab anggukan Dinar.

"Mau kemana bang? kok bawa Caca juga?" tanya Dinar sambil menatap Cantika yang sedari tadi duduk terdiam.

"Kepo jamet!"

"Hah? lu jamet bang? sejak kapan bang? pasti sejak lu kenal Zila ya?" ledek Ilyas.

"Gaje!" ucap Abdi menatap datar Ilyas.

"Mau kemana bang?!!" tanya Dinar dengan geram.

"Mau ke lantai 2, kenapa?" Kini Abdi bertanya balik.

Skak mat!!

Haruskah ia jujur ia ingin bersama Cantika berduaan bersama? tak mungkin juga ia akan diberi izin oleh Abdi

"Em gue ikut boleh?" ucap Dinar lirih sambil menunduk.

"Hah? apa Din? lo mau ikut? lo cemburu? lo kesambet apaan?" tanya Ilyas beruntun.

"Busset lo mau nginterogasi gue hah?!" ucap Dinar sedikit menaikkan intonasinya, Ilyas hanya menyengir kuda.

Tak lama dari itu Abdi mendapat telfon dari orang suruhannya.

"Bentar ya, abang mau angkat telfon dulu! kalian jaga Caca! jangan sampe dia lecet!! awas aja!!" ancam Abdi sambil menunjuk Ilyas dan Dinar dengan tatapan tajam.

Would You Be Mine? [Revisi]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang