I L U N G A 10

224 27 8
                                    

WARNING!!! Jangan dibaca jika kalian masih berpuasa! Bacanya setelah berbuka saja, ya ;)

18+ content detected!

Happy Reading!

***

Hidup memang hanya sekali. Meskipun begitu, Lala tidak mau sekali pun berurusan dengan orang gila dalam hidupnya. Orang gila yang dirinya maksud adalah perempuan tadi yang datang tiba-tiba tanpa diundang langsung menyiramkan jus alpukat ke kepalanya. Jus alpukat yang hijau dan kental banyak sekali menyangkut di rambut juga membuat noda di pakaiannya yang sulit hilang.  Maka dari itu Lala harus segera membersihkan dirinya. Pun, gara-gara perempuan itu, Lala harus skip satu matkul terakhir di hari ini karena saat ini ia sedang berada di apartemen Mahesa.

Tadi setelah perempuan gila dan Dirga pergi, Mahesa langsung menggandeng tangannya untuk keluar dari kantin dan menuju parkiran, tempat mobil lelaki itu berada. Lala kemudian dibawa Mahesa ke tempat lelaki itu tinggal sementara. Sebuah apartemen yang cukup luas dan lengkap. Bahkan dirinya tidak yakin apartemen ini di sediakan oleh pihak rumah sakit untuk Mahesa tiggal sementara di Surabaya karena terlalu mewah.

"Kamu ganti baju dulu pakai ini. Saya bakal masakin pasta sambil nunggu kamu ganti. Kamu suka pasta, kan?"

"Kenapa malah ke sini, sih, Kak? Kan bisa nganterinnya langsung ke asrama aku," omel Lala sambil mengambil tumpukan kain yang ia yakini sebagai kaos lelaki itu dan sebuah celana training.

"Saya masih mau ngajak kamu makan, La. Gara-gara ceweknya Dirga tadi, kita belum sempet makan siang. Nggak apa, kan, siang ini kita makan pasta?"

Lala mengembuskan napasnya kasar dan mengangguk. "Yaudah, aku ganti dulu kalau gitu." Lala kemudian berderap memasuki kamar mandi untuk sedikit membersihkan diri dan mengganti pakaiannya yang sudah berbau seperti alpukat bercampur susu coklat.

Selesai membersihkan diri, Lala sedikit merasa lebih segar dan bersih. Ia keluar dari kamar mandi dan mendapati Mahesa telah setengah menyelesaikan acara memasak spagettinya. Ia mendekat untuk sekedar mencium bau  harum dari masakan Mahesa.

"Enak banget, Kak. Ada yang bisa aku bantuin nggak?" Lala menawarkan diri karena ia merasa tidak enak hati jika hanya duduk dan melihat saja.

Mahesa melirik Lala yang berdiri di sebelahnya. Perempuan itu sudah berganti pakaian dengan kaosnya, meski terlihat kebesaran dan celana training pendek miliknya yang membuat tubuh mungil Lala semakin tenggelam. Mahesa menelan ludahnya tanpa disadari. Melihat Lala dengan pakaiannya yang kebesaran membuat kepala Mahesa pening seketika. Ia harus segera membuat perempuan itu mundur saat ini juga jika tidak ingin sesuatu hal yang tidak terduga terjadi.

"Ehm... Kamu siapin piringnya ya, La. Ini sebentar lagi mau matang."

Tanpa disuruh dua kali, Lala dengan gesit mengambil piring yang ada di rak atas. Bodohnya Mahesa, ia melupakan jika tinggi Lala tidak akan sampai ke rak tersebut. Salahnya juga yang meletakkan piring di rak atas.

Melihat Lala yang kesulitan meraih piring di rak atas, Mahesa mendekat. Lelaki itu berdiri tepat di belakang Lala. Seketika menyadari keberadaan Mahesa yang cukup dekat dengannya membuat Lala menahan napas. Wangi maskulin bercampur dengan obat-obatan mengganggu indera penciumnya. Wangi ini cukup asing dan baru buatnya. Sepertinya Mahesa tadi baru saja dari rumah sakit dan langsung menemuinya di kampus tanpa berniat mengganti bajunya.

Mahesa memang masih mengenakan kemeja lengan panjang dengan kedua lengan kemaja digulung sampai ke siku. Sebelah tangan lelaki iu bertumpu pada marmer dapur di sebelah Lala seolah mengunci pergerakan Lala. Sebelah tangan lainnya menggapai rak atas dan mengambilkan dua piring untuknya.

ILUNGA √Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang