Ilyas dan Dinar pergi kembali ke kamar rawat inapnya, ia muak melihat Elvi apalagi teman temannya yang membelanya.
Mereka kembali dengan perasaan campur aduk.
"Yas, sebelum kita naik lift mending kita ke kantin deh," ucap Dinar
"Ngapain?" tanya Ilyas dengan tampang polosnya.
"Nyari janda! ya kali lu ah jangan jangan lu amnesia Yas?"
"Janda? tapi perawan ada ga? kalo ada sabi tuh," ucapnya lalu diakhiri kekehan.
Dinar mencubit lengan Ilyas, bisa-bisanya temannya itu berhalu Janda tapi masih perawan memang Ilyas suka mengada-ada.
"Shhhh sakit bego!" ketus Ilyas sambil mengusap usap lengannya yang sedikit memerah.
"Hahahaha Banci lo Yas!" ledek Dinar dengan menekan kata 'Banci'.
"Banci gundulmu petal!!" lawan Dinar.
"Petal apaan ngab?"
"Ya Allah, ngeri gue Yas! masa iya petal aja ga tau jangan jangan lu Jawa kw ya?" ucap Dinar penuh selidik, Ilyas yang ditatap seperti itu hanya bisa gelagapan.
"Hahahhaa udah gue guda lu orang jawa kw!!"
"Du-Ga! bukan Gu-Da!"
"Sama aja!"
"Ngga lah!"
"Yodah seterah lu!" tukas Dinar, hanya saja saat ini ia tak ingin berdebat!.
"Ter-Se-Rah! bukan Se-Te-rah!!!" geram Ilyas.
Dinar hanya diam saja mendengarkan Ilyas berceloteh tak jelas, kapan juga ia bisa mendengarkan Ilyas curhat dengannya.
Hingga sebuah ide muncul di otak Dinar.Ia melihat sekeliling yang sepi tak ada orang, lalu tetap melanjutkan sambil sesekali melihat ada sasaran empuk atau tidak.
"Yas!!" panggil Dinar
"Hm," balasnya dengan gumaman.
"Elah cuek amat!"
"Suka suka gue lah kenapa lu yang sewot?!"
Dinar menutup telinganya dengan jari-jarinya, jujur ia sudah capek sedari tadi Ilyas mengajak dirinya berbicara namun hanya ia dengarkan tidak ia balas.
Hingga ia menemukan gadis lumayan Cantik sekutar 16 tahunan.
"Yas yas, kita ke arah cewe itu yu gue pengen kenalan!!"
"Hm," Ilyas mendorong kearah gadis yang sedang sibuk memainkan handphonenya.
"Ehem," Dinar berdehem sontak membuat sang gadis kecil itu mendongak.
"Hai," sapa Dinar
Gadis berambut hitam pekat, memiliki bola mata hitam, hidung pesek, dan tak lupa kacamata yang bertengger di hidungnya membuat kesan semakin manis meski kulitnya tak seputih kulit Cantika ia tetap manis.
"Ah? saya?" ucapnya sembari dmenunjuk dirinya sendiri.
"Iya, hai gue Dinar," ucap Dinar mengajak gadis itu bersalaman. Namun nihil, gadis itu hanya tersenyum memamerkan gigi gingsulnya dan tangannya ia satukan di depan dada.
Dinar kikuk sendiri niat ingin menjahili + mempermalukan Ilyas malah dirinya yang malu.
"Oh iya temen gue suka sama lo, lo mau ga jadi pacar temen gue?" tanya
"H-hah? apa kak?" tanya gadis itu.
Ilyas melotot menatap horor Dinar lalu segera membawanya menuju kantin.
"Maksud lo apa-apaan sih? segala bawa-bawa gue juga!!" sungut Ilyas
"Ya gapapa cuma gabut!" balas Dinar dengan nada santainya
"Kayaknya saraf otaklo ada yang hilang waktu lo ga sadarin diri kemarin!!" ketus Ilyas
"Maybe,"
Tak lama dari itu mereka sampai di kantin rumah sakit, cukup megah, sederhana, bersih dan ramai menurut Dinar dan Ilyas.
"Lo mau pesen apaan? gue pesenin!!"
"Cappucino aja sama roti buat Caca, oh ya Caca beliin coklat panas sama roti yang gue pesen tadi jangan lupa tambahin better!!"
"Yayayyaa tunggu sini!" perintah Ilyas yang hanya diangguki Dinar.
10 menit kemudian, Ilyas sudah selesai membeli makanan.
"Cabut yuk!!"
"Cabut apaan Yas? cabut nyawa orang?"
"Ck! gue cabut nyawa lo mau?!!" geram Ilyas
"Bodo amat!"
"Hm," lagi lagi Dinar bergumam hanya untuk mengakhiri perdebatan mereka.
Hppy reading🌻🌻
KAMU SEDANG MEMBACA
Would You Be Mine? [Revisi]
Teen FictionCACA adalah gadis pendiam,memiliki kecerdasan di atas rata rata. Cantik dan penyayang adalah hal hal yang membuat lelaki di sekitarnya terpikat dengannya. Kisah percintaan yang rumit,masa lalu datang kembali untuk membangun hubungan yang baru. Selam...